7 Khutbah Idul Fitri 1446 H Terbaik yang Menyentuh Hati-Sedih serta PDF-nya

7 Khutbah Idul Fitri 1446 H Terbaik yang Menyentuh Hati-Sedih serta PDF-nya

St. Fatimah - detikSulsel
Minggu, 30 Mar 2025 07:16 WIB
Ratusan jemaah mendengarkan ceramah usahi sholat id lebaran 2024 di rumah dinas Gubernur Sumatera Utara.
Foto: Ilustrasi (Felicia Gisela Sihite)
Makassar -

Idul Fitri adalah hari raya yang paling dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam perayaan Idul Fitri adalah sholat Idul Fitri yang dilaksanakan secara berjamaah.

Setelah pelaksanaan shalat Id, biasanya dilanjutkan dengan khutbah Idul Fitri. Khutbah ini dapat mengangkat berbagai tema, salah satunya adalah menyampaikan pesan-pesan untuk terus menjaga dan menerapkan nilai-nilai agama yang telah diperoleh selama bulan Ramadhan.

Selain itu, dalam kesempatan yang penuh berkah ini, imam atau khatib juga dapat menekankan pentingnya menjaga silaturahmi dan saling memaafkan di hari yang fitri ini. Di bawah ini detikSulsel menyajikan kumpulan contoh khutbah Idul Fitri dengan berbagai tema lengkap dengan file PDF-nya yang bisa langsung diunduh. Yuk, dicek!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Khutbah Idul Fitri 1446 H Terbaik yang Menyentuh Hati

Judul: Manusia Tauhid dan Kemuliaan

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.

لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Kaum muslimin yang berbahagia

Dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita bersyukur kepada Allah SwT atas nikmat dan karunia yang dicurahkan kepada kita. Nikmat yang jumlah dan ragamnya tidak terhingga, dan nilainya yang luar biasa bagi kita itu wajib kita syukuri. Sekalipun mungkin kita pernah mengalami hidup susah akibat ujian atau cobaan yang menimpa kita, marilah kita jadikan itu sebagai momen untuk muhasabah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bersyukur adalah wajib hukumnya, tapi tidak semua orang bisa bersyukur, seperti kata Allah

و قليل من عبادي الشكور"

dan hanya sedikit dari hambaku itu yang bersyukur.

Mudah-mudahan kita tergolong dalam hambanya yang bersyukur itu, sehingga akan mendapatkan tambahan nikmat baik secara kuantitas atau jumlah dan ragam nikmat, atau pun secara kuantitas, yaitu nilai dan berkah dari nikmat itu.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Idul Fitri bermakna kembalinya fitrah. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang mulya dan berstruktur terbaik secara jasmaniyah maupun ruhaniyah.

لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)." (Qs at-Tin ayat 4-5)

۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا

"Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS al-Isra' ayat 70).

Tetapi setelah lahir di dunia ini, banyak manusia yang gagal mempertahankan fitrahnya itu, sehingga statusnya jatuh menjadi manusia yang berada di tingkat yang paling rendah

ثم رددناه اسفل سافلين.

Kehidupan dunia yang penuh godaan dan rayuan, permainan dan kenaifan, menjadikan manusia lupa diri, menjadikan dirinya kotor, berlumuran dosa dan penyimpangan. Maka berbahagialah mereka yang tetap membuat jiwanya suci, dan celakalah mereka yang membuat jiwanya kotor.

قد افلح من زكاها وقد خاب من دساها

Mudah-mudahan amalan dan ibadah kita selama Ramadhan bisa berhasil melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), sehingga benar-benar fitrah itu kembali ke masing-masing diri kita.

Kembali kepada fitrah juga bermakna kembali kepada tauhid, yakni keyakinan atas kebesaran Allah SWT. Bertauhid bermakna meyakini bahwa Allah adalah rabb (tuhan) yang menciptakan dan memelihara alam semesta ini; juga berarti beribadah atau menyembah hanya Allah sebagai satu-satunya ilah (tuhan). Lebih dari itu, tauhid haruslah bertransformasi menjadi tauhid ijtimaiyah, yang hadir dalam dunia nyata yang harus kita wujudkan dalam bentuk pemuliaan, solidaritas, dan saling menghormati antar sesama manusia.

Dengan tauhid, kita harus berjuang melawan ketidakadilan, penghisapan manusia atas manusia lainnya, serta diskriminasi. Bertauhid juga bermakna menjauhkan diri dari kemusyrikan, takhayul dan khurafat, juga sinkretisme atau mencampuradukkan aqidah dan relativisme agama atau memandang bahwa semua agama sama benarnya. Dengan demikian, maka tauhid tidak hanya berada pada tataran teologis (keyakinan), dan ritual (ibadah) tetapi juga pada tataran sosial (hubungan dengan manusia) dan tataran ekologis (hubungan dengan lingkungan) sekaligus.

Tauhid adalah fitrah manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak penciptaan prototipenya ( عالم المثال ). Pada saat itulah Allah bertanya kepada manusia, "Apakah Aku bukan tuhanmu," maka manusia menjawab "ya, betul, kami bersaksi."

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ

"Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulb (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab "Betul, kami bersaksi." Kami
lakukan yang demikian itu, agar di hari kiamat kamu tidak katakan "Sesungguhnya kami lengah ketika itu." (Qs al-A'raf [7]: 172).

Mari kita mantabkan tauhid kita dengan keyakinan dan perbuatan sesuai dengan jalan atau garis yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Semangat tauhid itu harus memancar pada sikap setiap Muslim untuk memuliakan manusia. Membangun persaudaraan, empati, solidaritas, dan saling menolong adalah manifestasi keimanan kita. Penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan inilah yang ditekankan dalam kehidupan pada bulan Ramadhan. Kita harus mampu mengekang hawa nafsu, seperti amarah, mengumpat, menyakiti orang lain, dan sebaliknya kita didorong untuk bersikap lemah lembut, bersedekah dan membayar fitrah. Apa yang pernah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW harus menyentuh kesadaran kita bersama. Nabi SAW bersabda:

"Wahai manusia, sebarluaskan perdamaian, berilah makan, jalinlah silaturrahim, dan sholatlah pada waktu malam ketika manusia sedang tidur, engkau akan masuk surga dengan damai." (HR Tirmidzi).

Hadis Nabi tersebut mengajarkan agar kita menjadi sumber kedamaian dan menegakkan perdamaian; mengajarkan kita memperhatikan nasib para fuqara' dan masakin serta orang-orang yang sedang menderita pada umumnya; mengajarkan kita untuk menyayangi sesama, dan tidak menunjukkan permusuhan; mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah di keheningan malam. Islam sesungguhnya adalah agama kemanusiaan yang menjunjung tinggi kehormatan dan kemuliaan manusia.

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT semenjak Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW

ان الدين عند الله الإسلام

untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. Islam adalah agama unggul

الإسلام يعلو و لايعلى عليه

Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kalau kita memahami ajaran Islam dengan benar dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka umat Islam akan menjadi umat yang maju. Kalau masih terbelakang, berarti ada yang salah dalam memahami dan mengamalkan Islam. Karena itu, mari kita terus belajar dan berjuang untuk mewujudkan ajaran Islam sehingga menjadi rahmat bagi dunia seisinya. Allah juga telah memerintahkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang telah diciptakan bagi seluruh manusia.

كنتم خير امة أخرجت للناس

Dan demikian juga Allah menjadikannya sebagai umat yang terbaik, teradil, untuk menjadi bukti kebenaran dan keunggulan Islam bagi seluruh umat manusia

و كذالك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا

Dengan kualitas umat yang unggul, maka Allah memberikan mandat kepada kita untuk mengatur kehidupan di muka bumi ini supaya dunia menjadi aman dan damai. Umat Islam harus aktif dalam perjuangan mewujudkan keadilan dan kemakmuran. Allah berfirman

ثم جعلناكم خلائف في الأرض من بعدهم لننظر كيف تعملون

Allah akan menagih apa yang kita lakukan selama hidup ini. Dengan peran sebagai khalifah di muka bumi, maka akan terlahir masyarakat dan negara yang baik. "Walau anna ahlal qura amanu wa ttaqau lafatahna alaihim barakatin minas samawati wal arrdl, wa lakin kadzdzabu faakhadznahum bima kanu yaksibun."

Seandainya suatu bangsa itu beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan pintu barakah dari langit dan bumi." Sebaliknya, "Walakin kazzabu fa akhadzna hum bima kanu yaksibun." Tetapi karena mereka mendustakan, maka Kami hukum akibat dari apa yang mereka lakukan." Karena itu, umat Islam memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas pengelolaan masyarakat dan negara atas landasan iman dan takwa, atas landasan budi luhur, dan menentang pengelolaan yang kotor, korup, dhalim, karena akan menyebabkan hilangnya berkah.

Kekayaan negara tidak akan membuahkan berkah bagi rakyat tetapi bahkan melahirkan penderitaan jika dilola dengan hawa nafsu dan keserakahan, tidak dilola dengan semangat akhlakul karimah agar mendapatkan ridla Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Kita bersyukur bahwa jumlah Islam mengalami perkembangan yang paling cepat dibanding pemeluk agama lain. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa beliau akan bangga dengan umatnya yang banyak.

Umat Islam adalah umat yang paling cepat berkembang sehingga pada 2050 nanti atau sekitar 25 tahun lagi, umat Islam akan menjadi umat terbesar dibandingkan dengan umat agama lain.

Ini suatu hal yang menggembirakan. Namun demikian, dengan jumlah besar tanpa dibarengi kualitas, umat Islam akan menjadi umat yang terombang-ambing karena dikendalikan oleh minoritas yang kuat. Karena itu, tidak ada pilihan kecuali kita berjuang untuk meningkatkan kualitas umat Islam agar bisa berperan dalam menentukan arah kehidupan global.

Dengan kualitas yang baik dan ukhuwah yang kuat, insya Allah umat Islam akan berjaya. Jika kejayaan ini pernah terjadi di masa lampau pada masa keemasan Islam, maka tidak mustahil itu akan terjadi di masa-masa mendatang. Ini tergantung pada kesungguhan kita menghadirkan kembali masa keemasan itu.

Islamofobia (ketakutan terhadap Islam) masih terjadi sampai sekarang, bisa jadi karena pertumbuhan umat Islam yang luar biasa sehingga dipandang sebagai ancaman, tetapi juga bisa karena mereka tidak memahami Islam. Mereka memandang Islam agama teroris, radikal, dan terbelakang.

Dalam situasi seperti itu, maka umat Islam harus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan keadilan. Islam adalah rahmat bagi semua manusia. Islam adalah agama yang mencerahkan, menuntun manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Dalam suasana Idul Fitri ini marilah kita saling memaafkan, saling mendoakan agar semua amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ

يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.

Oleh: Prof Dr Syafiq A Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sumber: Laman Suara Muhammadiyah

Teks Khutbah Idul Fitri 1446 Menyentuh Hati PDF

Teks Khutbah Idul Fitri 2025 tentang Istikamah

Judul: Istikamah di Tengah Gejolak Zaman

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.

أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.

لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.

Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,

Alhamdulillah, pada hari yang penuh kebahagiaan ini, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT. Betapa besar nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita, terutama kesempatan untuk menyelesaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan ketakwaan. Ramadhan bukan sekadar bulan penuh ibadah, tetapi juga bulan pendidikan bagi jiwa dan hati kita, mengajarkan kesabaran, kedisiplinan, dan empati terhadap sesama. Semoga segala amal ibadah yang telah kita lakukan diterima oleh Allah SWT, dosa-dosa kita diampuni, serta kehidupan kita di bulan-bulan mendatang dipenuhi dengan keberkahan dan petunjuk-Nya.

Hari ini adalah hari kemenangan, bukan hanya kemenangan menahan lapar dan dahaga, tetapi kemenangan sejati dalam mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan kualitas diri. Setelah sebulan penuh melatih diri dengan ibadah dan kesabaran, kini tiba saatnya kita kembali ke fitrah, yaitu keadaan suci sebagaimana bayi yang baru dilahirkan. Namun, kemenangan ini tidak boleh berhenti pada perayaan semata. Idul Fitri seharusnya menjadi titik tolak bagi kita untuk terus memperbaiki diri, menjaga semangat ibadah, dan menumbuhkan kesadaran sosial yang lebih tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Di hari yang penuh berkah ini, rasa syukur kita harus diwujudkan dalam bentuk nyata, terutama dalam meningkatkan hubungan antarsesama manusia. Ramadhan telah mengajarkan kita untuk peduli terhadap sesama, menahan amarah, dan membangun kasih sayang. Oleh karena itu, Idul Fitri adalah momentum terbaik untuk mempererat kembali tali silaturahmi, memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang, serta menghidupkan kembali rasa persaudaraan di antara kita. Islam sangat menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah, karena persatuan dan kebersamaan adalah kekuatan besar dalam kehidupan bermasyarakat.

Silaturahmi yang kuat merupakan bagian dari refleksi ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan. Seperti halnya kita telah memperkuat hubungan dengan Allah SWT melalui sholat, puasa, dan zikir, kini saatnya kita juga memperkuat hubungan dengan sesama manusia. Hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan sahabat harus kita jaga dan rawat dengan penuh keikhlasan. Memberikan maaf, menyambung kembali tali persaudaraan yang terputus, serta saling mendoakan adalah bentuk nyata dari kesempurnaan ibadah kita. Dengan demikian, kita benar-benar mewujudkan prinsip ḥablum minallāh wa ḥablum minan-nās, yaitu menjaga keseimbangan antara hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia.

Lebih dari sekadar tradisi, silaturahmi dalam Islam adalah ajaran yang membawa keberkahan. Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa yang ingin dipanjangkan usianya dan diluaskan rezekinya, hendaklah ia menyambung silaturahmi. Hal ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan baik dengan orang lain bukan hanya akan membawa kedamaian hati, tetapi juga akan mendatangkan berbagai kebaikan dalam hidup kita. Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan momen Idul Fitri ini untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah dan memperkuat hubungan dengan sesama, agar kita benar-benar menjadi hamba yang beruntung dan mendapatkan keberkahan dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT berfirman:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ

"Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia." (QS Ali 'Imran: 112)

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,

Kehidupan manusia terus berjalan dengan cepat, diiringi dengan berbagai perubahan sosial dan budaya yang semakin pesat. Dahulu, perubahan terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun sebelum dampaknya benar-benar terasa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kini perkembangan terjadi begitu cepat, dalam hitungan dekade, bahkan tahun. Hal ini semakin nyata sejak ditemukannya internet pada tahun 1990-an, yang menandai awal dari era digitalisasi. Internet tidak hanya mempermudah akses informasi dan komunikasi, tetapi juga membawa perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, pola interaksi sosial, dan bahkan cara kita memahami serta menjalankan ajaran agama.

Digitalisasi telah mengubah banyak hal dalam kehidupan kita. Kini, manusia tidak lagi bergantung pada cara-cara konvensional dalam berkomunikasi, bekerja, atau mengakses ilmu pengetahuan. Informasi yang dulunya sulit dijangkau kini tersedia dalam hitungan detik melalui jaringan internet. Media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, menghubungkan manusia dari berbagai belahan dunia tanpa mengenal batasan waktu dan tempat. Namun, di balik kemudahan yang ditawarkan, perubahan ini juga membawa tantangan besar. Informasi yang beredar di dunia maya tidak semuanya benar dan bermanfaat. Hoaks, fitnah, dan berita palsu semakin sulit dibedakan dari fakta, sehingga menuntut kita untuk lebih selektif dan kritis dalam menerima serta menyebarkan informasi.

Lebih dari sekadar komunikasi dan informasi, perkembangan teknologi juga telah mengubah cara manusia bekerja dan beraktivitas. Di era Revolusi Industri 5.0, teknologi tidak hanya menjadi alat bantu, tetapi telah berkolaborasi langsung dengan manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Kecerdasan buatan, robotika, dan Internet of Things (IoT) telah menggantikan banyak pekerjaan manusia dan meningkatkan efisiensi dalam berbagai sektor. Kita melihat bagaimana otomatisasi telah mengambil alih banyak tugas yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh manusia. Kemajuan ini tentu membawa manfaat besar, tetapi juga menghadirkan tantangan baru, seperti hilangnya beberapa jenis pekerjaan tradisional dan munculnya ketimpangan dalam akses teknologi.

Di tengah derasnya arus perubahan ini, umat Islam harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai keislaman. Kemajuan teknologi tidak boleh menjauhkan kita dari agama, tetapi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Al-Qur'an dan hadits tetap menjadi pedoman utama dalam menghadapi perkembangan zaman. Jika kita tidak berhati-hati, kemajuan teknologi dapat membuat kita lalai dalam beribadah, lebih banyak menghabiskan waktu di dunia maya daripada dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, kita perlu membangun kesadaran bahwa teknologi adalah alat yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup dan ibadah, bukan sebagai sarana yang membuat kita semakin jauh dari Allah dan nilai-nilai kebaikan.

Sebagai Muslim yang hidup di era modern, kita dituntut untuk cerdas dalam menyikapi perubahan ini. Islam tidak pernah menolak kemajuan, tetapi justru mengajarkan bagaimana menggunakannya untuk kebaikan umat. Teknologi bisa menjadi sarana dakwah, penyebaran ilmu, dan peningkatan kesejahteraan umat jika digunakan dengan bijak. Namun, jika kita terlena dan membiarkan diri hanyut dalam kecanduan digital, maka kita justru akan kehilangan esensi kehidupan yang sesungguhnya. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mengingat tujuan hidup kita, yaitu untuk beribadah kepada Allah dan membawa manfaat bagi sesama. Dengan menjaga keseimbangan antara pemanfaatan teknologi dan pelaksanaan nilai-nilai Islam, kita dapat menjalani kehidupan modern tanpa kehilangan jati diri sebagai hamba Allah yang taat.

Allah SWT berfirman:

وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًا , وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهُ

"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya." (QS At-Talaq: 2-3)

Keimanan dan ketakwaan harus tetap menjadi dasar dalam menghadapi perubahan zaman. Mari kita manfaatkan teknologi untuk kemaslahatan umat, memperkuat ukhuwah, dan meningkatkan kualitas ibadah kita. Jangan sampai kemajuan teknologi justru menjauhkan kita dari agama dan melalaikan kita dari kewajiban kepada Allah SWT.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,
Revolusi Industri 5.0 membawa tantangan dan peluang bagi umat Islam. Kita harus siap menghadapi dan memanfaatkan peluang ini dengan bijak. Salah satu cara menghadapinya adalah dengan meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan. Jangan sampai kita tertinggal dan dibelenggu oleh kebodohan.

Allah SWT berfirman:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ

"Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS Az-Zumar: 9)

Selain itu, kita harus menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan teknologi. Gunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan dan mempererat silaturahmi, bukan untuk menyebarkan fitnah atau kebencian. Dalam menghadapi tantangan ini, marilah kita berpegang pada sabda Rasulullah SAW:

اتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

"Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan iringilah keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaullah dengan sesama manusia dengan akhlak yang baik." (HR Ahmad)

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ

Jamaah Idul Fitri yang Dirahmati Allah,

Di penghujung khutbah ini, marilah kita berdoa agar Allah SWT memberikan kita kekuatan dan kebijaksanaan dalam menghadapi era digital ini. Semoga kita tetap teguh dalam iman dan istiqamah di jalan-Nya.

Khutbah II

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عُتَقَاءِ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا صِيَامَنَا وَقِيَامَنَا. اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْعِيدَ عِيدًا مُبَارَكًا لَنَا وَلِأُمَّةِ الْإِسْلَامِ أَجْمَعِينَ

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ

يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ

. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.

Oleh: H. Dadang Kahmad, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sumber: Laman Suara Muhammadiyah

Khutbah Idul Fitri 1446 H Terbaik PDF

Contoh Khutbah Idul Fitri 1446 H yang Penuh Makna

Judul: Lebaran, Momentum Petik Hikmah Ramadhan

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمُنْعِمِ عَلَى مَنْ أَطَاعَهُ وَاتَّبَعَ رِضَاهُ، الْمُنْتَقِمِ مِمَّنْ خَالَفَهُ وَعَصَاهُ، الَّذِى يَعْلَمُ مَا أَظْهَرَهُ الْعَبْدُ وَمَا أَخْفَاهُ، الْمُتَكَفِّلُ بِأَرْزَاقِ عِبَادِهِ فَلاَ يَتْرُكُ أَحَدًا مِنْهُمْ وَلاَيَنْسَاهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى مَاأَعْطَاهُ

أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَخْشَ إِلاَّ اللهَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي اخْتَارَهُ اللهُ وَاصْطَفَاهُ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالاَهُ

أَمّأَبَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تَقْوَاهُ وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هٰذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ، وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أَحَلَّ اللهُ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامَ، وَحَرَّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامَ، فَهُوَ يَوْمُ تَسْبِيْحٍ وَتَحْمِيْدٍ وَتَهْلِيْلٍ وَتَعْظِيْمٍ وَتَمْجِيْدٍ، فَسَبِّحُوْا رَبَّكُمْ فِيْهِ وَعَظِّمُوْهُ وَتُوْبُوْا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوْهُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ،صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمَ

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Tiada kata terindah yang layak terucap dari lisan kita pada kesempatan pagi hari ini selain Alhamdulillah. Puji dan syukur yang setinggi-tingginya kita panjatkan kepada Allah Dzat yang maha memberi nikmat, sekaligus mengantarkan kita hingga hari raya ini.

Setelah kita berjuang menahan haus dan lapar. Setelah kita berjihad melawan godaan nafsu dan syahwat. Akhirnya sampai di hari lebaran. Hari ketika diharamkan berpuasa dan diharuskan menikmati makanan.

Selawat dan salam semoga tercurah kepada Baginda Alam Habinana wa Nabiyyana Muhammad SAW. Sosok yang menjadi penghulu para nabi dan rasul. Nabi yang menjadi pembuka hidayah bagi umatnya. serta kepada para sahabatnya, para tabi'in, tabi tabi'in, hingga kepada kita semua yang senantiasa berharap diakui umatnya yang kelak mendapatkan syafaatnya.

Khatib berpesan kepada diri pribadi dan jamaah id sekalian, marilah kita sama-sama meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Atas perkenan-Nya, kita bisa berkumpul di tempat ini. Mengakhiri rangkaian ibadah Ramadhan, disertai dengan renungan bersama bagaimana kita meneruskan dan melestarikan nilai-nilai Ramadhan yang baru saja kita lewati. Tujuannya agar kita semua memiliki orientasi yang jelas dalam melangkah ke depan.

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Hikmah pertama, puasa Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah untuk umat Rasulullah agar dapat melipatgandakan pahala ibadah dan meraih bermacam-macam kebaikan. Sebagaimana diketahui, usia rata-rata umat Rasulullah itu hanya 60 tahunan.

Dengan adanya bulan Ramadhan, ibadah kita bisa menandingi ibadah umat-umat terdahulu yang usianya sampai ratusan tahun. Hal ini terjadi karena dilipatgandakannya ibadah umat Rasulullah di bulan Ramadhan, salah satunya melalui malam Lailatul Qadar. Allah berfirman dalam Surat Al-Qadar:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ ، لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan."

Puasa memberi pelajaran bahwa Allah kuasa mengunggulkan suatu perkara di antara perkara-perkara yang lain. Dan bulan Ramadhan pun diunggulkan di antara bulan-bulan yang lain. Demikian halnya Allah mengunggulkan hamba-hamba-Nya di antara hamba-hamba yang lain. Sehingga tak heran kita mendapati ada manusia yang kaya, ada yang alim, ada yang tampan, dan seterusnya.

Di sisi yang lain, Allah juga kuasa menjadikan hamba-hamba sebaliknya dari keadaan itu. Artinya, bukan Allah tak kuasa membuat kaya semua hamba-Nya. Bukan Allah tidak kuasa memberi ilmu kepada semua hamba-Nya. Tapi di balik itu Allah memberikan keadilan dan hikmah yang luar biasa.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Kedua, pelajaran penting lainnya dari Ramadhan adalah melahirkan hubungan dan rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Tidak ada hamba yang dapat melihat hakikat hubungan dan rahasia itu kecuali Allah. Sehingga pantas tidak ada yang berhak membalas puasa kecuali Allah.

Sungguh, pelajaran Ramadhan yang satu ini sangat penting bagi kita untuk selalu mengaitkan segala sesuatu dengan Allah. Sehingga kita selamanya berhubungan dengan Allah, merasa dilihat dan diawasi oleh Allah. Merasa diatur oleh Allah, merasa digerakkan oleh Allah, layaknya kita sedang berpuasa tak berani membatalkan puasa karena merasa dilihat Allah meski tak ada seorang pun yang melihat.

Intinya, segala sesuatu yang terjadi tak ada yang luput dari pengawasan dan ketentuan Allah. Begitu pula kita ibadah itu bukan karena makhluk, tetapi karena Allah. Sehingga harus merasa berada di hadapan Allah. Selanjutnya, kita tidak berani berbuat dosa sebab merasa ditatap oleh Allah. Inilah ihsan, sebagaimana digambarkan Rasulullah saat ditanya malaikat Jibril.

قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْإِحْسَانُ؟، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنَّكَ إِنْ لَا تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاك

Artinya: "Malaikat Jibril bertanya, "Wahai Rasulullah, apa artinya ihsan?" Beliau menjawab, "Ihsan itu engkau beribadah kepada Allah, seakan-akan engkau melihat-Nya. Kendati engkau tidak melihat-Nya, tetapi Dia selalu melihatmu," (HR. Ahmad).

Walhasil, pelajaran ini harus benar-benar dijiwai dengan menyadari bahwa ibadah kita hanya untuk Allah dan seperti berada di hadapan Allah. Kendati belum bisa merasa berada di hadapan Allah, sadarilah bahwa kita senantiasa ditatap oleh Allah.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Ketiga, pelajaran Ramadhan adalah menyadarkan bahwa kewajiban berpuasa dengan menahan segala sesuatu yang sebelumnya halal seperti makan dan minum, hanya pada bulan Ramadhan. Namun, puasa dari perkara yang haram itu sepanjang bulan bahkan seumur hidup. Jika selama puasa kita diperintah menahan diri dari perkara yang halal, maka apalagi perkara yang haram.

Nah, sesungguhnya puasa ingin memberi pelajaran kepada kita semua bahwa dalam segala hal tidak boleh berlebihan, termasuk dalam menikmati perkara yang halal. Ramadhan mengajarkan kita tentang kesederhanaan karena Allah tidak menyukai manusia yang berlebihan. Demikian sebagaimana yang diamanatkan dalam Al-Quran

يا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Artinya: "Wahai anak-cucu Adam, pakailah pakaian kalian yang indah setiap (memasuki) masjid, juga makan dan minumlah kalian, tapi jangan berlebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan," (QS. Al-A'raf [7]: 31).

Malahan, dalam ayat yang lain, orang yang berlebihan itu diancam digolongkan ke dalam ahli neraka.

وَأَنَّ الْمُسْرِفِينَ هُمْ أَصْحَابُ النَّارِ

Artinya, "Sesungguhnya orang yang berlebihan mereka itu golongan ahli neraka," (QS. al-Mu'min [40]: 43).

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْد

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Keempat, puasa memberi pelajaran bagi kita untuk menyantuni kaum papa dan dhuafa. Selama puasa kita menahan lapar dan belajar merasakan bagaimana laparnya orang-orang lemah. Sehingga di akhir Ramadhan, kita diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah, infak dan sedekah. Di antaranya untuk menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kita kepada mereka.

Yang lebih penting lagi, zakat itu untuk membersihkan diri dari segala macam kotoran batin yang tak terlihat secara kasat mata. Sekaligus zakat juga menjadi penyulam dan penambal puasa kita dari perkara yang merusak kesempurnaannya. Dari zakat ini diharapkan mengingat bahwa dalam rezeki kita ada hak orang lain yang harus diberikan.

Ingatlah kisah Nabi Sulaiman, seorang nabi yang paling kaya di muka bumi. Di akhirat, ia masuk surga 500 tahun lebih lambat dari Nabi Isa yang merupakan nabi termiskin. Pasalnya, Nabi Sulaiman mesti menghadapi hisab semua hartanya. Padahal, semua harta Nabi Sulaiman dipakai taat kepada Allah. Apalagi jika harta kita dipakai untuk maksiat. Sehingga, marilah di Ramadhan tahun ini, kita keluarkan harta seraya membersihkan diri.

Jamaah Idul Fitri Yang Dimuliakan Allah

Itulah sebagian pelajaran Ramadhan untuk kita cermati bersama. Insyaallah, masih banyak pelajaran lain yang dapat kita renungkan dan kita maknai. Sekali lagi, kita jangan sampai melewatkan dan meninggalkan Ramadhan tanpa kesan. Harus ada nilai yang membekas dan pelajaran berarti bagi kita sebagai hasil gemblengan dan didikan Ramadhan.

Mudah-mudahan kita termasuk hamba yang kembali kepada fitrah yang berarti kembali kepada kesucian dan ampunan dosa-dosa. Minal a'idin walfaizin. Semoga kita termasuk hamba yang meraih kemenangan. Semoga amaliah kita selama Ramadhan diterima Allah SWT. Dan doa-doa yang kita panjatkan diterima-Nya. Amin ya robbal alamin. Amin ya mujibassailin.

جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ

اَللهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًاقَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النّاس

اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Ustaz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat
Sumber: Laman NU Online

Khutbah Idul Fitri Terbaik 1446 H PDF

Naskah Khutbah Idul Fitri 1446 tentang Memperbaiki Diri

Judul: Ramadhan Membentuk Pribadi Berkarakter, Disiplin, dan Peduli Lingkungan

Khutbah I

اَللَّهُ أَكْبَرُ ٣×. اَللَّهُ أَكْبَرُ ٣×. اللهُ أَكْبَرُ٣×. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ رَمَضَانَ خَيْرًا مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ صِفَةُ الرَّحْمَةِ والْمَغْفِرَةِ لِعِبَادِهِ مُدِمِيْنَ لِلْاِسْتِغْفَارِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَفَاعَةِ الْعُظْمَى فِي يَوْمِ الْمَحْشَرِ. نَبِيٌّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Idul Fitri Yang Dirahmati Allah

Alhamdulillah. Di pagi yang cerah dan penuh berkah ini, segenap puji dan rasa syukur mari kita sanjungkan ke hadirat Allah. Atas perkenan dan segala nikmat-Nya, kita bisa menjalankan ibadah Ramadhan 1446 H. dan mengakhirinya dengan sholat sunah Idul Fitri secara berjamaah.

Selawat dan salam semoga tercurah kepada panutan alam, Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, para tabiin, hingga kepada kita selaku umatnya.

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Buah dari ibadah Ramadhan bukan sebatas menahan makan dan minum, tetapi sejauh mana ia berdampak signifikan terhadap pribadi yang menunaikannya.
Puasa hendaknya tak hanya menjadi seremonial tahunan, lalu memungkasnya dengan bangga, pestapora, atau foya-foya, tetapi juga harus membawa kita kepada pribadi berkarakter, bersabar, mampu mengendalikan diri, sehat lahir-batin, dan peduli terhadap sesama dan lingkungan.

Meski demikian, semua hikmah itu tidak bisa dipisahkan dari hikmah utamanya, yaitu mampu menghiasi keimanan dengan ketakwaan, sebagaimana pesan Al-Quran:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa," (QS. Al-Baqarah [2]: 183).

Demikian pula hakikat lebaran, menurut Ibnu Rajab, bukan sekadar berganti baju baru, tetapi juga harus mampu menambah ketakwaan. Sebagaimana disebut dalam kitab Lathaiful-Ma'arif karya Ibnu Rajab, terbitan al-Maktab Al-Islami, Beirut, halaman 484:

لَيْسَ الْعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيْدُ وَ لَكِنَّ الْعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ

Artinya, "Lebaran bukan untuk orang yang berbaju baru, tetapi bagi orang ketakwaannya bertambah."

Walhasil, banyak hal yang harus dicapai dari ibadah puasa kita. Namun, mengingat terbatasnya waktu dan kesempatan, maka pada khutbah Ied yang singkat ini akan diuraikan tiga capaian saja, yaitu berkarakter, disiplin, dan peduli lingkungan.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Idul Fitri yang Dirahmati Allah

Dalam konteks umum, karakter mengacu kepada sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Ada juga yang mengartikan karakter sebagai tabiat atau watak. Dalam konteks ini, tentu karakter yang terbentuk adalah karakter Muslim yang didasari oleh keimanan dan ketakwaan yang kuat.

Maka selepas berpuasa, kita diharapkan menjadi pribadi yang berkarakter, memiliki sifat, tabiat, akhlak, dan pekerti yang luhur, khas, dan berbeda dengan yang lain.

Kita tidak menutup mata bahwa hari ini bangsa kita sedang krisis moral dan nyaris kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang religius, santun, dan beradat ketimuran. Padahal, negara kita penganut agama Islam terbesar di dunia. Sayangnya, nilai-nilai agama seolah dikesampingkan.

Di sinilah pentingnya kita sebagai Muslim untuk kembali memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai luhur agama, baik dalam konteks hablum minallah maupun hablum minannas, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun bernegara.

Banyak kaum Muslimin yang belum sepenuhnya sadar bahwa beragama tidak bisa dilepaskan dari akhlak. Akibatnya, mereka banyak yang saleh secara spiritual, tetapi tidak secara sosial. Padahal, Rasulullah sendiri diutus untuk memperbaiki akhlak. Demikian sebagaimana yang diungkap dalam sabdanya:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

Artinya: "Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak," (HR. Ahmad).

Dalam hadits lain, pentingnya pembangunan akhlak dikaitkan langsung dengan kesempurnaan iman:

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

Artinya, "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya," (HR. At-Tirmidzi).

Ini artinya, iman memiliki hubungan dengan akhlak. Dengan kata lain, agama tak hanya mengedepankan aspek ketuhanan dan spiritual, tetapi juga aspek kemanusiaan dan sosial. Dan puasa di bulan Ramadhan yang baru saja kita tunaikan diharapkan mampu menjembatani pembentukan karakter kita dan menginternalisasi nilai-nilai luhur keislaman.

Puasa Ramadhan telah mengajarkan kesederhanaan dan kesabaran mengendalikan diri. Jangankan yang haram, yang halal pun dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Maka dengan ibadah puasa dan didikan Ramadhan, watak tamak, rakus, dan sifat buruk kita bisa hilang, setidaknya mampu dikendalikan.

Begitu pun sifat-sifat tercela lainnya, seperti mudah terprovokasi, mudah berkata kotor, mudah menghina, mencaci, menyebar hoaks, dengan puasa mestinya bisa dikalahkan. Demikian pula sikap korup di sebagian elit pejabat serta sikap brutal di kalangan generasi muda hendaknya bisa disembuhkan.

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Idul Fitri yang Dirahmati Allah

Selanjutnya, puasa Ramadhan diharapkan mampu menjadikan kita sebagai pribadi yang disiplin dan taat aturan. Jamaah sekalian, pada saat berpuasa, sadar tidak sadar kita dilatih untuk patuh aturan. Dalam kaitan ini adalah aturan syariat. Berpuasa harus sesuai syarat dan rukun. Makan sahur dan berbuka sesuai waktu yang telah ditetapkan. Tak hanya itu, kita juga dilatih meninggalkan hal-hal yang mengurangi keutamaan dan pahala puasa.

Maka selepas Ramadhan kita seharusnya menjelma menjadi yang sosok yang patuh dan disiplin aturan. Berbicara kedisiplinan tentu mencakup segala bidang, dimulai dari aturan atau norma yang berlaku, setidaknya terhadap empat norma yang berlaku, yaitu norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum.

Hari ini kita sendiri mengaku sebagai penganut agama, tapi terkadang gemar mengabaikan aturan. Patuh pada norma tertentu, tapi suka melanggar norma yang lain. Di luar sana, banyak yang patuh terhadap aturan syariat, tetapi mengesampingkan aturan bernegara. Padahal, ketaatan terhadap pemerintah juga diperintah oleh agama. Demikian sebagaimana salah satu ayat Al-Quran:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulul-amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu," (QS. An-Nisa [4]: 59).

اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ ، وَللهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin Jamaah Sholat Idul Fitri yang Dirahmati Allah

Terakhir, jamaah sekalian, puasa Ramadhan diharapkan mampu membuat kita peduli terhadap sesama dan lingkungan. Selama sebulan, kita belajar menahan lapar, turut merasakan bagaimana laparnya kaum lemah dan papa. Mengapa tak cukup juga menyadarkan kita akan derita mereka. Didikan zakat, infak, dan sedekah mengapa tak juga membiasakan kita di bulan-bulan biasa untuk menyantuni fakir-miskin, anak-anak yatim, atau orang-orang yang dilanda bencana.

Sekali lagi, ini semua mengajarkan kita agar menjadi hamba yang peduli dan memiliki jiwa sosial. Di saat yang sama, puasa juga harus membangunkan kita akan penyebab bencana dan kerusakan alam yang terjadi sekitar kita.

Sehingga inilah saatnya kita peduli dan beraksi nyata terhadap lingkungan sekitar. Mulai dari yang terkecil sampai hal yang lebih besar. Mulai menjaga sampah, sampai menanami lingkungan yang gundul dengan pepohonan. Keutamaannya pun cukup besar. Selain bisa menjaga kelestarian sebagai tempat kita tinggal, juga bernilai sedekah bagi kita. Bahkan, menjadi simpanan kebaikan pada hari Kiamat. Demikian seperti yang disampaikan Rasulullah SAW:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ وَمَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةٌ

Artinya: "Tiada seorang Muslim yang menanam pohon kecuali apa yang dimakan (orang lain) bernilai sedekah, apa yang dicuri darinya juga bernilai sedekah," (HR. Muslim).

Akhirnya kita memohon ampun kepada Allah atas segala kekurangan dan kekhilafan dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan, seraya memohon taufiq dan petunjuk-Nya agar senantiasa diberi bimbingan dan perlindungan dalam setiap tindak tanduk dan perilaku kita.

Atas nama pribadi, khatib haturkan mohon maaf atas segala khilaf dan salah. Selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H.

جَعَلَنَا الله ُوَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعاَئِدِيْنَ وَالْفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ الْمُتَّقِيْنَ

Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang kembali kepada fitrah dan meraih kemenangan, serta memasukkan kita semua sebagai golongan hamba yang benar-benar mencapai ketakwaan. Amin ya robbal alamin.

بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ ِللّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ، رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ، رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Ustaz M Tatam Wijaya, Penyuluh dan Petugas KUA Sukanagara-Cianjur, Jawa Barat
Sumber: Laman NU Online

Khutbah Idul Fitri 2025 PDF

Khutbah Lebaran 2025 tentang Makna Kemenangan Idul Fitri

Judul: 3 Ciri Sukses Ramadhan di Momen Lebaran

Khutbah I

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ
اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاسِ. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ شَهْرُ رَمَضانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّناتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Allahu Akbar, wa lillahilh hamd,

Lebaran atau momen Idul Fitri hampir selalu diwarnai dengan gegap gempita kegembiraan umat Islam di berbagai penjuru. Gema takbir dikumandangkan di malam harinya, kadang disertai sejumlah aksi pawai. Pada pagi harinya pun mayoritas dari mereka mengenakan pakaian serba baru, makan makanan khas dan istimewa, serta bersiap bepergian untuk silaturahmi ke sanak kerabat hingga berkunjung ke beberapa wahana liburan yang menarik.

Umat Islam merayakan sebuah momen yang mereka sebut-sebut sebagai "hari kemenangan". Tapi kemenangan atas apa?

Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,

Idul Fitri tiba ketika umat Islam menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, mereka menahan lapar, haus, hubungan seks, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam. Secara bahasa, shaum (puasa) memang bersinonim dengan imsâk yang artinya menahan. Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan material yang bisa membuat kita lupa diri.

Proses latihan tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan terhadap hal-hal yang sebelumnya halal, seperti makan dan minum. Inilah proses penempaan diri. Targetnya: bila manusia menahan diri dari yang halal-halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram-haram. Puasa itu ibarat pekan ujian nasional bagi siswa sekolah. Selama seminggu itu para murid digembleng untuk belajar lebih serius, mengurangi jam bermain, dan menghindari hal-hal lain yang bisa mengganggu hasil ujian tersebut.

Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan. Ia wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat (rahmah), ampunan (maghfirah), dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr). Aktivitas ibadah sunnah diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat.

Selayak siswa sekolah yang mendapatkan rapor selepas melewati masa-masa krusial ujian, demikian pula orang-orang yang berpuasa. Setelah melewati momen-momen penting sebulan penuh, umat Islam pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasil itu? Jawabannya tak lain adalah predikat "takwa", sebagaimana terdapat di al-Baqarah ayat 183:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Takwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. Seberapa tinggi derajat mulia manusia tergantung pada seberapa tinggi takwanya. Inna akramakum 'indallâhi atqâkum. Dalam konteks puasa Ramadhan, tentu takwa tak bisa digapai dengan sebatas menahan lapar dan dahaga. Ada yang lebih substansial yang perlu ditahan, yakni tergantungnya manusia kepada hal-hal selain Allah, termasuk hawa nafsu. Orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mencegah dirinya dari segala macam perbuatan tercela semacam mengubar syahwat, berbohong, bergunjing, merendahkan orang lain, riya', menyakiti pihak lain, dan lain sebagainya. Tanpa itu, puasa kita mungkin sah secara fiqih, tapi belum tentu berharga di mata Allah subhanahu wata'ala.

Rasulullah sendiri pernah bersabda:

كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ

Artinya: "Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja." (HR Imam Ahmad)

Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,

Karena puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan lagi, pertanyaan yang lebih relevan bukan saja "kemenangan atas apa yang sedang kita Idul Fitri?" tapi juga "apa tanda-tanda kita telah mencapai kemenangan?". Jangan-jangan kita seperti yang disabdakan Nabi, termasuk golongan yang sekadar mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa pahala?

Jika standar capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa kita sukses melewati Ramadhan pun tak lepas dari ciri-ciri muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Semakin tinggi kualitas takwa kita, indikasi semakin tinggi pula kesuksesan kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas takwa dalam diri kita, pertanda semakin gagal kita sepanjang Ramadhan.

Lantas, apa saja ciri-ciri orang bertakwa? Ada beberapa ayat Al-Qur'an yang menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Salah satu ayatnya terdapat dalam Surat Ali Imran:

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُـحْسِنِــينَ

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ' (senang) dan pada saat dlarrâ' (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)

Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,

Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa. Pertama, gemar menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun sulit. Orang bertakwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti berjiwa sosial, menaruh empati kepada sesama, serta rela berkorban untuk orang lain dalam setiap keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga kepada orang-orang memang membutuhkan.

Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah merupakan simbol bahwa "rapor kelulusan" puasa harus ditandai dengan mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang lemah. Ayat tersebut menggunakan fi'il mudhari' yunfiqûna yang bermakna aktivitas itu berlangsung konstan/terus-menerus. Dari sini, dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau "pancingan" bagi segenap kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.

Ciri kedua orang bertakwa adalah mampu menahan amarah. Marah merupakan gejala manusiawi. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja. Al-kâdhim (orang yang menahan) serumpun kata dengan al-kadhîmah (termos). Kedua-duanya mempunyai fungsi membendung: yang pertama membendung amarah, yang kedua membendung air panas.

Selayak termos, orang bertakwa semestinya mampu menyembunyikan panas di dadanya sehingg orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah. Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena tahu mudarat yang bakal ditimbulkan. Termos hanya menuangkan air panas pada saat yang jelas maslahatnya dan betul-betul dibutuhkan.

Patutlah pada kesempatan lebaran ini, umat Islam mengontrol emosinya sebaik mungkin. Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada orang-orang pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijak sana, dan tetap sejuk menghadapi situasi sepanas apa pun.

Ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku."

Kata 'afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah SWT. Memohon ampun merupakan bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai hamba yang banyak kesalahan dan tak suci.

Cara ini, bila dipraktikkan dengan penuh penghayatan, sebenarnya melatih orang selama Ramadhan tentang pentingnya maaf. Bila diri kita sendiri saja tak mungkin suci dari kesalahan, alasan apa yang kita tidak mau memaafkan kesalahan orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya.

