Seekor monyet endemik jenis macaca maura dievakuasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan (Sulsel) di Kantor Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAP3) Maros. Hewan dilindungi itu diduga dipelihara warga namun terlepas.
"Kalau berdasarkan jenisnya, (monyet yang dievakuasi) macaca maura. Itu sebenarnya monyet asli Sulawesi, termasuk kategori hewan yang dilindungi," ujar Plt Kepala BKSDA Sulsel Heri Wibowo kepada wartawan, Minggu (9/3/2025).
Hewan yang juga disebut monyet hitam Sulawesi ini dievakuasi saat berada di salah satu ruangan kantor BRPBAP3 di Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros, Kamis (6/3). Heri menuturkan laporan mengenai keberadaan monyet tersebut sebenarnya sudah diterima sejak tahun 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sejak 2023 laporannya ada, 2024 juga ada. Setiap kita ke lapangan, (monyetnya) tidak ada. Kemudian kembali lagi ada laporan, kita cek di lapangan, tidak ada. Nah, kebetulan kemarin itu mungkin pas laporan dilakukan pengecekan dan dilakukan evakuasi," kata Heri.
Heri mengungkapkan, monyet hitam Sulawesi ini merupakan satwa asli Sulawesi yang hidup berkelompok. Keberadaannya di permukiman menimbulkan dugaan bahwa monyet tersebut sebelumnya dipelihara oleh warga lalu terlepas.
"Ini dugaan kami, ya. Di situ mungkin lokasinya bukan habitatnya sebenarnya. Makanya kalau dugaan kami itu, mungkin dipelihara oleh masyarakat, terus kemudian dia lepas," ungkapnya.
"Mereka berkoloni. Artinya, tidak hanya satu ekor. Biasanya dia akan berkelompok antara 5, 10, atau 15," sebutnya.
Saat hendak dievakuasi, Heri menjelaskan bahwa tim BKSDA terpaksa harus menembakkan bius ke arah monyet tersebut. Penembakan itu dilakukan agar monyet hitam Sulawesi ini tidak liar dan melawan saat akan dievakuasi.
"Proses penangkapan menggunakan bius. Karena ini barang hidup, kadang-kadang dia lari ke sana ke sini. Kalau kita tembakkan bius, dia akan pingsan dan akan memudahkan teman-teman untuk melakukan evakuasi," jelasnya.
Setelah dievakuasi, monyet hitam Sulawesi akan dirawat oleh tim dokter BKSDA Sulsel sebelum akhirnya dilepasliarkan ke habitatnya.
"Paling tidak ini untuk upaya penyelamatan sebelumnya. Nanti kita akan lepas liarkan," terang Heri.
(asm/ata)