Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menghentikan operasional monitoring gempa di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. Hal ini dilakukan usai peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami dirusak.
Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan pihaknya terpaksa mencabut semua peralatan monitoring gempa di shelter Nabire karena ada upaya pencurian aset berharga pada site InaTEWS. Pihaknya tak ingin mengalami kerugian lebih besar.
"BMKG terpaksa mencabut seluruh peralatan, termasuk sensor, digitizer, dan peralatan komunikasi, untuk menghindari kerugian lebih besar sehingga operasional monitoring gempa dihentikan," kata Daryono dalam keterangannya, Jumat (7/3/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daryono menuturkan perusakan peralatan BMKG akan sangat merugikan keselamatan masyarakat. Tanpa sensor gempa, maka kecepatan dan akurasi BMKG dalam memberikan informasi gempa dan peringatan dini tsunami di Nabire akan menurun dan lebih lambat.
"Untuk itu, kami memohon dengan sangat kepada masyarakat untuk tidak melakukan perusakan dan pencurian peralatan BMKG. Jika belum bisa aktif terlibat dalam mitigasi dan pengurangan risiko bencana, setidaknya jangan merusak peralatan BMKG yang bertujuan untuk melindungi keselamatan masyarakat Nabire," katanya.
Pihaknya pun meminta pemerintah daerah untuk ikut berperan aktif dalam mengamankan peralatan BMKG yang telah dipasang di lokasi strategis. Dia menegaskan dalam situasi dan kondisi saat ini, tidak mudah untuk segera mengganti peralatan yang hilang atau rusak.
"Seluruh peralatan BMKG di daerah adalah aset mitigasi untuk keselamatan masyarakat, mohon pemerintah daerah dan masyarakat merasa memiliki dan ikut menjaga keamanan demi keberlangsungan operasional pelayanan informasi dan peringatan dini dari BMKG," imbuhnya.
"Oleh karena itu, kami berharap pengertian dan perhatian dari semua pihak untuk menjaga keberlangsungan sistem peringatan dini bencana di Nabire khususnya, dan di seluruh wilayah Indonesia pada umumnya," tambah Daryono.
Diberitakan sebelumnya, Daryono mengatakan peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami kembali dirusak. Kasus terbaru terjadi di Nabire pada Kamis (6/3).
"Kasus terbaru perusakan terhadap peralatan monitoring gempa dan peringatan dini tsunami terjadi di Kecamatan Nabire," kata Daryono dalam keterangannya, Jumat (7/3).
Daryono mengungkapkan bahwa sudah tiga kali kasus pengrusakan peralatan BMKG di Nabire. Dia menyebut pelaku memotong antenna modem, kabel antenna GPS dan terakhir memotong kabel panel surya.
"Yang terjadi pada 9 Februari 2025 (berupa pemotongan Antenna Modem), 1 Maret 2025 (berupa pemotongan Kabel Antenna GPS) dan 6 Maret 2025 (berupa pemotongan Kabel Panel Surya)," terangnya.
(hsr/sar)