Perkataan Tuhan bukanlah sekadar rangkaian kata, melainkan sabda yang hidup dan bekerja nyata dalam kehidupan manusia. Saat Yesus berbicara, bukan hanya telinga yang mendengar, tetapi hati pun digerakkan dan iman diteguhkan.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita diajak untuk merenungkan bagaimana setiap perkataan Yesus membawa kuasa ilahi yang mampu menyembuhkan, menguatkan, bahkan mengusir kegelapan. Kuasa sabda-Nya tidak hanya berlaku pada zaman dahulu, melainkan tetap relevan hingga saat ini.
Pertanyaannya, sudahkah kita membuka hati untuk sungguh percaya dan membiarkan sabda-Nya berkuasa dalam hidup kita?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Renungan harian Katolik Selasa, 2 September mengangkat tema "Perkataan-Nya Penuh Kuasa" dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Oki Dwihatmanto OFM. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.
Yuk, disimak!
Renungan Harian Katolik Hari Ini, 2 September 2025
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:
Bacaan I: 1 Tes. 5:1-6,9-11
Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu,
karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman?maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin?mereka pasti tidak akan luput.
Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri,
karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.
Karena Allah tidak menetapkan kita untuk ditimpa murka, tetapi untuk beroleh keselamatan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita,
yang sudah mati untuk kita, supaya entah kita berjaga-jaga, entah kita tidur, kita hidup bersama-sama dengan Dia.
Karena itu nasihatilah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu seperti yang memang kamu lakukan.
Mazmur Tanggapan: Mzm 27:1,4,13-14
Dari Daud. TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.
Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!
Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!
Bacaan Injil: Luk 4:31-37
Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat.
Mereka takjub mendengar pengajaran-Nya, sebab perkataan-Nya penuh kuasa.
Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras:
"Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusan-Mu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah."
Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya.
Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: "Alangkah hebatnya perkataan ini! Sebab dengan penuh wibawa dan kuasa Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar."
Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu.
Renungan Hari Ini: Perkataan-Nya Penuh Kuasa
Yesus mengajar di Kapernaum. Para pendengar-Nya terkagum-kagum, bukan karena kemampuan Yesus dalam beretorika seperti para juru kampanye, bukan pula karena Yesus pandai melucu seperti para peserta stand-up comedy. Orang-orang takjub karena perkataan Yesus penuh kuasa, perkataan Yesus mempunyai otoritas. Inilah yang mempertegas bahwa Ia sungguh Anak Allah. Karena itu, menjadi jelas bahwa otoritas Yesus adalah otoritas ilahi.
Yesus mengajar dengan penuh kuasa. Artinya, Yesus mengajar bukan hanya bermain kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata-Nya mempunyai kekuatan. Kata-kata-Nya bisa dibuktikan dan diwujud-nyatakan. Dengan kata-kata, Ia bisa membuat banyak mukjizat seperti mengusir roh jahat, menggandakan makanan, menyembuhkan orang sakit, dan lain-lain. Kuasa-Nya juga bukan dalam rangka mendominasi.
Yesus adalah seorang pengamat yang baik, seorang yang dekat dengan alam sekitar dan juga dekat dengan situasi manusia. Ia akrab dengan alam dan dunia petani juga nelayan. Sementara kita dapat menyaksikan-Nya sebagai guru yang mengajar, pada saat yang sama kita juga dapat melihat-Nya begitu dekat dengan orang-orang di sekeliling-Nya. Apa yang diajarkan adalah apa yang dihidupi-Nya. Yesus mengajar dengan penuh kuasa karena dasarnya adalah relasi-Nya dengan Bapa. Ia menyadari bahwa tugas pengutusan-Nya adalah untuk melaksanakan kehendak Bapa. Segala perkataan dan pengajaran-Nya pun untuk melaksanakan kehendak Bapa. Karena itu, otoritas perkataan-Nya tidak menyesuaikan diri dengan ukuran manusia, tidak ada persaingan, dan tidak ada kepentingan pribadi.