Amatlah arif ulama-ulama di Tanah Air yang menciptakan tradisi bersilaturahim dan saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan kesalahan masing-masing di antara manusia.

Sudah berapa kali puasa kita lewati sepanjang kita hidup? Sudahkah ciri-ciri sukses Ramadhan tersebut melekat dalam diri kita? Wallahu a'lam bish shawab.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Khutbah II

اَللهُ أَكْبَرُ 7×، اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ "إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا". اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ اْلحَاجَاتِ. رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِاْلحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ اْلفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا أَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهىَ عَنِ اْلفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

Oleh: Alif Budi Luhur
Sumber: Laman NU Online

Khutbah Idul Fitri Terbaik 1446 H Download

Khutbah Idul Fitri 1446 H yang Sedih

Judul: Silaturahim Kepada Kedua Orang Tua dan Kerabat serta Saling Memaafkan

Khutbah I

اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اَلْحَمْدُ الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Alhamdulillah, segala puji milik Allah SWT. Tuhan yang menciptakan alam semesta beserta seisinya. Tuhan yang memberikan kenikmatan yang luar biasa kepada kita semua, salah satunya kenikmatan bertemu dengan hari raya Idul Fitri yang suci ini. Di pagi yang mulia ini, kita masih bisa menghirup oksigen-Nya, menyaksikan matahari-Nya dan berkumpul dengan kedua orang tua, sahabat dan sanak saudara.

Hal ini merupakan suatu keberkahan umur dan kemenangan bagi kita semua. Karena di hari ini bacaan takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang menggema di langit dan menyeluruh di berbagai penjuru dunia.

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Hari raya Idul Fitri atau lebaran merupakan hari kemenangan bagi kita semua umat Islam, karena selama sebulan penuh, kita berperang melawan hawa nafsu kita sendiri, mulai dari menahan lapar, haus, syahwat dan perbuatan yang sia-sia. Dan puncak dari orang yang sanggup memerangi hawa nafsunya tersebut akan mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah SWT, yakni menjadi hamba yang bertakwa. Hal ini telah Allah sebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 183:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S Al-Baqarah: 183).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah,

Perayaan kemenangan ini akan lebih indah lagi jika dilengkapi dengan silaturahim kepada kedua orang tua, kerabat dekat, kerabat jauh, tetangga dan para sahabat, yakni dengan cara saling mengunjungi rumahnya dan saling meminta maaf. Karena dengan silaturahim akan melapangkan rezeki dan memperpanjang umur.

Di negara Indonesia ini, tradisi pulang kampung untuk merayakan lebaran sudah menjadi kebiasaan yang lazim dan lumrah. Semua instansi akan mengambil cuti dan seluruh perantau akan pulang dengan segala kerinduan terhadap kampung halaman, kedua orang tua dan kerabatnya. Ini merupakan momentum yang sakral dan hanya terjadi setahun sekali. Meski silaturahim bisa terjadi kapanpun, akan tetapi momentum silaturahim di hari raya Idul Fitri memiliki nuansa yang khas dan berbeda.

Kerinduan kepada tanah kelahiran seperti ini juga pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad SAW seperti yang disebut dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِمَكَّةَ : " مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلَدٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ ، وَلَوْلا أَنَّ قَوْمِي أَخْرَجُونِي مِنْكِ ، مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ

Artinya: Berkata Rasulullah SAW, "Alangkah indahnya dirimu (Makkah). Engkaulah yang paling kucintai. Seandainya saja dulu penduduk Majkah tidak mengusirku, pasti aku masih tinggal di sini" (HR al-Tirmidzi).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Jika kita masih memiliki kedua orang tua, hormati, muliakan dan kunjungilah rumahnya, karena dari merekalah kita lahir ke dunia dan hidup hingga saat ini. Mereka merupakan sosok yang berjasa bagi hidup kita. Tidak ada kesuksesan dan kemuliaan yang kita raih saat ini merupakan hasil dari jerih payah dan doa dari mereka berdua.

Maka, mintalah maaf kepada keduanya jika salah, karena doa mereka bagi anak-anaknya merupakan jimat yang sakral dan lebih mustajab dari wali qutub sezamannya. Karena sesungguhnya rida Allah tergantung kepada rida kedua orang tuanya. Dalam hal ini Rasulullah SAW telah bersabda:

رِضَى اللهِ فىِ رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِى سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

Artinya: Keridaan Allah tergantung kepada keridaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua.

Allah SWT juga telah mengingatkan kepada kita untuk senantiasa berbuat baik kepada orang tua. Jangan membentaknya dan jangan pernah sekali-kali berkata kasar kepada mereka. Hal ini termaktub dalam Al-Qur'an surat Al-Isra ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik (Q.S Al-Qur'an Al-Isra: 23).

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Selain meminta maaf kepada kedua orang tua, jangan lupa juga untuk meminta maaf kepada keluarga, saudara dan tetangga-tetangga kita, karena tidak ada manusia satu pun di dunia ini yang terbebas dari kesalahan dan dosa, baik disengaja maupun tidak disengaja.

Dosa kepada Allah, seperti meninggalkan sholat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan bisa ditebus dengan bertaubat meminta ampun kepada-Nya serta mengqadha sholat dan puasanya. Akan tetapi dosa kepada sesama manusia, karena sebab menyakiti dan menganiaya, tidak akan diampuni oleh Allah SWT, meski orang tersebut telah sholat 1000 rakaat, dan puasa sepanjang hari, kecuali ia meminta maaf langsung kepada saudaranya yang disakiti.

Selain itu, kunjungilah rumah-rumah mereka, karena kapan lagi kita bisa silaturahim kepada saudara kita, para tetangga, dan para sahabat kita. Kapan lagi kita bisa menyicipi hidangan dan masakan mereka, jika kita tidak mengunjungi setiap rumah mereka. Karena dengan cara tersebut berarti kita telah memiliki rasa empati dan sosial yang tinggi hidup di masyarakat.

Dan bagi yang memiliki kerabat jauh dan sulit untuk bertemu, ilmu Allah bernama teknologi telah mempermudah kita untuk bersilaturahim lewat berbagai aplikasi media sosial seperti whatsapp, instagram, facebook, dan sebagainya. Sehingga jangan sampai momentum ini terlewat dengan sia-sia dan penuh penyesalan di kemudian hari.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Maasyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah.

Demikianlah khutbah Hari Raya Idul Fitri ini, mudah-mudahan bermanfaat kepada para jamaah sekalian. Semoga lebaran kali ini menjadi momentum yang indah bersama orang-orang yang kita cintai. Dan semoga juga dosa-dosa kita diampuni oleh Allah SWT, juga dosa kedua orang tua, kerabat dan kaum muslimin sekalian. Amin ya rabbal alamin.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا.

Allahumma firlii dzunubi wa liwaa lidhayya warham humaa kamaa rabbayaa nii shaghira

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدَيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ اَلْحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ، أَشْهَدُ أَنْ لآ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَ صَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا اتَّقُوا الله. قال الله تعالى: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . وَقَالَ تَعَالَى: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى اَنْبِيَائِكَ وَرَسُلِكَ وَمَلاَئِكَةِ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ: اَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِى، وَ عَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وتَابِعِى التَّابِعِيْنَ، لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالاَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيسِيَّا هَذَا خَاصَّةً، وَسَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ . تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ، وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ، كُلُّ عَامٍ وَاَنتُمْ بِخَيْرٍ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيِنَ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِالْعَدْلِ وَالاِحْسَانِ، وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَذْكُرْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ. وَاللهُ يَعْلَمُ ماَ تَصْنَعُوْنَ

Oleh: Ustadz Yudi Prayoga, M Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung
Sumber: Laman NU Online Lampung

Khutbah Idul Fitri PDF

Khutbah Idul Fitri tentang Saling Memaafkan

Judul: Idul Fitri Sebagai Momen Permintaan Maaf pada Sesama

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ
اللهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ
للهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، االلهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَتَمَّ لَنَا شَهْرَ الصِّيَامِ، وَأَعَانَنَا فِيْهِ عَلَى الْقِيَامِ، وَخَتَمَهُ لَنَا بِيَوْمٍ هُوَ مِنْ أَجَلِّ الْأَيَّامِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، الواحِدُ الأَحَدُ، أَهْلُ الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ إلَى جَمِيْعِ الْأَنَامِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ التَّوْقِيْرِ وَالْاِحْتِرَامِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Jamaah sholat Idul Fitri yang dimuliakan Allah,

salah satu tujuan agama Islam diturunkan ke muka bumi, yakni untuk mewujudkan dan menjaga persaudaraan antarsesama manusia dari segala perbedaannya. Dalam QS. Hûd 118 Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخۡتَلِفِينَ

"Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya Ia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi umat manusia senantiasa berbeda-beda".

Ibnu Katsîr (w. 774 H) dalam kitab tafsirnya, Tafsîr Al-Qur`ân al-'Adhîm, menafsirkan kata (وَلا يَزالُونَ مُخْتَلِفِينَ) yang berarti "manusia senantiasa berbeda-beda".

Diceritakan dalam tafsir Ath-Thabarî, suatu ketika Nabi SAW sangat berharap semua umat manusia di muka bumi ini mengimaninya, mempercayai bahwa beliau seorang utusan Allah yang harus diikuti.

Namun Allah segera mengingatkannya bahwa tidak seorang pun di dunia ini punya hak untuk memaksa seseorang dalam keimanan yang sama. Kapasitas Nabi Muhammad SAW hanya sebatas menjadi pemberi kabar gembira (mubasysyir) dan pemberi peringatan (mundzir), bukan sebagai pemaksa (mukrih).

Dalam QS. Yûnus 99 Allah SWT berfirman:

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأٓمَنَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ

"(Wahai Muhammad), jika Tuhanmu menghendaki, niscaya semua orang di muka bumi secara keseluruhan beriman (kepadamu). Maka apakah engkau (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?"

Diceritakan oleh Abû Hurairah ra, ketika paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abu Thalib hendak wafat, Nabi SAW meminta kepadanya supaya beriman kepada Allah dan utusan-Nya. Lalu Allah mengingatkan bahwa yang punya hak memberikan petunjuk atau hidayah kepada manusia hanya Allah SWT semata.

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

"(Wahai Muhammad) sesungguhnya engkau tidak akan bisa memberi petunjuk kepada orang yang engkau sayangi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS. Al-Qashash 56).

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Jamaah Idul Fitri hafidzakumullah,

Jadi, Islam selain mengakui bahwa manusia berbeda-beda dalam banyak hal, dalam waktu bersamaan Islam juga mewajibkan umatnya untuk selalu menjaga persaudaraan dan melarang keras bermusuhan. Pada hari ini kita merayakan Idul Fitri yang salah satu tradisi utamanya yakni saling meminta dan memberi maaf.

Dalam kitab-kitab fiqih dijelaskan bahwa berbuat salah kepada Allah atau melanggar hak Allah (huququllah) cara menghapusnya cukup dengan bertobat, beristighfar, yakni meninggalkan kesalahan dan meminta ampunan kepada Allah.

Akan tetapi jika berbuat salah kepada sesama manusia maka harus meminta rida dan maaf langsung kepada yang bersangkutan. Jika tidak maka senantiasa dosa akan terus mengalir. Meski selalu sholat lima waktu dan beristighfar kepada Allah.

Dan jika kesalahan itu berkaitan dengan materi, semisal pernah mengambil harta bendanya tanpa seizin pemiliknya atau mencuri, maka cara membersihkan dosa tersebut yakni dengan mengembalikan harta tersebut dan meminta maaf kepadanya. Jika tidak sanggup mengembalikan harta yang telah diambilnya, mintalah kepada pemiliknya agar mengikhlaskannya. Karena tanpa keikhlasan hidup kita hanya akan hampa. Kesana kemari hanya diliputi oleh hutang hak adami (kesalahan sesama manusia).

Di hari yang Fitri ini jika sudah mampu untuk membayar hutang, bayarlah hutang saudaramu, karena membayar hutang hukumnya wajib, dan meminta maaflah karena baru sekarang bisa membayarnya

Memberikan hutangan hukumnya sunnah dan membayar hutang hukumnya wajib. Jangan sampai kita sudah berjanji akan mengembalikan dan sudah mampu, justru malah ditunda-tunda, maka hukumnya adalah haram dan berdosa.

Jamaah Idul Fitri hafidzakumullah,

Dengan Idul Fitri ini kita diwajibkan meminta maaf, yang muda mendatangi yang tua, dan yang tua memaafkan yang muda. Kunjungi dan tengoklah rumah saudara dan tetangga-tetanggamu. Karena kapan lagi kita akan mengunjungi rumah satu persatu secara serentak jika bukan karena keberkahan Idul Fitri.

Dengan keberkahan Idul Fitri ini marilah kita jadikan sebagai permulaan untuk tetap meningkatkan ibadah sebagaimana yang kita lakukan pada bulan Ramadhan, sekaligus menghentikan perbuatan dosa dan salah, baik kepada Allah maupun kepada sesama manusia, baik yang sengaja ataupun tidak disengaja, baik yang seagama maupun yang berbeda, yang sepaham maupun yang berlainan paham.

Karena Islam adalah satu, saling bersaudara. Perbedaan adalah takdir Allah, dan menjaga bersaudara adalah perintah agama. Jangan sampai setelah saling memaafkan, berseteru kembali, saling ghibah, fitnah, membid'ahkan, mengkafirkan sesama muslim dan saling bermusuhan.

Demikian khutbah yang dapat saya sampaikan, mohon maaf atas segala kesalahan. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

تقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ اَللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ عِيْدِنَا، وَأَعِدْهُ عَلَينَا أَعْوَامًا عَدِيْدَةً أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. وَاَقوْلُ قوْلِى هَذَا، وَأسْتغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتغْفِروهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ
اللهُ أكبرُ، وللهِ الحَمْدُ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الرَّحِيمِ الرَّحْمَنِ، أَمَرَ بِالتَّرَاحُمِ وَجَعَلَهُ مِنْ دَلاَئِلِ الإِيمَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى نِعَمِهِ الْمُتَوَالِيَةِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ الرَّحْمَةُ الْمُهْدَاةُ، وَالنِّعْمَةُ الْمُسْدَاةُ، وَهَادِي الإِنْسَانِيَّةِ، إِلَى الطَّرِيقِ الْقَوِيمِ. فَاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى مَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
أَمَّا بَعْدُ: فَأُوصِيكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ. إنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى فِيْهِ بِمَلَائِكَتِهِ، فقَالَ تَعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. وقالَ رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْراً.
اللَّهُمَّ صلِّ وسلِّمْ وبارِكْ علَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الْأَكْرَمِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ.

Oleh: Ustaz Yudi Prayoga, M.Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton, Bandar Lampung
Sumber: Laman NU Online Lampung

Khutbah Idul Fitri 2025 PDF

Nah itulah beberapa contoh khutbah Idul Fitri 1446 H yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga membantu!




(urw/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads