BMKG Prediksi Awal Musim Kemarau di Sulsel Mei 2025, Begini Peta Wilayahnya

BMKG Prediksi Awal Musim Kemarau di Sulsel Mei 2025, Begini Peta Wilayahnya

Andi Nur Isman Sofyan - detikSulsel
Selasa, 25 Mar 2025 13:05 WIB
Prakirawan Cuaca Stasiun Klimatologi Sulsel, Chaterina Restu Malino.
Prakirawan Cuaca Stasiun Klimatologi Sulsel, Chaterina Restu Malino. Foto: (dok. Istimewa)
Makassar -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim kemarau 2025 di Sulawesi Selatan (Sulsel) mulai terjadi pada Mei hingga Agustus. Kota Makassar menjadi salah satu daerah yang memasuki musim kemarau lebih awal.

Prediksi awal musim kemarau tahun 2025 di Provinsi Sulawesi Selatan, awal musim diprediksi terjadi dari bulan Mei (17%) hingga Agustus (21%). Dengan persentase terbesar berada di bulan Juni dan Juli yaitu totalnya 58%," kata Prakirawan Cuaca Stasiun Klimatologi Sulsel, Chaterina Restu Malino dalam konferensi pers, Selasa (25/3/2025).

Restu mengatakan beberapa kota atau kabupaten diprediksi lebih awal mengalami musim kemarau yakni pada Mei 2025. Kondisi itu umumnya terjadi di sekitar pesisir barat Sulsel.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Yaitu Kota Makassar, Kabupaten Takalar, dan Jeneponto. Kemudian sebagian Kabupaten Gowa, Maros, Pangkep, hingga Barru," urai Restu.

Selanjutnya untuk Juni, beberapa kota atau kabupaten yang diprediksi memasuki awal musim kemarau yaitu di Kabupaten Selayar, sebagian besar Maros, Pinrang, Toraja Utara, dan Kota Palopo. Untuk Juli, ada Kabupaten Enrekang, sebagian besar Tana Toraja, Luwu, Sidrap, Wajo, Soppeng, serta sebagian kecil Bone, Bantaeng, dan Bulukumba.

ADVERTISEMENT

"Untuk Agustus yaitu seluruh Kabupaten Sinjai, sebagian Bone, Wajo, Sidrap, Luwu, Luwu Utara, dan Luwu Timur," imbuhnya.

Restu memaparkan, pada umumnya prediksi awal musim kemarau 2025 ini sama dengan tahun sebelumnya yakni sebesar 42%. Adapun beberapa kota atau kabupaten yang mengalami musim kemarau lebih dulu dibanding normalnya yaitu di wilayah utara Sulsel seperti Kota Palopo, Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur, serta sebagian besar Toraja Utara.

"Untuk kategori mundur, dapat dilihat di wilayah selatan yaitu di Kabupaten Selayar, Jeneponto, Takalar, sebagian Bulukumba dan Sinjai. Dan beberapa bagian utara seperti Enrekang dan Tana Toraja," beber Restu.

Adapun sifat musim kemarau 2025 masih pada kategori normal yakni 50%. Kota atau kabupaten yang mengalami sifat musim atas normal yaitu sebagian besar Takalar, Gowa, Maros, dan Sinjai.

"Sedangkan bawah normal itu umumnya ada di bagian Utara yaitu di Palopo, Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur, Toraja Utara, Pinrang, Enrekang, Sidrap, dan Wajo," tambahnya.

Sementara, puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus dan September dengan total 79%. Beberapa yang diprediksi lebih dulu mengalami puncak musim kemarau yaitu pada bulan Juli adalah sebagian besar Kota Palopo, Kabupaten Toraja Utara, dan Pinrang.

"Adapun yang mengalami puncak musim kemarau di bulan Oktober yaitu Selayar, sebagian Wajo, Sidrap, Luwu, dan Luwu Timur," terang Restu.

Dari seluruh prediksi musim kemarau tersebut, Restu menyebut masyarakat perlu waspada potensi bencana hidrometeorologi. Salah satu yang paling berpotensi terjadi ialah kekeringan.

"Dampak yang harus kita waspadai yaitu bencana hidrometeorologi yaitu kekeringan, yang dapat memicu banyak efek atau bencana lainnya. Seperti krisis air bersih, kurangnya air irigasi sehingga memicu kebakaran hutan dan lahan," pungkasnya.




(asm/sar)

Hide Ads