130+ Contoh Peribahasa dan Artinya, Berisi Nasihat hingga Semboyan Hidup

130+ Contoh Peribahasa dan Artinya, Berisi Nasihat hingga Semboyan Hidup

Fatmawati Hamzading - detikSulsel
Selasa, 18 Feb 2025 23:00 WIB
Ilustrasi karya sastra, ilustrasi puisi, ilustrasi cerpen. (Freepik)
Foto: Ilustrasi karya sastra, ilustrasi puisi, ilustrasi cerpen. (Freepik)
Makassar -

Peribahasa merupakan ungkapan berisi pengalaman hidup yang biasanya disampaikan dalam bentuk nasihat, sindiran halus, hingga pujian. Peribahasa menjadi sarana untuk mewariskan nilai-nilai, etika, dan kebijaksanaan.

Mengutip jurnal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang berjudul "Peribahasa, Maknanya, dan Sumbangannya terhadap Pendidikan Karakter", peribahasa adalah kalimat atau kelompok kata yang susunannya mengiaskan suatu maksud tertentu. Peribahasa ini berbentuk kalimat ringkas padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau tingkah laku.

Hal itulah yang menjadikan sebuah peribahasa perlu untuk dimaknai terlebih dahulu sebelum memahami maksudnya. Bagi detikers yang sedang mencari contoh peribahasa dan artinya, berikut informasi selengkapnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, disimak!

Contoh Peribahasa dan Artinya

  1. Bagai air di daun talas: Orang yang tidak memiliki pendirian, selalu berubah-ubah.
  2. Air beriak tanda tak dalam: Orang yang banyak bicara biasanya tidak banyak ilmunya.
  3. Bagai air dengan minyak: Dua orang yang tidak mau bersatu.
  4. Air susu dibalas air tuba: Kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
  5. Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna: Berpikir dahulu sebelum berbuat sesuatu.
  6. Bagai siang dan malam: Dua hal yang tidak mungkin dipertemukan.
  7. Tabir sudah tergantung, tikar sudah terbentang: Telah dilakukan persiapan untuk mengadakan pesta.
  8. Tahu makan tahu simpan: Dapat menyimpan suatu rahasia.
  9. Bagaimana ditanam, begitulah dituai: Tiap orang yang berbuat jahat, maka akan dibalas dengan kejahatan, begitu juga sebaliknya.
  10. Ada air, ada ikan: Di mana kita tinggal, pasti akan ada rezeki.
  11. Ada angin ada pohonnya: Segalah hal ada asal-usulnya.
  12. Ada gula ada semut: Di mana ada kesenangan, disitu banyak orang datang.
  13. Ada udang di balik batu: Ada suatu maksud yang tersembunyi.
  14. Asam di gunung, garam di laut bertemu di belanga: Kalau sudah berjodoh, pasti akan bertemu juga.
  15. Bagai api dengan asap: Suami istri atau sahabat karib yang sehidup semati.
  16. Bagai memegang tali layang-layang: Orang yang merasa berkuasa bertindak sesuka hati kepada orang lain.
  17. Bagai memindahkan air ke bukit: Mengerjakan suatu hal yang mustahil akan berhasil.
  18. Bagai menentang matahari: Melawan kekuatan atau kekuasaan yang jauh lebih tinggi dari kuasa sendiri yang akan membuat binasa.
  19. Bagai menulis di atas air: Melakukan pekerjaan yang sulit.
  20. Bagai pinang dibelah dua: Serupa dan sama benar.
  21. Berakit-rakit dahulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian: Siapa yang ingin senang harus kerja keras terlebih dahulu.
  22. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing: Bersama dalam suka dan duka.
  23. Di laut boleh diajak, di hati siapa tahu: Apa yang tersembunyi dalam hati seseorang tidak dapat diketahui.
  24. Datang kelihatan muka, pergi tampak punggung: Datang mengucapkan salam, pergi berpamitan.
  25. Biarpun kucing naik haji, pulangnya mengeong juga: Kepribadian dan pembawaan seseorang tidak akan berubah ke mana pun ia pergi.
  26. Anjing menggonggong, kafilah berlalu: Asalkan maksud dan tujuannya baik, tidak usah cemas menghadapi rintangan.
  27. Besar pasak daripada tiang: Belanja lebih besar daripada penghasilan.
  28. Bertepuk sebelah tangan: Tidak bersambut dengan baik.
  29. Beriak tanda tak dalam, berguncang tanda tak penuh: Orang yang suka sombong pertanda kurang dalam pengetahuannya.
  30. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Ilmu yang didapat tidak sempurna, tidak akan bermanfaat.
  31. Ombak kecil jangan diabaikan: Persoalan kecil jangan dianggap enteng.
  32. Ada uang abang sayang, tak ada uang abang ditendang: Hanya mau senang-senang atau harta saja.
  33. Nasi sudah jadi bubur: Sudah terlanjur terjadi.
  34. Hidup bercermin bangkai: Dalam kehinaan dan malu yang teramat sangat.
  35. Serapat-rapat menyimpan bangkai pasti tercium juga: Walau menutupi kejahatan, pasti akan diketahui orang juga.
  36. Semudah membalik telapak tangan: Terlalu mudah.
  37. Gayung bersambut kata berbalas: Selalu mendapat tanggapan atau balasan.
  38. Bagai orang tua kebakaran jenggot: Sangat gusar sekali.
  39. Selama hayat masih dikandung badan: Selama masih hidup, tidak boleh putus asa.
  40. Seperti anak ayam kehilangan induknya: Orang yang mengalami kebingungan dan kebimbangan dalam hatinya.
  41. Ada hujan ada panas: Tuhan menciptakan sesuatu secara berpasang-pasangan.
  42. Darah lebih kental daripada air: Hubungan keluarga lebih kuat dari hubungan apa pun.
  43. Datang tak dijemput, pulang tak diantar: Orang yang tidak diharapkan kehadirannya.
  44. Ilmu orang dihormati, lebih orang dihargai: Kepandaian dan kelebihan seseorang harus dihargai.
  45. Hidup segan mati tak mau: Keadaan seseorang yang hidupnya sulit tapi masih bertahan.
  46. Hendak menggaruk, tidak berkuku: Ingin melakukan sesuatu namun tidak ada alat pendukungnya.
  47. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah: Selama hidup, manusia hendaknya taat pada adat kebiasaan masyarakat.
  48. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang: Orang yang selalu berbuat baik jika meninggal akan selalu dikenang.
  49. Dunia tak seluas daun kelor: Jalan keluar dari masalah pasti ada.
  50. Di luar bagai madu, di dalam bagai empedu: Kata-kata manis yang mengandung maksud jahat.
  51. Ada asap ada api: Segala akibat pasti ada sebabnya.
  52. Adat penghulu berpadang luas, beralam lapang: Menjadi pemimpin haruslah sabar.
  53. Adat rimba raya, siapa berani ditaat: Kehidupan yang menggunakan kekerasan tidak mempunyai akal.
  54. Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betung: Setiap perbuatan memiliki adat dan aturannya sendiri sebagai pedoman.
  55. Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut: Jika hendak meminta sesuatu hendaknya pada orang kaya.
  56. Air mata jatuh ke perut: Sangat bersedih hati, tetapi ditahan atau disimpan saja.
  57. Air jernih ikannya jinak: Negeri yang aman dan makmur, sekalipun terhadap pendatang.
  58. Air ditetak takkan putus: Orang yang berkeluarga tidak dapat dibuat bermusuhan selama-lamanya.
  59. Air diminum serasa duri, nasi dimakan serasa sekam: Suasana hati yang sangat bersedih.
  60. Air cucuran jatuhnya ke pelimbahan juga: Tingkah laku anak meniru tingkah laku orang tuanya.
  61. Anjing menyalak di ekor gajah: Orang lemah yang berani melawan orang besar.
  62. Anjing menyalak takkan menggigit: Orang yang galak biasanya tidak berbahaya.
  63. Anjur surut tak bertanam: Maju mundur suatu usaha seseorang diperbolehkan asal berhasil.
  64. Antah berkumpul sama antah, beras sama beras: Orang yang mencari teman yang setingkat atau satu persamaan dengan dirinya.
  65. Antan patah lesung hilang: Tertimpa berbagai musibah.
  66. Asal ada, kecil pun pada: Lebih baik dapat sedikit daripada tidak dapat sama sekali.
  67. Arang habis, besi binasa: Sia-sia walaupun sudah menghabiskan biaya atau tenaga.
  68. Bagai air titik ke batu: Sukar sekali memberi nasihat terhadap orang jahat.
  69. Bagai alu pencungkil duri: Melakukan sesuatu yang tidak mungkin berhasil.
  70. Bagai anak ayam kehilangan induk: Bercerai berai karena kehilangan tumpuan atau pemimpin.
  71. Bagai air di atas bukit: Sukar untuk disembunyikan.
  72. Bagai air dengan tebing: Saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya.
  73. Bagai api dengan rabuk: Sesuatu yang apabila didekatkan dapat menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
  74. Bagai anjing melintang denai: Sangat gembira.
  75. Bagai anjing berebut tulang: Orang yang tamak.
  76. Bagai anjing beranak enam: Orang yang sangat kurus.
  77. Bagai anak sepat ke tohor: Bermalas-malasan di tempat orang lain.
  78. Bagal ayam bertelur di padi: Seseorang yang mencintai hidup mewah.
  79. Bagal ayam dibawa ke lampuk: Seseorang yang terheran-heran.
  80. Bagai ayam lepas bertaji: Serba berbahaya.
  81. Bagai babi merasa gulai: Tidak setara.
  82. Bagai bara dalam sekam: Perbuatan jahat yang tidak tampak.
  83. Bagai berpayung dengan daun pisang: Berlindung pada tempat yang memadai.
  84. Bagai bertanak di kuali: Biaya yang terlalu besar, sedangkan hasilnya sedikit.
  85. Bagai bulan kesiangan: Paras muka yang pucat karena sakit.
  86. Bagai katak dalam tempurung: Seseorang yang kurang luas wawasannya, bodoh, picik pengetahuannya.
  87. Bagai menegakkan benang basah: Sesuatu yang mustahil dilakukan.
  88. Bagai menimba air dengan keranjang: Segala sesuatu yang dikerjakan dengan tidak sesuai akan berbuah sia-sia.
  89. Besar pasak daripada tiang: Lebih besar pengeluaran daripada penghasilan, boros.
  90. Bagai pinang dibelah dua: Sama atau serupa benar.
  91. Bagai pungguk merindukan bulan: Mengharapkan sesuatu yang tak mungkin bisa terjadi.
  92. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing: Pekerjaan yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan bersama-sama.
  93. Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi: Ilmu yang didapat secara tidak sempurna tidak akan bermanfaat.
  94. Cadik terkedik, bingung terjual: Orang yang bodoh akan mudah tertipu orang lain.
  95. Cacing menjadi ular naga: Orang kecil yang menjadi orang besar (sukses).
  96. Cacat-cacat cempedak, cacat-cacat nak hendak: Pura-pura mencela padahal mencintai.
  97. Cacak seperti lambang tergadai: Perihal seseorang yang sedang terpana.
  98. Cabik-cabik bulu ayam: Dua saudara yang berkelahi, namun lama kelamaan akur kembali.
  99. Cakap melangit dapur tak berasap: Orang miskin yang bergaya seperti orang kaya.
  100. Calak-calak ganti asah, menunggu tukang belum datang: Sesuatu yang dipakai untuk sementara saja, karena sedang menunggu yang lebih baik.
  101. Campak bunga dibalas dengan campak tahi: Suatu kebaikan yang dibalas dengan kejahatan.
  102. Campur orang dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi pencecak: Orang yang bergaul dengan orang jahat lama kelamaan akan jahat juga.
  103. Cubit paha kanan, paha kiri pun berasa sakit: Jika suatu anggota keluarga disakiti, seluruh anggota keluarga ikut merasakannya.
  104. Cubit paha sendiri dahulu, baru cubit paha orang lain: Merasakan sendiri akibat dari perbuatannya.
  105. Cupak sepanjang betung, adat sepanjang jalan: Mengerjakan sesuatu hendaklah sesuai aturan.
  106. Dagangan bersambut yang dia jual: Menceritakan cerita berdasarkan cerita dari orang lain.
  107. Dahan pembagi batang: Orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya.
  108. Dahulu bajak daripada jawi: Orang muda yang belum memiliki pengalaman dijadikan pemimpin orang tua yang berpengalaman.
  109. Dahulu duduk dari cangkung: Cepat marah sebelum mengetahui perkara sebenarnya.
  110. Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung: Sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat ia tinggal.
  111. Emas tahan uji: Orang ahli berani ditanya.
  112. Esa hilang dua terbilang: Kuat bersikeras untuk melakukan sesuatu. Seorang pemimpin meninggal meninggal dunia akan muncul beberapa orang penggantinya.
  113. Gadai terdorong kepada Cina: Sesuatu yang telah diperbuat tidak bisa ditarik kembali.
  114. Gagak putih bangau hitam: Sesuatu yang mustahil terjadi
  115. Gajah mati karena gadingnya: Seseorang meninggal dunia karena kelebihan (keunggulan) yang dimilikinya.
  116. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama: Perbuatan baik atau buruk akan tetap dikenang meskipun sudah mati.
  117. Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut/kuman di seberang lautan tampak: Kesalahan diri sendiri walau besar tapi tidak terlihat kecil, sedangkan kesalahan orang lain sekecil apa pun terlihat sangat besar.
  118. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari: Segala tingkah laku murid (bawahan) selalu mencontoh guru (atasannya).
  119. Habis manis sepah dibuang: Mengacuhkan sesuatu yang dianggap sudah tidak berguna.
  120. Hidup dikandung adat, mati dikandung tanah: Selama hidup harus taat pada adat kebiasaan dalam masyarakat.
  121. Hidup segan mati tak mau: Seseorang yang tidak berbuat apa-apa, serba salah.
  122. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga: Hanya karena kesalahan kecil menghilangkan segala kebaikan yang diperbuat.
  123. Lempar batu sembunyi tangan: Orang yang tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan atau kesalahannya.
  124. Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai: Menghendaki sesuatu tapi tidak berdaya untuk mencapainya.
  125. Membasuh arang di muka: Berusaha menghilangkan rasa malu.
  126. Menumbuk di periuk, bertanak di lesung: Melakukan sesuatu yang menyalahi kebiasaan.
  127. Menambak gunung, menggarami air laut: Memberi bantuan kepada orang yang sama sekali tidak perlu dibantu.
  128. Menang jadi arang, kalah jadi abu: Kalah ataupun menang sama-sama menderita.
  129. Menepuk air di dulang, tepecik muka sendiri: Jika berbuat sesuatu yang jahat maka akan terkena kembali kepada diri sendiri.
  130. Nasi sudah menjadi bubur: Kejadian yang telah telanjur terjadi dan tak bisa diubah kembali seperti sedia kala.
  131. Panas setahun hilang oleh hujan sehari: Segala kebaikan terhapus oleh hanya sedikit keburukan atau kesalahan.
  132. Sambil menyelam minum air: Melakukan dua atau tiga pekerjaan dalam waktu bersamaan.
  133. Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga: Tidak ada yang sempurna, setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan atau mengalami kegagalan.
  134. Seperti padi, kian berisi kian merunduk: Semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati.
  135. Tak ada gading yang tak retak: Tak ada sesuatu yang sempurna.
  136. Tak ada rotan, akar pun jadi: Jika tidak ada yang baik maka yang kurang baik pun dapat dipakai juga.

Nah, itulah informasi mengenai contoh peribahasa dan artinya. Semoga bermanfaat, ya!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads