Renungan Harian Katolik Minggu, 7 September 2025: Perbaiki Relasi yang Rusak

Renungan Harian Katolik Minggu, 7 September 2025: Perbaiki Relasi yang Rusak

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Minggu, 07 Sep 2025 08:00 WIB
Hands folded in prayer on a Holy Bible  in church concept for faith, spirtuality and religion, Worship, sins and prayer.
Foto: Getty Images/Tinnakorn Jorruang
Makassar -

Dalam Injil hari ini, Yesus menegaskan bahwa menjadi murid-Nya bukanlah perkara yang ringan. Ia meminta setiap orang yang mengikuti-Nya untuk berani mengambil keputusan radikal: mengutamakan Dia di atas segala relasi, bahkan di atas keluarga dan dirinya sendiri.

Melalui sabda-Nya, Yesus mengundang kita untuk memperbaiki relasi yang rusak dengan dasar kasih dan pengorbanan. Mengikuti Kristus berarti siap menanggung salib, dan salah satu bentuk salib itu adalah kerendahan hati untuk berdamai serta membangun kembali hubungan yang rusak.

Pada hari ini Minggu, 7 September 2025 gereja Katolik memasuki Hari Minggu Biasa XXIII. Pada hari ini gereja memasuki Hari Minggu Kitab Suci Nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Renungan hari Minggu, 7 September 2025 mengangkat tema "Memperbaiki Relasi yang Rusak" dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Oleh Ays Laratmase MSC. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.

Yuk, disimak!

ADVERTISEMENT

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 7 September 2025

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

Bacaan I: Keb. 9:13-18

Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah, atau siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?

Pikiran segala makhluk yang fana adalah hina, dan pertimbangan kami ini tidak tetap.

Sebab jiwa dibebani badan yang fana, dan kemah dari tanah memberatkan budi yang banyak berpikir.

Sukar kami menerka apa yang ada di bumi, dan dengan susah payah kami menemukan apa yang ada di tangan, tapi siapa gerangan telah menyelami apa yang ada di sorga?

Siapa gerangan sampai mengenal kehendak-Mu, kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan, dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kauutus?

Demikianlah diluruskan lorong orang yang ada di bumi, dan kepada manusia diajarkan apa yang berkenan pada-Mu, maka oleh kebijaksanaan mereka diselamatkan."

Mazmur Tanggapan: Mzm. 90:3-4,5-6,12-13,14,17

Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"

Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh,

di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Kembalilah, ya TUHAN?berapa lama lagi? ?dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.

Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu.

Bacaan II: Flm. 9b-10,12-17

aku Paulus yang sudah tua, malah sekarang juga sedang dipenjarakan karena Kristus Yesus,

aku mengajukan permintaan kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yaitu Onesimus.

Dialah yang kusuruh kembali kepadamu-dia, yang adalah buah hatiku.

Sebenarnya aku ingin menahan dia di sisiku, supaya dia melayani aku menggantikan engkau, waktu aku dipenjarakan karena Injil.

Tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat sesuatu, supaya kebaikanmu jangan seolah-olah dipaksakan, melainkan ikhlas.

Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak daripadamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya,

bukan lagi sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih, khususnya bagiku, apalagi bagimu, baik dalam daging maupun dalam Tuhan.

Jadi, kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku sendiri.

Bacaan Injil: Luk. 14:25-33

Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka:

"Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.

Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu?

Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia,

sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya.

Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?

Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian.

Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Renungan Hari Ini: Memperbaiki Relasi yang Rusak

Selamat memasuki Bulan Kitab Suci Nasional 2025!

Tema BKSN tahun ini adalah: Allah Sumber Pembaruan Relasi dalam Hidup. Tema ini mengajak kita untuk merenungkan kembali relasi kita, baik itu menyangkut relasi dengan diri sendiri, dengan sesama, maupun dengan Allah.

Inti sari dari relasi adalah kasih. Kasih kepada Allah menjadi fondasi bagi kasih kepada sesama dan kepada diri sendiri, sebab Allah adalah sumber dari kasih itu sendiri.

Penginjil Yohanes bahkan mengatakan bahwa Allah adalah kasih.

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita kembali bahwa Allah adalah sumber kasih. Ia menyatakan bahwa seorang murid-Nya harus memprioritaskan kasih kepada Allah di atas kasih kepada orang lain, termasuk orang tua, sebab kasih sejati selalu terhubung dengan Allah.

Yesus menginginkan agar para murid-Nya memiliki kasih sejati itu. Bagi Yesus, memikul salib dan mengikuti diri-Nya merupakan bentuk komitmen kasih kepada Allah.

Di sisi lain, kasih kepada Allah menuntut sikap lepas bebas, baik itu perihal relasi dengan benda-benda material maupun relasi dengan orang lain. Ketika seseorang memiliki kasih, hatinya penuh.Ia tidak membutuhkan hal-hal lain untuk memvalidasi dirinya.

Saudara-saudari, relasi-relasi kita rusak sering kali karena kita kehilangan kasih. Kita kehilangan Allah itu sendiri.

Kalau ingin memperbaikinya, kita perlu kembali ke sumber relasi itu sendiri. Kita perlu memenuhi diri kita dengan kasih.

Kita perlu untuk mendekati dan mengenal Allah lebih dalam lagi. Semoga berkat bulan Kita Suci, iman dan kasih kita semakin mendalam.

Demikian renungan harian Katolik Minggu, 7 September 2025 dengan bacaannya. Semoga berkat Allah senantiasa menyertai keseharian kita.




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads