Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Andi Sudirman Sulaiman mengeluhkan minimnya pejabat yang mendaftar setiap membuka seleksi lelang jabatan eselon II atau jabatan pimpinan tinggi pratama. Usut punya usut, fenomena ini dipicu adanya unsur senioritas yang membuat PNS lain ogah mendaftar.
Hal itu diungkap Andi Sudirman Sulaiman saat penyerahan Satyalancana Karya Satya kepada 909 PNS di Ruang Pola Kantor Gubernur Sulsel, Selasa (12/8/2025). Andi Sudirman mulanya menyinggung banyak pegawai yang layak menduduki jabatan namun enggan mengajukan diri.
"Ada juga yang ngotot dan bagus. Tapi yang tidak mengajukan diri tapi bagus, itu yang kadang kita tidak tahu. Saya sering melelang jabatan tapi banyak tidak mau mendaftar. Kenapa? Dia tidak enak sama seniornya yang mendaftar. Ini kejadian," tegas Andi Sudirman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andi Sudirman membeberkan, fenomena ini sempat terjadi saat seleksi lelang jabatan kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulsel. Posisi tersebut minim pendaftar meski Andi Sudirman menganggap ada banyak pegawai berkompeten yang bisa ikut bersaing.
"Kemarin waktu buka Dinkes, kenapa kamu tidak mendaftar, kamu paling bisa, saya tanya keluar, dapat informasi, mereka tidak mau mendaftar pak, yang mendaftar itu seniornya, dan itu mungkin yang ospek dia. Ada yang begitu ternyata," tuturnya.
Dia menegaskan akan menghilangkan unsur senioritas dalam masa pemerintahannya. Andi Sudirman menginginkan pejabat yang diberi tanggung jawab pada posisi tertentu memang sesuai dengan ahli atau kompetensinya.
"Ini yang saya tidak mau terjadi senioritas dalam pemerintahan. Sekarang instansi kita tidak boleh ketinggalan, TNI, Polri, ini angkatannya sampai 7 tahun dia lewati seniornya, karena kenapa, itulah yang dibutuhkan pada waktu itu," kata Andi Sudirman.
Andi Sudirman juga menepis memilih pejabat atau seseorang pada jabatan tertentu dengan dalih kedekatan keluarga. Dia bahkan mengancam akan mencopot ASN yang berusaha mengejar jabatan dengan cara yang tidak etis.
"Saya tidak mau dengar, begitu ada yang titip ke saya langsung berhenti karena mentalnya sudah tidak bagus. Mental tukang lapor. Bosnya sudah dua, dia termasuk sirik. Apa sirik? Sudah dua tuhannya dari awal," ujarnya.
Dia kembali menegaskan pilihannya terhadap ASN selalu berdasarkan kinerja, bukan kedekatan personal atau hubungan keluarga. Andi Sudirman meminta semua pegawainya tetap bekerja profesional.
"Saya tidak sudah orang yang ambisius untuk jabatan. Jujur saya tidak suka. Saya sampaikan sekali lagi jujur saya tidak suka," tegas Andi Sudirman.
"Kedua saya tidak suka dia pintar lobi sana sini, bekerja saja. Pekerjaan yang bagus itu akan mengangkat derajat sendiri secara otomatis. Kalau belum bisa, jadi itu tidak baik untuk Anda," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Andi Sudirman akan membuka peluang kepada ASN untuk bersaing menduduki posisi jabatan. Hal ini mempertimbangkan kompetensi dan evaluasi kinerja.
"Mungkin ada di antara pegawai ini yang sangat mumpuni tapi belum diberikan kesempatan untuk menjadi pejabat struktural atau dia belum pernah diberikan kesempatan untuk membuktikan diri di setiap program prioritas kita," tuturnya.
Andi Sudirman mengaku akan membuat format sistem penempatan pejabat berdasarkan masa pengabdian dan kinerja. Pihaknya sudah mengkoordinasikan hal ini dengan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
"Maka nanti itu kita akan lakukan, evaluasi dulu enam bulan terakhir, kemudian kita akan lakukan uji kompetensi dan setelah itu kita mapping," tambah Andi Sudirman.
(sar/hsr)