Ketika menyampaikan pengajaran, tidak ada pujian terhadap diri sendiri dan keangkuhan yang keluar dari bibir-Nya.
Sebaliknya, perkataan Yesus selalu penuh dengan kelemahlembutan, kemurahan hati, pengertian, damai sejahtera, kebenaran, dan keadilan. Inilah "aroma" yang menyelimuti ajaran-ajaran Yesus, berbeda dengan dunia kita, di mana banyak orang yang mempunyai otoritas, tetapi sebatas retorika yang serentak ingin mengagungkan diri dan cenderung mengorbankan orang kecil yang tak berdaya.
Peringatan Santo-Santa Hari Ini
Martir-martir dari Paris 1792
Tatkala Revolusi Prancis memuncak, semua rohaniwan dipaksa mengangkat sumpah setia kepada hukum negara yang bertentangan dengan keyakinan agama dan suara hati mereka. Banyak diantara mereka yang tidak mau bersumpah meskipun diancam dengan berbagai macam cara.
Lebih dari 200 rohaniwan dan awam di tahan di Paris dan sebagian besar dibunuh pada bulan September 1792 oleh gerombolan penjahat dengan persetujuan pengadilan revolusi. 191 korban pembunuhan massal itu dinyatakan kudus, antara lain Uskup Agung Jean Marie du Lau, dua Uskup bersaudara Francois-Joseph dan Pierre-Louis La Rochefoucauld, 129 imam praja, 23 bekas imam Jesuit (diantaranya Joseph Bonnaud), 31 biarawan dan 5 orang awam.
Martir-martir Korea
Gereja Korea mempunyai sejarah awal yang khas. Agama Katolik masuk ke bumi Korea bukan oleh para misionaris asing, tetapi oleh kaum Korea sendiri.
Pada zaman dahulu, para Raja Korea harus membayar upeti ke Peking. Di Peking, para utusan itu berkenalan dengan imam-imam misionaris, antara lain Mateo Ricci.
Bagi mereka, agama yang disebarkan oleh misionaris asing itu tidak jauh berbeda dengan ajaran leluhur mereka. Maka mereka tertarik untuk mempelajari agama itu seterusnya.
Mereka membawa beberapa buku pelajaran agama untuk dibaca. Tertarik pada ajaran agama baru itu, mereka mulai menyebarkannya diantara penduduk sekitar.
Mulailah tumbuh benih iman Kristiani di tanah Korea. Benih iman itu terus berkembang hingga menghasilkan suatu jumlah umat yang relatif banyak dalam waktu singkat beserta imam pribuminya sendiri.
Semakin jelas bahwa agama baru itu berhasil menarik banyak penduduk Korea. Menyaksikan perkembangan pesat agama baru itu, Raja Korea mulai melancarkan aksi penganiayaan terhadap para penganutnya.
Dalam kurun waktu 1839-1846, para imam pribumi dan misionaris asing bersama 8000 orang beriman dianiaya dan dibunuh. Tetapi warta injil tetap disebarluaskan ke seluruh negeri itu.
Di antara mereka, 78 dinyatakan kudus pada tahun 1925. Mereka itu antara lain, Laurensius Yosef Maria Imbert (1797 - 1839), Peter Maubant, Yakobus Chustan dan imam pribumi Korea yang pertama Andreas Kim Tae Gon bersama dengan puluhan guru agama, pria dan wanita awam serta orang-orang muda.
Penganiayaan itu semakin menjadikan umat bertambah kokoh imannya. Setelah Rusia menduduki Korea Utara (1945), banyak orang beriman, imam pribumi dan misionaris disekap dalam penjara dan dibunuh oleh kaum komunis.
Demikian renungan harian Katolik Selasa, 2 Agustus 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!
(urw/urw)