Maulid Nabi merupakan salah satu peristiwa penting yang diperingati setiap tahunnya oleh umat Islam. Maka tak heran jika banyak yang mulai mencari tahu jadwal perayaan Maulid Nabi tahun ini untuk mempersiapkannya.
Lantas, Maulid Nabi 2025 jatuh pada tanggal berapa dalam kalender Hijriah? Apakah Maulid Nabi ditetapkan sebagai hari libur?
Bagi detikers yang ingin merayakan Maulid Nabi, tentunya perlu mengetahui tanggal Hijriah-nya serta mengonversinya ke penanggalan Masehi. Untuk mempermudah, berikut detikSulsel menyajikan jadwal Maulid Nabi 2025 beserta ketentuan liburnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, disimak!
Maulid Nabi 2025 Tanggal Berapa Hijriah?
Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag) Bali, Maulid Nabi Muhammad adalah peringatan kelahiran baginda Rasulullah SAW. Peringatan tersebut jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.
Pada tahun ini, tanggal 12 Rabiul Awal 1447 H bertepatan dengan Jumat, 5 September 2025. Hal itu sebagaimana tercantum dalam kalender Hijriah 2025 yang diterbitkan oleh Kemenag RI.
Maulid Nabi 2025 Apakah Tanggal Merah?
Ya. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, Maulid Nabi Muhammad SAW ditetapkan sebagai hari libur nasional. Namun libur Maulid Nabi ini hanya sehari lantaran tidak diikuti dengan cuti bersama.
Kabar baiknya, libur Maulid Nabi Muhammad yang jatuh pada Jumat, 5 September 2025 tersebut berdampingan dengan libur akhir pekan. Sehingga masyarakat akan menikmati libur panjang atau long weekend pada momen perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Agar lebih jelas, berikut rincian long weekend periode Maulid Nabi Muhammad SAW:
- Jumat, 5 September 2025: Libur nasional Maulid Nabi Muhammad SAW
- Sabtu, 6 September 2025: Libur akhir pekan
- Minggu, 7 September 2025: Libur akhir pekan
Sejarah Perayaan Maulid Nabi
Melansir laman Almanhaj, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali dirayakan pada masa Dinasti Fathimiyyun di Mesir pada abad IV Hijriah. Hal ini dijelaskan dalam buku berjudul Al Khutath yang ditulis oleh seorang ahli sejarah Islam, Al Maqrizy.
Dinasti Fathimiyyun mulai menguasai Mesir pada tahun 362 Hijriah. Saat itu Al Muiz sebagai raja pertamanya membuat enam hari perayaan hari lahir, di antaranya adalah hari lahir Nabi Muhammad SAW, Ali bin Ali Thalib, Fatimah, Hasan, Husein, dan raja yang berkuasa.
Kemudian pada tahun 487 Hijriah, Raja Al Afdhal menghapuskan peringatan enam hari lahir tersebut. Pada 515 Hijriah, Raja Al Afdhal meninggal dunia dan digantikan oleh raja baru bergelar Al Amir Liahkamillah.
Raja baru tersebut kembali mengadakan peringatan enam maulid tersebut. Begitulah seterusnya peringatan Maulid Nabi SAW diperingati dari tahun ke tahun hingga saat ini.
Tentang Dinasti Fathimiyyun
Ahli hadist dan tarikh, Abu Syamah menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Raudhatain bahwa nama asli raja pertama Dinasti Fathimiyyun adalah Said, ia berasal dari Maroko. Setelah menaklukkan Mesir, ia berganti nama menjadi Ubaidillah.
Tidak hanya mengganti nama, ia juga mengaku sebagai keturunan dari Ali dan Fatimah. Hingga akhirnya ia memakai gelar Al Mahdi.
Kendati demikian, para ahli nasab menjelaskan bahwa raja pertama tersebut merupakan keturunan Al Qaddah dan beragama Majusi. Pendapat lain menyebut bahwa ia adalah anak dari seorang Yahudi.
Dinasti Fathimiyyun ini menganut paham Syiah Bathiniyah. Salah satu pahamnya yang dianggap sesat adalah para pengikutnya meyakini Al Mahdi sebagai Tuhan pencipta dan pemberi rezeki.
Setelah raja yang mengaku sebagai Al Mahdi tersebut meninggal, anaknya yang menggantikannya sebagai raja. Saat di pasar, ia selalu mengutuk Aisyah RA, istri Rasulullah SAW.
Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW
Terdapat pandangan yang berbeda terkait perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di antaranya ada yang mengatakan hukumnya haram, ada pula yang memperbolehkannya.
Berikut ini penjelasan untuk masing-masing pendapat:
1. Hukum Merayakan Maulid Nabi Bid'ah
Masih dari laman Al Manhaj, seluruh ulama sepakat bahwa peringatan Maulid Nabi tidak pernah dilakukan atau pun dicontohkan selama Nabi SAW hidup. Begitu pula pada masa kepemimpinan khulafaurrasyidin, Maulid Nabi tidak pernah diperingati.
Sehingga berdasarkan hal ini, sebagian ulama beranggapan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah bid'ah. Hal ini berdasar pada sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Muslim:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌ
Artinya: "Siapa yang mengamalkan perbuatan yang tidak ada dasarnya dalam dien kami, amalannya ditolak."
Selain itu, peringatan hari kelahiran Nabi SAW disebut meniru tradisi kaum Nasrani yang merayakan hari lahir Al Masih yang disebut hari natal. Maka umat Islam yang memperingati hari kelahiran Nabi diumpamakan sebagai bagian dari kaum Nasrani.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ - رواه أبو داود
Artinya: "Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut." (HR Abu Daud).
2. Hukum Merayakan Maulid Nabi Boleh
Dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menerangkan bahwa Maulid Nabi merupakan waktu bergembira atas kelahiran Nabi SAW.
Dengan lahirnya Rasulullah, umat manusia kembali memperbaharui kegembiraan dan rasa syukurnya. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ ٥٨
Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira.Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan." (Surat Yunus:58).
Buya Yahya melanjutkan, dalam ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk bergembira atas rahmat dan karunia yang telah diberikan. Maka dari itu, seseorang yang mendapat rezeki hendaknya bergembiran dan mensyukuri nikmat tersebut.
"Atas rahmat yang diberikan kepada kita, maka kita harus bergembira. Dan kira-kira rahmat apa yang lebih agung dari Nabi? Kita harus bergembira dengan rahmat yang bernama Rasulullah SAW," jelas Buya Yahya yang dikutip detikSulsel pada Kamis (21/8/2025).
Menurut Buya Yahya, makna dari merayakan Maulid Nabi adalah salah satu wujud mengagungkan Rasulullah SAW. Hendaknya setiap umat muslim mengagungkan Rasulullah di setia harinya.
"Selagi setiap hari boleh mengagungkan nabi, kenapa kalau kita milih hari untuk mengagungkan lebih besar lagi menjadi tidak boleh?," kata Buya.
Maka dari itu dibuatlah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang salah satu tujuannya untuk mengingatkan kembali kepada kaum muslim tentang Rasulullah SAW. Kegiatan pada perayaan Maulid Nabi sendiri pun biasanya mengulas kembali sejarah nabi, membaca shalawat, hingga sedekah.
"Disebutkan (dan) diajarkan dalam Al-Quran, menyebut kisah nabi terdahulu (dapat) menguatkan iman," sebutnya.
"Jadi harus sadar jika ada yang membid'ah kan perayaan Maulid Nabi, itu karena dia tidak mengerti apa itu perayaan Maulid Nabi atau karena dia tidak kenal Nabi Muhammad SAW," tuturnya.
Menurutnya, jika ada kemudharatan dalam acara tersebut, bukan perayaan Maulid Nabi yang dihentikan melainkan hal mudharat itu yang dihilangkan.
"Contoh, perayaan Maulid Nabi, berbaur laki (dan) perempuan sampai tidak karu-karuan. Jangan Maulid Nabi yang dihentikan, tapi laki (dan) perempuannya yang dipisah," ujar Buya.
Nah, demikianlah penjelasan tentang peringatan Maulid Nabi 2025. Semoga bermanfaat!
(edr/alk)