5 Khutbah Idul Fitri tentang Saling Memaafkan Lengkap dengan Doanya

5 Khutbah Idul Fitri tentang Saling Memaafkan Lengkap dengan Doanya

St. Fatimah - detikSulsel
Sabtu, 29 Mar 2025 10:17 WIB
Umat Islam mendengarkan khutbah usai melaksanakan Shalat Idul Adha 1444 H di halaman parkir Universitas Muhammadiyah (Umuha) Aceh, Banda Aceh, Rabu (28/6/2023). Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha atau 10 Zulhijah 1444 Hijriah jatuh pada Rabu (28/6/2023). ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/aww.
Ilustrasi (Foto: Antara foto/Irwansyah Putra)
Makassar - Tak terasa umat muslim tinggal menghitung hari untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1446 H/2025 M. Salah satu ibadah utama yang menandai hari raya ini adalah pelaksanaan shalat Idul Fitri di pagi hari, yang dilakukan secara berjamaah dan diikuti dengan khutbah.

Di kesempatan yang penuh berkah ini, banyak pesan yang bisa disampaikan oleh khatib, salah satunya adalah pentingnya saling memaafkan. Dengan tema ini, khatib bisa mengingatkan umat muslim untuk membersihkan hati, saling memaafkan atas segala kesalahan yang telah dilakukan, baik kepada orang lain maupun sebaliknya.

Hal ini juga sebagai langkah untuk memulai lembaran baru yang penuh dengan kesucian di hari yang fitri. Bagi yang akan menyampaikan khutbah, di bawah ini detikSulsel telah menyajikan beberapa khutbah Idul Fitri yang dapat menjadi referensi. Yuk, disimak!

1. Khutbah Idul Fitri tentang Hidup Harmonis dan Saling Memaafkan

Khutbah I

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الله أكبر الله أكبر الله أكبر X3 لاإله إلاّ الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد. الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات الذي هدانا لهذا وما كنّا لنهتدي لولا أن هدانا الله. أشهد أن لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له الذي خصّنا بخير كتاب أنزل وأكرمنا بخير نبىّ أرسل وأتمّ علينا النعمة بأعظم دين شرع دين الإسلام, اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا, وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله الذي أدّى الأمانة وبلّغ الرّسالة ونصح الأمّة وجاهد في الله حقّ جهاده وتركنا على المحجّة البيضاء ليلها كنهارها لايزيغ عنها إلاّ هالك.

اللهم صلّ وسلّم وبارك على سيدنا محمد النبيّ الكريم وعلى آله وصحابته المجاهدين الطّاهرين أجمعين. أمّا بعد,

فيا عباد الله ! اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون, واعلموا أن يومكم هذا يوم عظيم وعيد كريم, قال عزّ وجلّ : ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم ولعلكم تشكرون.

وقال صلّى الله عليه وسلم : زَيّنُوْا اَعْيَادَكُمْ بِالتَّكْبِيْرِ. (الطبراني، غريب، في نيل الاوطار)
صدق الله العظيم وصدق رسوله النبيّ الكريم ونحن على ذالك من الشاهدين والشّاكرين.

Jama'ah rahimakumullah

Puji syukur kehadirat Allah SWT, salawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW.

اوصيني نفسي واياكم بتقوى الله فقد فاز المتقون

Ramadhan tahun 1446 H berhasil kita lalui dengan baik, sehingga di pagi yang cerah ini kita berkumpul dan berbaur dalam satu peristiwa yang agung. Yaitu mendirikan salat Idul Fitri berjamaah seraya mengagungkan kebesaran Allah SWT.

Ramadhan tahun ini sebetulnya umat Islam, masih diselimuti banyak cobaan dan ujian, baik secara regional, nasional, maupun internasional. Di tingkat internasional masih terjadi peperangan, khususnya yang menimpa saudara kita di Palestina. Di tingkat nasional masih terjadi kemelut politik pasca Pemilu. Begitu pula di tingkat regional, banyak saudara kita tertimpa musibah banjir, longsor dan gempa bumi.

Kemungkinannya, banyak saudara saudara kita yang tidak merasakan suasana perayaan Idul Fitri tahun ini selayaknya kita di sini. Maka bersyukurlah kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan kepada kita, sehingga kita dapat merayakan Idul Fitri seperti sekarang ini. Firman Allah SWT

لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ (إبراهيم - 7)

Artinya: jika kalian bersyukur maka akan aku tambahkan nikmat buat kalian. Dan jika kalian ingkar maka sesungguhnya siksaku amat pedih.

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia!

Hari ini kita merayakan idul Fitri dengan gembira dan suka cita. Kita pantas merayakannya sebab selama bulan Ramadah kita telah beribadah, menjalankan puasa, mengkhatamkan Al-Qur'an, melaksanakan qiyamullail, bersedekah, dll.

Semua ibadah itu kita lakukan sebagai cara untuk meraih kebahagian hidup. Yaitu hidup bahagia karena merasa dekat dengan Allah SWT. Allah SWT berfirman:

{ قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

Artinya: Katakanlah (hai, Muhammad!) dengan anugerah Allah dan rahmat-Nya maka bergembiralah! Ia lebih baik dari apa yang kamu kumpulkan. (QS Yunus: 58)

Rasulullah SAW menggambarkan kegembiraan orang yang beribadah di bulan puasa dengan sabdanya yang berbunyi:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا ؛ إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ ؛ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ" . (متفق عليه).

Artinya: orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan sekaligus: yaitu: pada waktu berbuka puasa maka dia bergembira. Ketika dia berjumpa dengan Tuhannya maka dia bahagia karena mendapatkan pahala puasanya.

Beliau, nabi kita Muhammad SAW membolehkan umatnya untuk merayakan Idul Fitri dengan suka cita. Disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، قَالَتْ: دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ وَعِنْدِي جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِي الْأَنْصَارِ تُغَنِّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ الْأَنْصَارُ يَوْمَ بُعَاثَ، قَالَتْ: وَلَيْسَتَا بِمُغَنِّيَتَيْنِ، فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَمَزَامِيرُ الشَّيْطَانِ فِي بَيْتِ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَذَلِكَ فِي يَوْمِ عِيدٍ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:" يَا أَبَا بَكْرٍ إِنَّ لِكُلِّ قَوْمٍ عِيدًا وَهَذَا عِيدُنَا" . (متفق عليه).

Dari 'Aisyah berkata, "Abu Bakar masuk menemui aku saat itu di sisiku ada dua orang budak tetangga Kaum Anshar yang sedang bersenandung, yang mengingatkan kepada peristiwa pembantaian kaum Anshar pada perang Bu'ats." 'Aisyah melanjutkan kisahnya, "Kedua sahaya tersebut tidaklah begitu pandai dalam bersenandung. Maka Abu Bakar pun berkata, "Seruling-seruling setan (kalian perdengarkan) di kediaman Rasulullah ﷺ!" Peristiwa itu terjadi pada Hari Raya 'Ied. Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ, "Wahai Abu Bakar, sesungguhnya setiap kaum memiliki hari raya, dan sekarang ini adalah hari raya kita."

Kaum muslimin dan muslimat yarhamkumullah!

Di saat semua ummat Islam merayakan Idul Fitri dengan penuh suka cita, kita manfaatkan beberapa hari sesudah bulan puasa ini untuk bersilaturahim. Mumpung semua bergembira! dimana secara psikis orang yang bergembira, hatinya terbuka dan mudah menerima serta berbaik hati.

Firman Allah SWT

{وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى }

Artinya: Sembahlah Allah dan jangan menyukutukannya dengan suatu apapun. Bersikap baiklah kepada kedua orang tua dan para kerabat dekat. (QS An Nisa: 36)

Rasulullah SAW bersabda

"إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْ خَلْقِهِ قَالَتْ الرَّحِمُ : هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيعَةِ ، قَالَ : نَعَمْ ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ ؟ ، قَالَتْ : بَلَى يَا رَبِّ ، قَالَ فَهُوَ لَكِ "، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : {فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ } (البخاري)

Artinya: sesungguhnya Allah Yang menciptakan makhluk, sampai tatkala telah selesai semua ciptaannya, maka berkata rahim manusia. "Apa ini tempat bernaung bagi manusia yang telah putus hubungan?. Allah menjawab: Ya! Apa kamu rela bila aku sambungkan orang yang berkenan menyambung mu dan aku putus orang memutuskanmu? Maka rahim manusia menjawab: Baiklah, ya Tuhanku! Lalu Allah berkata: Itu adalah hakmu. Kemudian Rasulullah berkata: "Bacalah di saat saat kalian butuh, ayat Al-Qur'an yang artinya: Apa kalian berkeinginan berpaling untuk berbuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahmi..".

Rasulullah SAW juga mengajarkan bahwa menyambung silaturahim utamanya dilakukan kepada orang-orang yang pernah memiliki masalah dengan kita. Termasuk keluarga yang sudah jarang kita temui, kita dianjurkan untuk bersilaturahim kepada mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda:

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا". (البخاري)

Artinya: Bukan disebut Wasil (penyambung silaturahim) jika hanya berkunjung kepada orang yang hubungannya normal normal saja. Tetapi disebut Wasil adalah jika kamu diputuskan hubungan dengan dia namun kamu mau bersilaturahim kepadanya.

Islam begitu indah mengajarkan kepada umatnya agar menjaga keharmonisan dalam bermasyarakat. Oleh sebab itu marilah di momen Idul Fitri ini kita saling memaafkan untuk kehidupan yang lebih harmonis, rukun dan damai.

Semoga kita semua mendapatkan keberkahan dari Allah SWT dan dijadikan negeri kita ini menjadi baldatun Thoyyibatun wa rabbun Ghofur.

Khutbah II/Doa

الله أكبر X7 الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا. الحمد لله الذي أعاد العيد وكرّر نحمده سبحانه أن خلق وصوّر. أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له شهادة يثقل بها الميزان في المخشر وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله المبعوث إلى كافة البشر. اللهمّ فصلّ وسلّم وبارك على سيّدنا محمّد وعلى آله وأصحابه الشّرف الأفخر. أمّا بعد,

فيا أيّها المؤمنون ! اتقواالله فيما أمر وانتهوا عمّا نهى عنه وحذر, واعلموا أنّ الله تعالى صلّى على نبيّه قديما فقال تعالى : إنّ الله وملائكته يصلّون على النّبي يا أيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيّدنا محمد خير الخلق صاحب الصدق الأمين وارض اللهمّ عن كلّ الصحابة أجمعين وعن التابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين ويا أرحم الرّاحمين,

أَللّهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ, رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ بِاْلأِيْماَنِ كاَمِلِيْنَ وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ وَلِلدَّعْوَةِ حَامِلِيْنَ وَبِاْلإِسْلاَمِ مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ وَفِي اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ وَلِلنِّعاَمِ شاَكِرِيْنَ وَعَلَى اْلبَلاَءِ صاَبِرِيْنَ.

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ بِلاَدَنَا هَذَا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ سَخَاءً رَخاَءً، اَللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ بِناَ سُوْأً فَاَشْغِلْهُ فِي نَفْسِهِ وَمَنْ كَادَنَا فَكِدْهُ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُ تَدْبِيْرَهُ, اَللَّهُمَّ اجْعَلْناَ فِيْ ضَمَانِكَ وَأَمَانِكَ وَبِرِّكَ وَاِحْسَانِكَ وَاحْرُسْ بِعَيْنِكَ الَّتِيْ لاَ تَناَمُ وَاحْفَظْناَ بِرُكْنِكَ الَّذِيْ لاَ يُرَامُ. اَللَّهُمَّ اَعِزِّ الإسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَكَ أَعْدَاءَنَا وَأَعْدَاءَ الدِّيْنِ, ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلاّ للذين آمنوا ربّنا إنك غفور رحيم, ربنا هب لنا من أزواجنا وذرّيّاتنا قرّة أعين واجعلنا للمتّقين إماما, ربنا لاتزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهّاب, ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار والحمد لله ربّ العالمين. آمين.

Oleh: M Ishom El Saha (Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin - Serang)
Sumber: Laman Kementerian Agama RI

2. Khutbah Idul Fitri: Menghadirkan Maaf dan Ketulusan Memaafkan

Khutbah I

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر

الحمد لله الذى عاد علينا نِعمه فى كل نفس ولمحات وأسبغ علينا ظاهرة وباطنة فى الجلوات والخلوات. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له الذى امتن علينا لنشكره بأنواع الذكر والطاعات. وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الأنبياء والمرسلين وسائر البريات. اللهم صل وسلم على سيّدنا محمّد وعلى أله وأصحابه أهل الفضل والكمالات. الله أكبر أما بعد : أيها الحاضرون اتّقوا الله حقّ تقاته ولا تمو تنّ إلاّ وانتم مسلمون واشكروا نعمت الله الّتي وصلنا للإيمان ووصلنا إلى العيد الفطر المبارك

قال الله تعالى في كتابه الكريم : ياأيهاالذين آمنوا اتّقوا الله والتنظر نفسٌ ما قدّمت لغدٍ وتّقوا الله إنّ الله خبيرٌ بما تعملون وقال رسول الله صلى الله عليه وسلّم: من نفّس عن مؤمنٍ كُرْبةٌ من كُربِ الدنيا نفّس الله عنه كربة من كرب يومِ القيامة' ومَن يَسّر على مُعسرٍ يسّر الله عليه في الدنيا والآخيرة' ومن ستَر مسلماً ستَره اللهُ في الدنيا والآخرة' والله في عونِ العبدِ مادام العبدُ في عون أخيه

Alhamdulillah dengan penuh hidayah Allah SWT, di pagi yang cerah ini kita dapat bersama-sama melaksanakan shalat Idul Fitri 1446 H dengan penuh kekhusyukan, kebahagiaan, dan persaudaraan. Oleh karena itu marilah kita bersyukur atas nikmat Allah SWT atas hidayah dan inayah-Nya sehingga kita ditakdirkan untuk hadir bersama-sama di masjid yang dimuliakan Allah ini, karena masih banyak saudara-saudara kita yang berhalangan, tengah berada di jalan atau terbaring sakit.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Marilah bersama-sama kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, dzat yang maha penyayang yang tak pandang sayang, dzat yang maha pengasih yang tak pernah pilih kasih, dengan cara menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan larangan-Nya.

Khatib juga mengajak, marilah di pagi yang cerah ini kita buka seluas-luasnya pintu maaf yang telah lama tertutup, kita buka hati suci kita, pikiran jernih kita, kita singkirkan kotoran jiwa kita, yaitu rasa dendam, benci dan permusuhan di antara sesama saudara dan umat beragama. Mudah-mudahan kita yang hadir ini senantiasa tercatat dan digolongkan sebagai orang-orang yang mendapat ampunan Allah SWT, sebagaimana dalam hadits qudsi-Nya yang berbunyi:

إِذَا صاَمُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوا إلَى عِيدِكُمْ يَقُوْلُ اللهَ تَعاَلى ياَ مَلَا ئِكَتي كُلُّ عَاملٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ إِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَيُناَدي مُنَادٍ ياَ أُمّةَ مُحَمّد ارْجِعوْا إلَى مَنَازِلِكمْ قد بَدَلْتُ سَيِّئاَتِكُم حَسَنَاتٍ فيَقوُل اللهُ تَعالى ياَ عِبادي صُمتُم لي وافطَرْتم لي فَقُوموْا مَغْفوْراً لَكم

Artinya: "Apabila mereka berpuasa di bulan Ramadhan kemudian keluar untuk merayakan hari raya, maka Allah pun berkata, 'Wahai malaikatku, setiap yang mengerjakan amal kebajikan dan meminta balasannya sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka'. Seseorang kemudian berseru, 'Wahai umat Muhammad, pulanglah ke tempat tinggal kalian. Seluruh keburukan kalian diganti dengan kebaikan'. Kemudian Allah pun berkata, 'Wahai hamba-Ku, kalian berpuasa untukku dan berbuka untukku. Maka bangunlah sebagai orang yang telah mendapat ampunan'.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Semalam suntuk kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil tanpa henti, tanpa lelah. Semua itu merupakan simbol kita mencintai dan mengagungkan asma Allah dengan penuh penghayatan dan pengharapan akan hari di mana kita akan berjumpa dengan Penguasa Alam. Sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:

لِلصَّائِمِ فَرْحتَانِ فَرْحَةٌ عِندَ إفْطَارِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقاَءِ ربّهِ

Artinya, "Dua kebahagiaan bagi mereka yang berpuasa: (1) kebahagiaan ketika berbuka dan (2) kebahagiaan ketika bertemu langsung dengan Tuhannya."

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Rasulullah SAW bersabda:

زَيِّنوْا أعْيَادَكم بِاالتَكبيرِ

Artinya, "Hiasilah hari rayamu dengan Takbir"

Islam sesungguhnya telah mengajarkan umatnya agar senantiasa bertakbir. Saat adzan dikumandangkan, saat iqamah dilafalkan, saat bayi dilahirkan, dan saat jenazah dikuburkan, kita bunyikan takbir. Takbir kita tanamkan ke dalam lubuk hati kita sebagai wujud pengakuan atas kebesaran dan keagungan Allah, karena selain Allah semua kecil. sedangkan tasbih dan tahmid adalah wujud menyucikan asma Allah dan segenap yang berhubungan dengan-Nya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh,

Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صاَمَ رَمَضانَ ايْماناً وَاحْتِساباً غُفر لهُ ماَ تقدَّمَ مِنْ دنْبهِ

Artinya, "Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lewat." (HR. Imam Muslim).

Terampuni dosa-dosa di sini adalah حَقُّ الله (haqqu Allah) atau hubungan manusia dengan Allah sedangkan apabila terjadi kekhilafan antar sesama manusia, maka akan terampuni apabila mereka saling memaafkan, saling ridha-meridhai. Oleh sebab itu mari kita buang sifat sombong kita, egois kita untuk senantiasa membuka pintu maaf dan memohon maaf jika khilaf. Dan seyogianya kita melakukan hal itu secara langsung ketika kita mumpun hidup di dunia.

Di dalam kitab Syarhul Hikam dijelaskan bahwa ahli waris tidak berhak untuk memberi maaf jika kesalahan dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia, karena di akhirat nanti tidak ada perbuatan saling maaf memaafkan seperti sekarang ini di dunia kita lakukan.

Lantas, bagaimana cara agar dapat menebus dosa terhadap si mayit. Yang bisa kita lakukan adalah memperbanyak amal ibadah, karena di akhirat nanti mereka yang pernah kita aniaya akan menuntut dan meminta keadilan di hadapan Allah, sehingga amal ibadah kita akan diberikan kepada mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW di dalam kitab Riyadus Shalihin, Abu Hurairah mendengar Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ، فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ - رواه مسلم

Artinya, "Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, 'Tahukah kalian siapakah orang yang muflis (bangkrut) itu? Para sahabat menjawab, 'Orang yang muflis (bangkrut) di antara kami adalah orang yang tidak punya dirham dan tidak punya harta.' Rasulullah SAW bersabda, 'Orang yang bankrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) melaksanakan shalat, menjalankan puasa dan menunaikan zakat, namun ia juga datang (membawa dosa) dengan mencela si ini, menuduh si ini, memakan harta ini dan menumpahkan darah si ini serta memukul si ini. Maka akan diberinya orang-orang tersebut dari kebaikan-kebaikannya. Dan jika kebaikannya telah habis sebelum ia menunaikan kewajibannya, diambillah keburukan dosa-dosa mereka, lalu dicampakkan padanya dan ia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Nuansa hari raya seperti sekarang ini kita pasti membayangkan saat-saat begitu indahnya kebersamaan, berkumpul dengan sanak saudara, kita cium tangan kedua orang tua kita dengan rasa haru, kita meminta maaf atas salah dan khilaf kita. Begitulah tuntunan baginda Rasulullah SAW agar kita selalu berbakti kepada orang tua, menghormati mereka dan mengingat jerih payah mereka. Demikian tinggi derajat kedua orang tua kita sehingga berbuat baik terhadap orang tua adalah ibadah yang sangat dicintai Allah SWT.

Suatu ketika sahabat Abdullah RA bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amal apakah yang dicintai Allah; beliau bersabda:

عَن عبدِ الله قاَل سألتُ النَبي صلى الله عليه وسلم أيُّ العَملِ أَحَبُّ إِلىَ الله عَزَّ وَجَلَّ قَالَ الصَّلاةُ عَلىَ وَقْتِهاَ قَالَ ثُمَّ أَيّ قاَلَ بِرُّ الوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيّ الجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Artinya: "Dari Abdulullah RA berkata, saya bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, 'Apakah amalan yang lebih dicintai Allah?' Jawab beliau, 'Shalat dalam waktunya.' 'Kemudian apa?' 'Berbakti terhadap kedua orang tua.' 'Kemudian apa?' 'Berjuang di jalan Allah.'"

Kemudian ada hadits yang kedua yang artinya, "Diceritakan dari Sahabat Abdullah bin Amr, ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, 'Saya ingin berjihad ya Rasulullah.' Nabi menjawab, 'Apakah ibu bapakmu masih hidup? Laki-laki tersebut menjawab, 'Masih.' Nabi bersabda, 'Berjuanglah menjaga kedua orang tuamu.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Makna Idul Fitri selanjutnya adalah kita wajib menjaga persatuan dan kesatuan. Diawali dengan saling memaafkan, bersedia berkunjung dan bersilaturahim mempererat dan menyambung kembali orang-orang yang terputus dengan kita sebagaimana hadits shahih Imam Bukhari Muslim beliau bersabda:

مَنْ أحبَّ انْ يُبسطاَ لهُ فيِ رِزقِهِ وَيُنْسَأَ لهُ فيِ أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Artinya, "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usiannya) maka hendaknya menyambung hubungan familinya." (HR. Bukhari dan Muslim)

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Ma'âsyiral muslimin wal muslimat rahimakumullâh

Akhirnya semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai orang-orang pemaaf, orang-orang yang senang bersilaturahim, pembela agama Allah dan berbakti terhadap orang tua kita, dan semoga kita dipertemukan Allah di akhirat kelak dalam keadaan suci, bahagia bersama keluarga kita memasuki surga Nya Allah SWT.

Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى جعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين والمقبو لين وادخلنا وايّاكم في زمرة عباده الصّالحين واقول قولي هذا واستغفر لي ولكم ولوالدي ولسائر المسلمين والمسلمات فاستغفره إنّه هو الغفور الرّحيم

Khutbah II

الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر، الله أكبر. الحمد لله أفاض نعمه علينا وأعظم. وإن تعدوا نعمة الله لا تحصوها، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له. أسبغ نعمه علينا ظاهرها وباطنها وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. رسول اصطفاه على جميع البريات. ملكهاوإنسها وجنّها. اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه أهل الكمال فى بقاع الأرض بدوها وقراها، بلدانها وهدنها. الله أكبر أما بعد : إخوانى الكرام ! استعدوا لجواب ربكم متى تخشع لذكر الله متى نعمل بكتاب الله ؟ قال تعالى ياأيها الذين أمنوا استجيبوا لله ولرسوله إذا دعاكم لما يحييكم واعلموا أن الله يحول بين المرء وقلبه وأنه إليه تخشرون. الله أكبر. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أل سيدنا محمد. كما صليت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى أل محمد، كماباركت على إبراهيم وعلى أل إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد. الله أكبر. اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات. إنك سميع قريب مجيب الدعوات وقاضى الحاجات. اللهم وفقنا لعمل صالح يبقى نفعه على ممر الدهور. وجنبنا من النواهى وأعمال هى تبور. اللهم أصلح ولاة أمورنا. وبارك لنا فى علومنا وأعمالنا. اللهم ألف بين قلوبنا وأصلح ذات بيننا. اللهم اجعلنا نعظم شكرك. ونتبع ذكرك ووصيتك. ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى الأخرة حسنة وقنا عذاب النار. ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب. الله أكبر. عباد الله ! إن الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر. يعذكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله يذكركم واشكروا على نعمه يشكركم. ولذكر الله أكبر. اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، وللهِ الحمدُ

Oleh: Amru Almu'tasim
Sumber: Laman Kementerian Agama RI

3. Khutbah Idul Fitri Menebar Maaf dan Membangun Kebersamaan

Khutbah I

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر (۹)
الله أكبر كبيرا، والحمد لله كثيرا، وسبحان الله بكرة وأصيلا، لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله وحده وصدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده
أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله لا نبي بعده
فيا عباد الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله فقد فاز المتقون

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia!

Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan bulan Ramadhan. Kita belum tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadhan tahun mendatang, Yang pasti hari ini kita berada di Hari Idul Fitri 1446 H/2025 M, yakni Hari yang suci, yang penuh barokah dan ampunan. Dikatakan suci karena hari ini kita telah berada dalam suasana ampunan Allah, suci dari noda dosa. Kendati itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Allah selama Ramadhan. Sebulan lamanya kaum muslimin menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan minuman, akan tetapi memenuhi perintah Allah SWT. Melalui ibadah puasa kaum muslimin menjalani latihan mental, untuk menguasai, mampu dan mengenal diri, dan mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya syaithoniyah. Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang dapat merusak tatanan pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan taqwa dan tafakkur kepada Dzat Yang Maha Besar. Tegasnya dalam bulan puasa itulah peluang yang sangat istimewa bagi kaum muslimin untuk berusaha meningkatkan dirinya menjadi insan muttaqien. Justru amat merugikan mereka yang tidak berkesempatan menjalankan ibadah puasa, meskipun secara fisik ia bisa melakukannya.

Di hari yang suci dan fitrah ini marilah kita saling menebar maaf, karena memberi dan meminta maaf adalah sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT. Sebab dengan begitu, sikap dendam dan rasa marah dapat dinetralisir oleh masing-masing individu. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan memberi dan meminta maaf, tetapi yang jelas sifat enggan memberi dan meminta maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu sikap mudah memberi dan meminta maaf merupakan salah satu ciri orang yang bertaqwa. Karenanya orang yang suka memberi dan meminta maaf sebagai pertanda seseorang memiliki nilai kepribadian dan ketaqwaan sangat luhur. Firman Allah SWT dalam Surat Ali Imran (3) ayat 133-134:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍۢ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَـٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ( ١٣٣) ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَـٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ (١٣٤)

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa (133). (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (134)" (Q.S. Ali Imran (3): 133-134).

Itulah sebabnya, sikap seperti itu melekat pada diri para Nabi dan Rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang yang saleh. Sayyidina Ali RA pernah berkata: "bahwa meminta maaf adalah perbuatan yang paling mulia, sedangkan memberi maaf lebih mulia dimata Allah".

Sikap seperti itu ditunjukkan oleh Nabi Yusuf AS yang memaafkan saudara-saudaranya yang dulu membuang beliau, bahkan memasukkan ke dalam sumur, sikap tersebut juga ditunjukkan Nabi Muhammad SAW yang memberi maaf kepada penduduk Mekkah yang dulu memusuhi dakwahnya, menyiksa dan mengusirnya. Dengan sikap inilah satu persatu penduduk Makkah berbondong-bondong masuk Islam. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabat dan umatnya. Walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhadap mereka. Menjelang akhir hayatnya beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka, siapa-siapa yang disakiti atau merasa tersinggung selama dalam kepemimpinannya.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Sikap pemaaf Rasulullah SAW, juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang saleh dalam hal sikap pemaaf.

"Maaf" adalah kata yang terdiri dari empat huruf, namun memiliki makna yang luar biasa dalam kehidupan. Kata inilah yang bisa menghapus dendam, sakit hati, pertengkaran, dan semua hal yang berhubungan dengan hati. Dengan meminta maaf atau memaafkan, berarti kita telah menang. Menang disini dalam arti menang melawan hawa nafsu. Seperti yang kita tahu bahwa kemenangan tersebut bisa menghadirkan rasa damai atas diri kedua belah pihak yang berseteru.

Bisa kita bayangkan, bagaimana kehidupan ini bisa berjalan baik jika semua orang berada dalam perselisihan, dendam, ataupun amarah yang tak berkesudahan? Tentu sangat tidak nyaman. Sudah saatnya kita berpikir jernih. Hidup ini sangatlah singkat, jadi tidak seharusnya kita mengisinya dengan dendam dan kebencian pada orang lain. Masih banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan selain memikirkan orang yang sudah menzalimi kita.

Sebagian orang mengatakan bahwa meminta maaf/memaafkan tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena butuh kesadaran dan keberanian yang tinggi untuk mengucapkannya. Namun, dengan kesungguhan dan ketulusan hati, Insya Allah kita bisa mengucapkannya dengan mudah.

Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa dengan mudah memaafkan kesalahan orang lain? Pertama, pikirkan orang-orang yang menzalimi, menghina, melecehkan, menyakiti, bahkan menghancurkan masa depan kita. Kedua, tanamkan dalam hati kita, bahwa, "Aku sudah memaafkanmu karena Allah, semoga Allah juga mengampuni dosa dosaku." Ketiga, katakan berulang-ulang, kalau perlu katakan dengan penuh penghayatan hingga akhirnya dendam dan sakit hati akan menghilang dengan sendirinya.

Kenapa harus menempatkan Allah sebagai tujuan utama kita dalam memaafkan? Karena di dunia ini, tidak akan ada yang lebih berharga dari pengampunan-Nya. Selain itu, dengan memaafkan, kita berharap Allah menempatkan kita pada tempat yang terbaik di dunia maupun di akhirat.

Sudah saatnya kita menyadari bahwa hakikat memaafkan adalah untuk kebaikan diri kita sendiri, bukan untuk kebaikan mereka. Serahkan semuanya kepada Allah, jika memang mereka melakukan kezaliman tersebut, biarkan Allah yang akan membalasnya. Jangan biarkan hidup kita disibukkan dengan hal-hal yang penuh dengan kesia-siaan urusan dunia yang tidak ada manfaatnya, dan jangan lagi memberatkan hati kita dengan memikirkan cara-cara untuk membalas dendam. Oleh karena itu, lepaskanlah rasa marah, dendam, dan benci. Biarkan dada kita lega dan lapang tanpa beban. Mari kita tebar sikap memaafkan dan mengutamakan kebersamaan.

Pada dasarnya, manusia diciptakan tidak untuk saling bertikai, melainkan untuk mengabdi kepada Allah SWT dan menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Sudah semestinya kita menerapkan Al-Qur'an dan AS-Sunnah sebagai prinsip utama dalam menentukan sebuah kebijakan dan sebagai petunjuk dalam menghadapi segala permasalahan di dunia. Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah sudah teruji mewujudkan peradaban manusia yang mulia dan memberikan teladan baik dalam menghadapi orang-orang yang berlaku zalim. Bahkan, Al-Qur'an sudah terbukti mengajarkan manusia agar memiliki sifat saling mencintai, memaafkan, dan selalu menciptakan perdamaian.

Sesungguhnya jika setiap tindak kejahatan dibalas dengan kejahatan yang lain, maka hal itu justru akan melahirkan dendam. Jika dendam itu tumbuh subur dalam hati seseorang, bersiaplah menerima resiko terburuk dalam kehidupan kita. Menyimpan dendam hanya akan membuat diri kita terbebani, hidup menjadi semakin berat karena kebencian dan sakit hati akan terus membayangi kehidupan kita. Setiap saat, kita sibuk memikirkan cara untuk melampiaskan dendam tersebut. Lalu, apakah setelah berhasil membalas dendam tersebut, semua akan selesai begitu saja? jawabannya tentu tidak.

Bayangkan jika orang tersebut mempunyai pikiran yang sama dengan kita. Dia akan kembali membalas apa yang kita lakukan. Bahkan bisa saja lebih kejam dari apa yang kita lakukan, dan begitu seterusnya. Lalu, apakah hidup kita yang hanya sementara ini akan kita habiskan untuk saling berbalas kejahatan?

Pikirkan dengan kelembutan hati, apa yang akan terjadi jika kita membalas kejahatan dengan kebaikan? Pasti dendam dan sakit hati itu akan berhenti atau bahkan menghilang dengan sendirinya. Jika kita mampu membalas kejahatan dengan kebaikan, maka sama saja kita sudah berhasil memadamkan api permusuhan dan menghapus noda dendam dalam kehidupan kita. Allah SWT berfirman dalam Surat Fushshilat (41) ayat 34:

وَلَا تَسْتَوِى ٱلْحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُ ۚ ٱدْفَعْ بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِى بَيْنَكَ وَبَيْنَهُۥ عَدَٰوَةٌ كَأَنَّهُۥ وَلِىٌّ حَمِيمٌ

"Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia" (Q.S. Fushshilat (41): 34).

Begitu pun dalam menghadapi perselisihan, Allah SWT sudah memberikan jalan keluar yang terbaik melalui kalam-Nya, yaitu Q.S. Asy-Syura (42) ayat 40:

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ ۝٤٠

"Dan Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik. Maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang zalim" (Q.S. Asy-Syura (42): 40).

Islam justru menganjurkan setiap orang untuk memberi maaf atas kezaliman yang diperbuat orang lain. Karena kezaliman tidak akan berhenti dengan sendirinya tanpa ada usaha dari kita untuk menghentikannya. Bahkan dalam ayat tersebut Allah SWT, langsung menjamin pahala bagi kita yang mampu membalas kejahatan dengan perbuatan baik ataupun memaafkan.

Padahal sesama muslim adalah saudara. Jadi, sudah seharusnya kita menghindari hal-hal yang dilarang agama.

Dari Abu Hurairah RA, berkata: "Rasulullah SAW., bersabda: yang artinya "Seorang muslim adalah saudara sesama muslim, tidak boleh menganiaya sesamanya, tidak boleh membiarkannya teraniaya, dan tidak boleh merendahkannya. Taqwa (kepatuhan kepada Allah) itu letaknya di sini..." dan beliau mengisyaratkan ke dadanya. Perkataan ini diulanginya sampai tiga kali. "Cukup besar kesalahan seseorang, apabila dia menghina (merendahkan) saudaranya sesama muslim. Setiap muslim terhadap sesama muslim, terlarang menumpahkan darahnya (membunuh atau melukai), merampas hartanya, dan merusak kehormatannya (nama baiknya)."

Adakalanya meminta maaf sangat tidak mudah, karena diperlukan kesadaran dan kerendahan hati untuk menyesali kesalahannya sendiri. Begitu pun dengan memaafkan, butuh hati yang lapang untuk bisa melupakan begitu saja kezaliman yang diterima. Namun, kita tetap harus mengutamakan keikhlasan hati, karena Allah SWT., di atas segalanya. Bayangkan jika Allah SWT, tidak mengampuni dosa-dosa yang kita lakukan, betapa bertumpuknya dosa yang sudah kita lakukan. Jadi, memaafkan di sini karena kita meyakini bahwa segala sesuatu terjadi adalah menurut kehendak Allah SWT, dan berjalan sesuai takdir yang sudah ditentukan oleh-Nya. Oleh karena itu, dengan cara ikhlas dan berserah diri kepada Allah akan membebaskan kita dari belenggu amarah.

Sebenarnya, memulai meminta maaf pada orang lain bukanlah hal yang merugikan. Jangan merasa harga diri menjadi turun gara-gara meminta maaf, ataupun takut dengan label "kalah", karena sesungguhnya dengan meminta maaf, sama saja kita sudah menang melawan ego pribadi.

Dari sini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa meminta maaf ataupun memaafkan itu sama mudahnya, asalkan didasari niat ikhlas karena Allah SWT. Meminta maaflah di setiap kesempatan, karena bisa jadi perkataan ataupun perbuatan kita membuat orang lain tersakiti. Begitu pun dengan memaafkan, sesungguhnya memaafkan tidak harus diucapkan, cukup dengan melupakan perbuatan zalim terhadap diri kita dan menganggap bahwa semua itu adalah jalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dengan demikian, memaafkan telah menghapus segala pikiran negatif di hati sehingga hati menjadi bersih dan siap menyongsong lembaran baru dalam kehidupan.

Hakikatnya, memaafkan itu lahir dari hati yang paling dalam, memaafkan lahir dari dari ketulusan hati karena ingin menggapai surganya Allah SWT.

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga ditakdirkan hidup berdampingan dengan alam semesta, khususnya manusia lain. Oleh karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Keterkaitan tersebut yang menuntut manusia untuk saling berhubungan timbal balik dalam mengatur dan menjaga sosialitasnya. Dengan sikap dan perilaku baik, manusia akan mampu mewujudkan kehidupan sosialnya dengan baik. Namun, jika manusia mengedepankan ego dalam menghadapi setiap permasalahan, tatanan kehidupan sosial pun akan rusak.

Dalam kehidupan ini, tanpa disadari kita akan sering mengalami berbagai benturan, baik dengan teman, keluarga, ataupun dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Setiap orang punya cara sendiri dalam menyikapi berbagai permasalahan yang ada. Namun, sangatlah bijaksana jika kita menempatkan "maaf" sebagai muara dalam menyelesaikan semua permasalahan. Diakui atau tidak tindakan meminta maaf ataupun memaafkan tidaklah mudah, terlebih jika kezaliman meninggalkan bekas luka yang mendalam di dalam hati kita.

Dari gambaran di atas, sudah jelas bahwa manusia sendiri yang membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi. Karena interaksi dan komunikasi merupakan upaya untuk membentuk kepribadian. Interaksi manusia yang satu dengan manusia lainnya merupakan ciri-ciri manusia agar dapat dikatakan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita tidak bisa hidup sendiri. Artinya, kita sangat butuh berinteraksi dengan orang lain.

Setiap hari, kita berinteraksi dengan orang yang memiliki beragam pemikiran, sifat, dan karakter. Oleh karena itu, sangat wajar jika perbedaan-perbedaan kecil tidak dapat dihindarkan. Dengan perbedaan itu, tanpa disadari kita bisa tersakiti atau pun menyakiti perasaan seseorang. Sebagai antisipasi untuk memecahkan permasalahan tersebut, kata "maaf" sangat diperlukan sebagai jalan keluar atas segala perbedaan.

Segera minta maaf jika merasa menyinggung perasaan orang lain merupakan sikap yang mulia. Hal itu sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri, terutama untuk menciptakan citra diri yang bertanggungjawab atas apa yang telah kita perbuat. Dengan meminta maaf kita mampu meredam kemarahan seseorang. Begitu pun dengan memaafkan, yang berarti kita telah mampu memadamkan api amarah pada diri kita.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sebagai manusia biasa, kita pasti pernah bahkan seringkali marah. Marah sendiri bukanlah tindakan yang direncanakan. Marah merupakan reaksi spontan atas tindakan yang menyinggung perasaan, menjatuhkan harga diri kita. Ada beberapa hal yang dapat memicu kemarahan, yakni perasaan tertekan, terhina, frustrasi, diskriminasi, dan lainnya.

Meskipun perilaku marah itu tidak baik, bahkan cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain, marah adalah respons manusiawi yang tidak bisa dengan mudah dihilangkan. Bahkan, semua manusia pasti pernah merasakan emosi marah. Namun, sebagai manusia yang diberi akal sehat, kita harus bisa meminimalisir kemarahan, yakni dengan cara mengendalikan emosi dan mengelola marah.

Islam mengajarkan untuk "memaafkan", karena memaafkan merupakan bentuk ucapan tulus yang menenangkan. Dengan memaafkan berarti kita telah berhasil meredam amarah. Seperti yang kita tahu, meredam amarah termasuk bagian dari sifat kelemahlembutan hati. Sedangkan kelemahlembutan adalah akhlak mulia yang harus kita miliki sebagai wujud penghambaan yang baik kepada Allah SWT. Mampu mengendalikan amarah dan mampu bersikap bijaksana menjadi tolak ukur keimanan kita kepada-Nya. Bijaksana di sini dalam artian, mampu mempertimbangkan baik dan buruknya dari keputusan yang akan kita lakukan.

Namun, pada kenyataannya akhlak mulia ini seringkali diabaikan oleh manusia, apalagi ketika emosi amarah telah menguasai jiwa dan pikiran mereka. Sehingga setiap tindakan yang muncul selalu berakibat negatif bagi dirinya maupun orang lain. Tidak sedikit orang yang menyesali perbuatannya setelah melakukan tindakan fatal karena tidak mampu mengendalikan amarahnya. Oleh karena itu, kita harus bisa mengelola amarah sehingga menjadi energi positif dalam hidup kita.

Dalam menghadapi masalah yang memancing kemarahan pun, Rasulullah SAW, senantiasa mengajarkan kepada kita untuk berlemah lembut dan memaafkan. Karena hal itu merupakan obat yang paling mujarab untuk menyembuhkan kemarahan, emosi, dan juga dendam akibat kezaliman yang dilakukan seseorang. Dengan memaafkan, kita bisa menguraikan dendam di hati yang timbul akibat amarah yang tidak terkendali.

Maaf merupakan kata ajaib yang mampu menguraikan masalah hidup. Kata inilah yang menjadi senjata ampuh dalam menghapus dendam, sakit hati, dan kesalahpahaman. Maaf dapat menyambung kembali tali silaturahmi yang terputus. Meskipun maaf mudah dituliskan, namun tidak semudah diucapkan. Adakalanya kita tidak mampu mengalahkan ego masing-masing.

Meskipun sulit, namun budaya "maaf" tetap harus kita lestarikan. Hal itu berguna untuk menjaga tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Bayangkan saja, jika dalam kehidupan ini semua orang bersikap egois dan tidak memperdulikan perasaan orang lain. Tentu kehidupan ini akan dipenuhi dengan pertengkaran, kesalahpahaman, dan permusuhan. Jika hal itu dibiarkan, ancaman terbesar adalah kehancuran.

Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukannya. Padahal jelas-jelas bahwa kesalahan itu dilakukan olehnya. Sebaliknya, masih banyak diantara kita yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf atas kekhilafan dan kealpaannya.

Akibat dari sikap enggan memberi dan meminta maaf, maka sifat sifat dendam, marah, dan benci yang ada di masyarakat kita itu timbul akibat keengganan tersebut sulit dihilangkan, pada saatnya sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Keengganan meminta dan memberi maaf itu terjadi karena akibat rasa dendam yang timbul dalam hati, rasa dendam itu akhirnya melahirkan kemarahan seseorang sulit untuk memberi maaf, bahkan lebih buruk lagi jika timbul tindakan balas dendam. Tindakan balas dendam inilah yang akhirnya timbul dan meresahkan masyarakat.

الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد

Mengukur perbuatan jika hanya dengan pendapatnya sendiri, maka yang bersangkutan akan merasa selalu benar, oleh sebab itu ukuran yang paling tepat untuk mengukur perbuatan seseorang ialah Al-Qur'an, sebab Al-Qur'an itulah seseorang akan melihat secara adil terhadap dirinya sendiri, sehingga bila terdapat kesalahan pada dirinya ia tidak segan-segan mengakuinya dan meminta maaf kepada yang dirugikan. Dengan kesadaran ini kita akan mudah mengakui kesalahan dan tidak perlu menyalahkan orang lain. Dalam koreksi kedalam, Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr (59) ayat 18:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ ۝١٨

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Al-Hasyr (59): 18).

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia!

Kebersamaan merupakan sumber rahmat dari Allah SWT, karena rahmatnya hanya terdapat pada mereka yang menyebarkan rahmat di muka bumi. Mereka dapat membangun hidup dengan kebersamaan jika tidak ada kebencian dan kecemburuan dalam dada mereka, yang ada hanyalah kasih sayang di antara mereka. Kebersamaan akan melahirkan kebaikan-kebaikan sebagai implikasi dari saling menghormati, saling membantu, saling merasakan dan saling menghargai di antara anggota masyarakat. Prinsip dan karakter seperti ini harus dimiliki oleh setiap orang agar tercipta sebuah kerukunan dalam berinteraksi secara horizontal.

Kebersamaan dapat dibangun jika masing-masing individu memiliki sikap untuk saling memberi pertolongan. Pertolongan kepada sesama manusia akan melahirkan pertolongan dari Allah SWT. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah, Nabi bersabda, 'Allah akan selalu memberi pertolongan kepada seseorang selama ia memberi pertolongan kepada saudaranya (sesamanya). Ungkapan Nabi di atas menunjukkan bahwa pertolongan Allah akan datang melalui kerjasama antara manusia. Sebagai makhluk sosial, seseorang harus sadar bahwa ia tergantung kepada pihak lain, di mana kebutuhannya tidak dapat terpenuhi melalui usahanya, usaha kelompoknya bahkan usaha bangsanya sendiri. Hidup hanya mungkin nyaman apabila dibagi dengan orang lain, sehingga masing-masing berperan serta dalam menyediakan kebutuhan bersama.

Dalam perspektif agama, Islam yang berlandaskan pada Al-Qur'an dan hadits, sangat menekankan kebersamaan. Bahkan kita bisa mengatakan bahwa Islam adalah agama kebersamaan. Ajakan agama untuk hidup bersama dilandasi oleh posisi, kedudukan dan kapasitas manusia sebagai makhluk sosial. Artinya, manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendirian, tanpa bergantung kepada yang lainnya. Kehadiran manusia di bumi sejak awal kehidupannya telah melibatkan orang lain. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga berkedudukan sebagai makhluk individu.

Salah satu suara nurani itu adalah kesadaran tentang kebutuhan terhadap orang lain sebagai bukti kuat bahwa manusia pada dasarnya merupakan satu kesatuan kemanusiaan. Jika ada perbedaan identitas etnis, budaya, ideologi, afiliasi politik dan agama atau kepercayaan hanya merupakan implikasi historis dari respons manusia terhadap dinamika sosial yang hidup dan berkembang di sekitarnya. Namun demikian, di bumi manapun, atau dalam masa kapanpun manusia itu hidup, tetap saja merupakan manusia yang memiliki kesamaan substantif dengan manusia lain yang harus dihargai hak-haknya, memiliki kelebihan di samping kekurangan, dan oleh karenanya selalu membutuhkan orang lain. Dalam perspektif inilah, setiap manusia harus bisa menyadari pentingnya membangun kebersamaan yaitu kesadaran kolektif antar sesama manusia.

Masyarakat Indonesia sudah belajar banyak tentang perbedaan atau pluralitas. Pelajaran itu tentu saja diambil dari realitas empiris masyarakat Indonesia yang memang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras dan antar golongan. Masing-masing memiliki ciri kehidupannya sendiri sendiri. Agamanya juga bervariasi, sukunya bervariasi, etnisnya bervariasi dan bahkan mereka bergolong-golongan dalam variasinya. Pluralitas dan multikulturalitas adalah sunnatullah yang indah adanya. Bisa diandaikan jika suatu masyarakat bercorak monokultur maka tentunya tidak akan terdapat keindahan dan warna-warni kehidupan.

Dalam pandangan para elit agama, bahwa harmoni keagamaan adalah rahmat. Indonesia yang mayoritas beragama Islam ternyata bisa membawa perdamaian dalam hubungannya dengan agama lainnya. Masyarakat Indonesia yang berbeda beda agamanya tersebut dapat hidup berdampingan dalam kerangka harmoni kehidupan beragama tersebut. Seringkali canangkan dengan Islam Rahmatan lil alamin.

Indonesia adalah kawasan yang unik. Dalam sejarah penyebaran ajaran agama apapun hampir tidak dijumpai konflik yang sangat keras. Jika ada, sejauh yang bisa dibaca adalah kepentingan politik di antara elitnya. Penyebaran konsepsi Islam pun terus berlangsung.

Sebagai kelanjutan dari proses Islamisasi tersebut, kemudian muncullah berbagai organisasi transnasional. Sebagai lahan subur bagi proses penyemaian berbagai ajaran agama apapun, maka aliran ini juga menuai perkembangan luar biasa. Bahkan mereka juga sudah memiliki kekuatan partai politik dalam peta perpolitikan nasional.

Islam yang sesungguhnya menjadi ciri khas Islam Indonesia adalah coraknya yang ramah terhadap budaya lokal. Bukan ajaran ritual yang diadopsi ke dalam Islam, namun aspek budaya yang elementer. Islam yang mengusung kolaborasi antar penggolongan sosial budaya sehingga menjadi Islam yang khas. Bukan Islam dengan pola Timur Tengah yang kering, tetapi juga bukan Islam lokal yang mencampur ritual lokal dengan Islam, tetapi adalah Islam yang berciri Islam Indonesia yang unik. Islam dengan nuansa relasinya dengan dunia sosial, budaya dan politik yang damai inilah yang seharusnya menjadi mainstream bagi pengembangan Islam yang damai dan menyumbang peradaban dunia.

Sebagai bangsa yang multi etnis, agama dan bahasa, masyarakat Indonesia sesungguhnya sudah kaya pengalaman. Semenjak peralihan damai dari agama lokal ke agama-agama dunia, masyarakat Indonesia sudah sangat kaya pengalaman hidup bersama. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam banyak hal, hampir tidak membuat masyarakat Indonesia lupa akan kenyataan dirinya di tengah pluralitas masyarakatnya. Modal historis ini telah menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang besar dalam dinamika relasi antar satu suku dengan lainnya, dan antara satu agama dengan lainnya.

Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama yang menganjurkan kepada Umatnya untuk selalu menebar maaf dan membangun kebersamaan, sehingga kita semua pada hari Raya Idul Fitri ini berada dalam fitrah dan kesucian lahir batin, dan sekaligus bisa membangun ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

Semoga Allah senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan
memberkahi kita semua. Aamiin.

اللهم أنت أحق من عبد وأحق من ذكر وأجود من أعطى وأكرم من سئل فنسألك، اللهم أن تيسر أمورنا وتقضى حوائجنا وتبلغ آمالنا وتصلح ظواهرنا وبواطننا وتحفظنا من كل سوء ومكروه وتصرف عنا شر المعتدين ولا تجعل مشتبها علينا فنتبع الهوى، اللهم وجهنا إلى الخير حيثما توجهنا واجعل وجهتنا إليك وكن لنا عونا ومعينا حيثما كنا برحمتك يا أرحم الراحمين

اللهم يا سميع الدعاء، إنا نسألك الفوز عند القضاء، وعيش السعداء، والنصر على الأعداء، ونحن عبادك الضعفاء، لا نعبد سواك، ولا نطلب إذا مسه الضر إلا إياك. اللهم أعز الإسلام والمسلمين، واخذل الكفرة أعداء الدين.

اللهم أصلح الراعى والراعية، واجعل بلدتنا هذه وسائر بلدان المسلمين رخية مخمية من كل فتنة ومرض وبلية واجعلنا من سعداء الدارين في عافية وسلامة يا ذا العزة والرحمة

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ويا قاضي الحاجات

اللهم ربنا تقبل منا صلاتنا وصيامنا وسائر عبادتنا وأعمالنا وتمم تقصيرنا برحمتك يا أرحم الراحمين

اللهم اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، والحمد لله رب العالمين

Khutbah II/Doa

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر. لا إله إلا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد. الحمد لله بذكره تطمئن القلوب وبفضله ورحمته تغفر الذنوب. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وتابعيه إلى يوم الموعود. أما بعد: فيا عباد الله اتقوا الله وافعلوا الخير لعلكم ترحمون.

Marilah kita berdoa:

- Ya Allah Ya Tuhan kami Terimalah ibadah puasa kami, karena hanya engkaulah yang berhak menerima dan memberikan ganjaran pahala.

- Ya Allah Ya Tuhan yang Maha Pengasih Limpahkanlah kepada kami karunia dan Rahmat-Mu. Dan jadikanlah negara kami ini agar negara yang aman dan makmur serta senantiasa mendapat lindungan dan RidhoMu.

- Ya Allah Ya Tuhan yang Maha Pengampun Kami adalah hamba-Mu yang daif, yang tidak lepas dari kekhilafan dan kesalahan, karena itu ampunilah kesalahan dan dosa kami, dosa kedua ibu bapak kami serta keluarga, dan pemimpin kami serta guru-guru kami, semua orang yang pernah berjasa dan membesarkan kami serta berbuat baik kepada kami. Dan tunjukilah kami ke jalan yang benar yaitu jalan yang senantiasa Engkau Ridhoi dan berkati.

اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات ويا قاضي الحاجات. اللهم اجعل بلدتنا هذه آمنة مطمئنة وسائر بلدان المسلمين عامة. ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين. سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين. والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Oleh: Prof Dr K H Said Agil Husin Al Munawar, Lc, MA
Sumber: Laman Kementerian Agama Sulawesi Utara

4. Khutbah tentang Hari Raya Idul Fitri dan Sikap Memaafkan

Khutbah I

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ

(x 9)بِسْمِ اللهِ الرّحْمنِ الرَّحِيمِ. اَللهُ أَكْبَرْ اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهْ، صَدَقَ وَعْدَهْ، وَنَصَرَ عَبْدَهْ، وَأَعَزَّ جُنْدَهْ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهْ. لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرْ. اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْعِيدَ مِنْ أَكْبَرِ شَعَائِرِ الْإِسْلَامِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمُلْكُ الْعَلَّامِ، رَبَّنَا الَّذِي يَنْبُعُ مِنْهُ السَّلَامُ وَإِلَيْهِ يَعُودُ السَّلَامُ، فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلَامِ وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ دَارَ السَّلَامِ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الَّذِي أَمَرَ أُمَّتَهُ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى مَنْ دَعَا لِهُدَى الْإِسْلَامٍ. اَللّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِىِّ الْإِِسْلَامِ وَرَسُولِ السَّلَامِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْكِرَامِ وَمَنْ تَبِعَهُ بَإِيمَانٍ وَإِسْلَامٍ وَإِحْسَانٍ إِلَى دَارِ السَّلَامِ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ رَحِمَكُمُ اللهِ: أُوصِينِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، وَاعْلَمُوا أَنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ قَالَ اللهُ تَعَالَى: خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ. وَقَالَ: الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ وَاللهُ أَكْبَرْ،وَاللهُ أَكْبَرْ،وَاللهُ أَكْبَرْ، وَللهِ الْحَمْدُ

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Hari Raya Idul Fitri dikenal juga sebagai hari saling memaafkan. Dalam momentum hari raya Idul Fitri yang mulia dan suci, kita sama-sama menyucikan diri dari segala kesalahan kepada Allah SWT dan kepada manusia.

Hal ini kita lakukan agar menjadikan amal ibadah Ramadhan kita lebih bermakna untuk diri kita. Karena sebagai manusia biasa. kita tidak dapat lepas dari segala kesalahan. Terkadang, kita tidak sengaja melukai orang lain dengan ucapan kita. Kita juga tidak menyadari perbuatan kita dapat menyakiti orang lain, meskipun tidak disengaja. Karena itu, meminta maaf dan memaafkan adalah salah satu hal yang penting untuk dilakukan pada momentum Idul Fitri.

Kita tidak ingin menjadi hamba yang merugi hanya karena kesalahan-kesalahan kepada sesama manusia belum dimaafkan oleh orang lain. Seperti gambaran yang diceritakan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

قَالَ: أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا: الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ، فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Artinya: "Nabi berkata: "Tahukah kamu siapa orang bangkrut?" Sahabat berkata: "Wahai Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya dirham dan harta benda."

Kemudian Nabi berkata: "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, zakat, puasa, dan haji. Selain itu ia juga membawa dosa karena memaki, memukul, dan mengambil harta benda orang lain.

Kemudian kebaikannya diambil dan diberikan kepada orang yang dizaliminya. Ketika kebaikannya habis padahal kezalimannya belum dibayarkan semua, maka dosa orang-orang yang dizaliminya akan diberikan kepadanya, dan kemudian ia dihempaskan ke dalam neraka." (HR Muslim).

Syekh Mula 'Ali Al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih juz IX halaman 314 menjelaskan hadits ini dengan ungkapan:

وَفِيهِ إِشْعَارٌ بِأَنَّهُ لَا عَفْوَ وَلَا شَفَاعَةَ فِي حُقُوقِ الْعِبَادِ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ يَرْضَى خَصْمُهُ بِمَا أَرَادَ

Artinya: "Dalam hadits ini terdapat petunjuk bahwa kesalahan terkait hak manusia tidak akan diberikan ampunan dan pertolongan, kecuali Allah menghendaki membuat orang lain yang bermasalah dengannya menjadi rela dengan cara yang Allah kehendaki."

Kesalahan seseorang kepada orang lain tidak bisa diampuni oleh Allah secara langsung karena hal ini terkait dengan hak manusia. Hak manusia harus diselesaikan di antara sesama manusia di dunia atau di akhirat. Di dunia, diselesaikan dengan saling memaafkan, sedangkan di akhirat, diselesaikan dengan perhitungan amal baik dan amal buruk masing-masing manusia.

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Dengan menyadari potensi perbuatan kesalahan manusia dan dampak berat yang akan ditanggung di akhirat jika kesalahan tersebut belum diselesaikan di dunia, maka sudah sepatutnya kita saling memaafkan satu sama lain.

Perilaku ini sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW Bahkan Rasulullah SAW memberikan batasan waktu selama tiga hari untuk kita memberikan maaf kepada orang lain yang berbuat salah kepada kita.

Tiga hari adalah angka yang merupakan simbol dari pengertian bahwa jangankan satu tahun, tiga hari saja memendam rasa buruk kepada saudara sudah tidak diperbolehkan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan:

لاَ يَحِلُّ لِرَجُلٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ: فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ

Artinya: "Seorang muslim tidak boleh mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam (hari), kemudian keduanya bertemu dan saling memalingkan wajah mereka. Sesungguhnya yang terbaik di antara keduanya adalah yang mau memulai menegur dengan salam." (Muttafaqun 'alaih).

Sebagian ulama mengatakan bahwa batasan tiga hari ini adalah kelonggaran yang diberikan Nabi SAW untuk seorang Muslim sebagai manusia biasa yang sedang dikuasai rasa marah kepada saudaranya. Imam Al Qasthalani mengutip pendapat ini dalam kitab Irsyadus Sari juz XIII halaman 93 ketika menjelaskan hadits Sahih Al-Bukhari sebagai berikut:

وَيُبَاحُ فِي الثَّلَاثِ بِالْمَفْهُوْمِ وَإِنَّمَا عُفِيَ عَنْهُ فِي ذلِكَ لِأَنَّ الآدَمِيَّ مَجْبُوْلٌ عَلَى الْغَضَبِ فَسُوْمِحَ بِذلِكَ الْقَدَرِ لِيَرْجِعَ وَيَزُوْلَ ذلِكَ الْعَارِضُ عَنْهُ

Artinya: "Diperbolehkan mendiamkan orang lain selama tiga hari sesuai pemahaman hadits ini. Kebolehan menjauhi saudara adalah karena manusia adalah makhluk yang dikuasai oleh rasa marah, maka hal ini ditolerir dengan batasan tiga hari, agar rasa marah itu bisa dihilangkan dari dirinya".

Di sisi lain, hadits tidak berarti kita boleh melakukan permusuhan dan memendam rasa buruk kepada orang lain selama tidak melewati tiga hari. Akan tetapi hadits menjelaskan bahwa perilaku tersebut tidak pantas dilakukan oleh seorang muslim, meskipun hanya dalam waktu sebentar saja. Seharusnya seorang muslim tidak memiliki rasa permusuhan dengan saudaranya.

Hal ini ditegaskan oleh Syekh Mula 'Ali Al-Qari dalam kitab Mirqatul Mafatih juz IX halaman 230:

أَنَّ مُطْلَقَ الْغَضَبِ الْمُؤَدِّي إِلَى مُطْلَقِ الْهِجْرَانِ يَكُونُ حَرَامًا

Artinya: "Sungguh kemarahan mutlak yang mengakibatkan seseorang mendiamkan saudaranya secara mutlak hukumnya haram."

Nabi SAW menjelaskan di akhir hadits bahwa jika terjadi permusuhan dan jarak antara kedua orang muslim, maka yang terbaik dari keduanya bukan orang yang memberikan maaf, akan tetapi orang yang meminta maaf pertama kali.

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Memberi maaf juga merupakan karakter sangat mulia di dalam Islam. Keutamaannya tidak kalah tinggi dari meminta maaf. Sifat ini menunjukkan karakter keindahan, kekuatan, dan kerendahan hati seseorang adalah memaafkan kesalahan orang lain.

Dengan memaafkan dan tidak memendam rasa, seseorang akan mendapatkan ketenangan jiwa sebagai buah proses pendewasaan hati dalam menghadapi segala macam kondisi buruk yang ada di hadapannya. Karakter memaafkan juga akan melahirkan kedermawanan, kepedulian sosial, dan hubungan baik antar anggota masyarakat.

Jalaluddin Abdurrahman mengatakan bahwa setiap ajaran Islam yang tertuang dalam teks suci Al-Quran dan hadits mengandung kemaslahatan, baik dari segi agama, keturunan, jiwa, akal, maupun harta. Nabi SAW bersabda sebagaimana diriwayatkan Imam At-Thabarani dalam kitab Al-Mu'jamul Kabir juz XVII halaman 269:

يَا عُقْبَةُ أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ أَهْلِ الدُّنْيَا وَأَهْلِ الْآخِرَةِ: تَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ، وَتُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ

Artinya: "Wahai 'Uqbah, aku kabarkan kepadamu akhlak terbaik penghuni dunia dan akhirat: saat kamu mau menyambung hubungan orang yang memutuskannya, memberikan sesuatu orang yang menjauhkanmu, dan memaafkan kesalahan orang yang menzalimimu". (HR At-Thabarani).

Hadits ini disampaikan Nabi SAW ketika turun ayat 199 surat Al-A'raf yang berbunyi:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Artinya: "Maafkanlah dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."

Dalam hadits lain disebutkan, ketiga karakter ini akan memberikan kemudahan dalam perhitungan amal dan masuk surga. Nabi SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam kitab Al Mustadrak juz I halaman 563:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ حَاسَبَهُ اللَّهُ حِسَابًا يَسِيرًا وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ. قَالُوا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ، وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ. قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ ذَلِكَ، فَمَا لِي يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: أَنْ تُحَاسَبَ حِسَابًا يَسِيرًا وَيُدْخِلَكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ

Artinya: "Tiga hal yang menjadikan seseorang akan dihisab oleh Allah dengan mudah dan akan dimasukkan ke dalam surga dengan Rahmat-Nya. Para sahabat bertanya, bagi siapa ya Rasulullah?"

Jawabnya, "Engkau memberi orang yang menghalangimu, engkau memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan orang yang memutuskan silaturahim denganmu.

Lalu ditanyakan: "Jika saya melakukannya, apa yang saya dapat ya Rasulullah?" Jawabnya: "Engkau akan dihisab dengan hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu ke dalam surga dengan rahmat-Nya".

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Sikap memberi maaf bukan berarti seseorang menjadi kalah. Sikap memberi maaf juga bukan berarti seseorang menjadi lebih hina dan rendah karena harga dirinya diinjak-injak, tanpa adanya perlawanan. Hal ini yang masih menjadi permasalahan di sebagian manusia yang menganggap bahwa harga dirinya harus dijaga dengan cara tidak memberikan maaf kepada orang yang berbuat salah kepadanya. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang dikutip oleh Imam Muslim dalam kitab Sahih Muslim:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زادَ اللهُ عَبْداً بعَفْوٍ إِلاَّ عِزّاً، وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ

Artinya: "Tidaklah sedekah mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan. Tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan derajatnya". (HR Muslim).

Keutamaan orang yang memberi maaf kepada orang lain adalah dicintai, disukai, dan dimuliakan oleh orang-orang sekitarnya karena dengan karakter tersebut, dia akan disegani oleh orang lain. Di dalam hati orang lain, ia menempati tempat yang terhormat. Imam At-Thibi berkata:

فَإِنَّهُ إِذَا عُرِفَ بِالْعَفْوِ سَادَ وَعَظُمَ فِي الْقُلُوبِ وَزَادَ عِزُّهُ

Artinya: "Jika seseorang dikenal dengan karakter pemaaf, maka dia akan menjadi mulia di dalam hati orang lain, serta kehormatannya akan bertambah".

Karena itu, salah besar jika memberi maaf berarti kalah dan menjadi hina.

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Memberi maaf memang perilaku yang sangat mulia, akan tetapi ada hal yang jauh lebih mulia lagi untuk bisa dilakukan ketika ada orang yang berbuat salah, yaitu membalas kesalahan orang lain dengan kebaikan.

Memberi maaf adalah satu kemuliaan, tetapi membalas kesalahan orang dengan kebaikan adalah kemuliaan tersendiri yang berada di puncak kesempurnaan seorang manusia. Dalam hal ini, Allah SWT memerintahkan kita 6untuk memiliki karakter seperti ini dalam surat Al-Mu'minun ayat 96:

اِدْفَعْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُ السَّيِّئَةَۗ نَحْنُ اَعْلَمُ بِمَا يَصِفُوْنَ

Artinya: "Balaslah keburukan (mereka) dengan (perbuatan) yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan".

Karakter ini dahulu hidup di zaman Nabi SAW dan para sahabat, sampai para ulama berhasil mewariskan dan mengamalkan karakter ini.

Dahulu, dikisahkan ada seorang lelaki tua yang sedang duduk santai di tepi danau. Tiba-tiba, ia melihat kalajengking terjatuh di danau. Ia mengambil sebatang kayu untuk menolong kalajengking. Setelah berhasil meraih kalajengking dengan sebatang kayu, ternyata kalajengking menyengatnya dan ia melepaskan kayu tersebut karena rasa sakit.

Hal itu tidak membuatnya menyerah untuk menolong kalajengking, hingga ia lakukan sampai tiga kali. Ketika ia mencoba menolong ketiga kali, muncul seorang pemuda yang berkata kepadanya: "Kenapa anda tidak jera setelah disengat oleh kalajengking yang pertama dan kedua, dan anda masih mau menolong untuk ketiga kalinya?"

Orang tua tersebut kemudian berkata kepada pemuda:

يَا بُنَيَّ، مِنْ طَبْعِ الْعَقْرَبِ أَنْ يَلْسَعَ، وَمِنْ طَبْعِي أَنْ أُحِبَّ وَأَعْطَفَ. فَلِمَاذَا تُرِيدُنِي أَنْ أَسْمَحَ لِطَبْعِهِ أَنْ يَتَغَّلَبِ عَلَى طَبْعِي؟ عِامِلِ النَّاسَ بِطَبْعِكْ، لَا بِأَطْبَاعِهِمْ، مَهْمَا كَانَتْ تَعَامُلَاتُهُمْ وَتَصَرُّفَاتُهُمْ جَارِحَةً وَمُؤْلِمَةً، وَلَا تَأْبَهْ لِتِِلْكَ التَّصَرُّفَاتِ السَّيِّئَةِ. وَاحْذَرْ أَنْ تَجْعَلَكَ تَتْرُكَ صِفَاتِكَ النَّبِيلَةَ

Artinya: "Wahai pemuda, karakter kalajengking memang menyengat kepada siapa saja, sedangkan karakterku adalah pencinta dan penyayang. Kenapa anda meminta saya untuk merubah karakter saya menjadi karakter kalajengking? Berinteraksilah dengan orang lain dengan karakter anda sendiri, bukan dengan karakter mereka, meskipun cara mereka memperlakukanmu tidak baik dan menyakitimu. Jangan terpengaruh dengan perilaku orang lain dan hati-hati jangan sampai hal itu membuat anda kehilangan karakter mulia anda".

Kisah ini sangat inspiratif bagi orang-orang yang sudah terlanjur disakiti oleh orang lain, bahwa perilaku orang lain tersebut tidak boleh menjadi cerminan diri. Bercerminlah dengan diri sendiri, sehingga tidak dipengaruhi dengan kondisi lingkungan apapun. Tetaplah menjadi cahaya di dalam kegelapan. Tetaplah menjadi orang pemaaf dan baik hati, meskipun di tengah lingkungan yang buruk karena bisa jadi hal ini akan mengubah lingkungan di sekitar.

Jamaah Idul Fitri yang dimuliakan oleh Allah

Di hari yang indah dan mulia ini, di antara perilaku terbaik yang perlu disebarluaskan adalah saling memaafkan sebagai pertanda kesucian hati setelah ditempa selama satu bulan lamanya untuk mengambil hikmah yang tersimpan dalam berpuasa. Nabi bersabda sebagaimana yang diriwayatkan Imam Abu Dawud:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ، فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا

Artinya, "Tidaklah kedua muslim bertemu dan saling berjabat tangan, kecuali diampuni dosa keduanya sebelum keduanya berpisah." (HR Abu Dawud).

Berjabat tangan dengan untaian kata selamat, doa, dan saling memaafkan adalah aktivitas sederhana yang jika dilakukan dengan maksimal dan kolektif akan menumbuhkan kesalehan spiritual personal dan sosial.

Semoga kita dapat menangkap pesan mulia Idul Fitri di hari yang agung ini. Amin.

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمُ لِي وَلَكُمْ

Khutbah II/Doa

(x 7) ،اللهُ أكْبَرُ

الْحَمدُ للهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَاركَاً فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أنْ لاَ إلَهَ إلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أمَّا بَعْدُ: فَيَا أيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ التَّقْوَى. وَاعْلَمُوْا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعَالى: إنَّ اللهَ وَمَلائِكَتِهِ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ يَا أيُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

،اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ أجْمَعِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ سَيِّدِنَا أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ كُلِّ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ إنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الحْاَجَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Oleh: Dr Fatihunnada, Lc, MA
Sumber: Laman NU Online

5. Khutbah Idul Fitri tentang Saling Memaafkan Kesalahan

Khutbah I

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْراً، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ، لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.

الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,
Di pagi yang penuh kebahagiaan dan keberkahan, setelah satu bulan bersama Ramadhan, Idul Fitri pun tiba dalam kesucian dan ketakwaan. Hari di mana takbir berkumandang, semua diliputi rasa bahagia dan senang, setelah satu bulan di madrasah Ramadhan kita berjuang. Berjuang menahan haus dan dahaga, mengekang hawa nafsu yang membara, dan mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Semua itu mampu kita lewati dengan penuh keikhlasan hati, untuk meraih ridha ilahi. Tentunya semua ini haruslah senantiasa kita syukuri sebagai hamba Allah yang tahu diri.

Nikmat yang tak terhitung dalam setiap tarikan napas kita, menjadi bukti banyaknya rezeki yang kita terima. Bukan hanya rezeki lahir semata, namun rezeki batin pun terus mengalir dalam kehidupan kita. Kesehatan, kesempatan, Islam dan iman, serta nikmat yang tak kelihatan dalam kehidupan, janganlah sampai kita kufurkan.

فَبِأَيِّ آَلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ


Maka nikmat Tuhan manalagi yang akan kita dustakan? Semoga kita bisa menjadi hamba yang pandai bersyukur pada-Nya, dengan senantiasa mengucapkan Alhamdulillah di mulut kita, mewujudkan syukur ini dalam kehidupan nyata, dan menguatkan kesadaran bahwa Allah lah yang paling kuasa.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang paripurna. Kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas di bulan puasa, harus senantiasa kita pupuk dan jaga. Jangan sampai bulan Ramadhan berlalu, beriringan dengan itu intensitas ibadah kita pun ikut menjadi layu.

Oleh karena itu, mari kita jaga semua ini, Insya Allah kita termasuk hamba-hamba yang dosanya diampuni, karena kita telah berpuasa dengan iman dan kesadaran diri mengharap pahala dari ilahi rabbi. Rasulullah dalam haditsnya bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lalu".

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Idul Fitri ibarat lembaran awal kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih. Seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. Kesucian ini harus kita jaga sekuat tenaga agar kertas dan air ini tak ternoda. Mari hindari berbuat dosa, baik itu dosa antarsesama terlebih dosa kepada Allah subhanahu wata'ala.

Lalu bagaimana caranya? Jika kita berbuat kesalahan dan dosa pada Allah subhanahu wa ta'ala, bertaubat menjadi jalannya. Kita harus beristighfar sepenuh jiwa untuk tidak mengulangi lagi segala dosa. Sebagai wujudnya, kita harus mengiringi perbuatan dosa dengan perbuatan baik sebagai penggantinya.

Jika itu dosa pada sesama manusia, silaturahmi menjadi solusinya. Kata maaf harus terucap dari mulut kita dan bersama berkomitmen untuk memulai kehidupan bersama yang lebih bahagia.

Dalam Al-Qur'an Surat Ali Imran ayat 134 Allah menegaskan, bahwa seorang muslim yang memiliki ketakwaan dianjurkan mengambil paling tidak satu dari tiga sikap dari seseorang yang telah berbuat kesalahan. Sikap itu adalah amarah ditahan, memaafkan, dan berbuat baik terhadap orang yang berbuat kesalahan.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

Kita perlu ingat bahwa sesama muslim adalah bersaudara dalam naungan rida ilahi. Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi peran sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitu juga sebaliknya tangan kanan tak sampai hati menyakiti tangan kiri.

Apalagi di masa sulit seperti ini, kepekaan terhadap penderitaan orang lain harus terus disemai. Bantulah orang lain dari kesulitan yang mereka hadapi. Kepekaan sosial yang telah dilatih pada Ramadhan dengan merasakan lapar dan dahaga harus dilanjutkan kembali. Kita harus menjadikan Idul Fitri ini sebagai momentum kebahagiaan bersama yang hakiki. Dalam haditsnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan:

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّي أَخَاهُ بِمُصِيبَةٍ إِلا كَسَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ مِنْ حُلَلِ الكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Maknanya: "Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya karena musibah yang menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari kiamat" (HR Ibnu Majah).

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Saling memaafkan dan peka terhadap penderitaan orang lain tentunya tidak boleh sampai melupakan kepekaan pada orang yang ada dekat di sekitar kita. Terlebih sosok yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang tua kita. Dalam ajaran agama, orang tua adalah sosok yang mulia dan harus kita hormati serta sayangi selamanya. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik karena mereka adalah 'Jimat' kita di dunia.

Bagi mereka yang orang tuanya sudah meninggal dunia, ziarahilah makamnya. Panjatkan doa kepada yang kuasa semoga mereka diampuni dosanya dan amal ibadahnya diterima di sisi-Nya. Bagi yang orang tuanya masih dalam keadaan sehat dan masih bersama kita, jagalah dan kunjungilah mereka.

Terlebih sosok ibu yang telah susah payah melahirkan kita ke dunia ini. Ia adalah sosok yang paling berjasa dan dapat menghantarkan kita ke surga Allah yang abadi. Apa kabar Ia hari ini? Sudahkah kita bersilaturahmi? Sudahkah kita meraih tangannya yang sudah semakin lemah termakan hari? Ya Allah berilah kesehatan dan keberkahan pada orang tua kami. Jadikanlah kami anak-anak yang berbakti dan tahu berbalas budi.

Kita perlu sadari, sesukses apapun kita tak kan lepas dari doa orang tua. Sebanyak apapun materi yang kita miliki tak kan bisa membalas jasa-jasa mereka. Rida orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kita. Sebaliknya kemarahannya adalah merupakan sebuah bencana dalam kehidupan kita.

رِضَى اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

Artinya: "Keridaan Allah tergantung kepada keridaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua"

Mari kita kenang perjuangan mereka, ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan kasih sayang, mereka menggendong kita, mencium kita dan membesarkan kita dengan penuh cinta. Bagaimana sebaliknya, ketika mereka tergeletak sakit tak berdaya? Sempatkah kita menjenguknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit di atas tempat tidurnya? Rutinkah kita memeluk tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya sambil tersenyum sebagaimana ia lakukan di masa kecil kita?

Oleh karenanya di hari yang penuh dengan kebahagiaan, mari kita bersama doakan, semoga orang tua kita senantiasa diberikan keberkahan. Semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan. Semoga mereka akan tetap terjaga Islam dan iman saatnya nanti dipanggil oleh Tuhan.

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma'asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Demikianlah Khutbah Idul Fitri yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat memberikan kemanfaatan. Dan marilah kita berdoa, semoga ibadah yang kita lakukan di Bulan Ramadhan diterima Allah SWT dan mendapatkan ganjaran. Semoga semua dosa kita kepada Allah dan dosa kepada sesama akan mendapatkan ampunan. Mari saling memaafkan dan raih keberkahan, sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan, "Ja'alana-Llâhu minal 'âidîn wal fâizîn" senantiasa menjadi sebuah doa dan harapan.

جَعَلَناَ اللهُ وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

Khutbah II/Doa

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
اللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلٰهَ إِلاّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ . اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا، اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

Oleh: H Muhammad Faizin
Sumber: Laman NU Online

Itulah beberapa khutbah Idul Fitri tentang saling memaafkan yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga bermanfaat!


(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads