5 Khutbah Jumat Jumadil Awal: Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Amal Saleh

5 Khutbah Jumat Jumadil Awal: Meningkatkan Kualitas Hidup dengan Amal Saleh

St. Fatimah - detikSulsel
Kamis, 14 Nov 2024 17:30 WIB
Ilustrasi Khutbah.
Ilustrasi (Foto: Raka Dwi Wicaksana/Unsplash)
Makassar -

Khutbah merupakan salah satu rukun dalam pelaksanaan salat Jumat. Khutbah ini menjadi sarana untuk memberikan nasihat dan pesan-pesan moral agar umat muslim mendekatkan diri kepada Allah.

Pada hari Jumat pekan ketiga bulan November ini, umat muslim sedang berada di bulan Jumadil Awal. Seperti bulan-bulan lainnya, bulan tersebut dapat menjadi kesempatan untuk terus memperbaiki diri dengan meningkatkan amal saleh dan kualitas hidup.

Melalui khutbah Jumat, khatib dapat menyampaikan pesan-pesan dan petunjuk hidup yang bisa membimbing jamaah ke jalan yang benar dan penuh berkah. Berikut ini materi yang dapat dibawakan untuk khutbah Jumat Jumadil Awal tentang hal-hal yang dapat dilakukan agar hidup lebih bermakna.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, disimak!

Khutbah Jumat Jumadil Awal Singkat

Judul: Menjadi Insan Beruntung di Akhirat

Khutbah I

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم}، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah Jumát Rahimakumullah

Siang ini kita menikmati kurnia yang demikian agung sehingga dapat menjalankan salah satu kewajiban yakni melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Dengan demikian, tidak ada pilihan kecuali bagaimana besarnya nikmat Allah SWT tersebut kita syukuri dengan cara meningkatkan takwa. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.

Hadirin yang Mulia

Pada suatu kesempatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabat apakah mereka tahu yang disebut orang bangkrut. Hal ini sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah Radliyallahu 'Anh sebagai berikut:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ؟

Artinya: Sesungguhnya Rasulullah Shallahu 'Alaihi Wasallam bertanya: Tahukah kalian siapakah yang dinamakan orang bangkrut?

قَالُوْا: اَلْمُفْلِسُ فِيْنَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ

Artinya: Mereka (para sahabat) menjawab: Orang bangkrut menurut pendapat kami ialah mereka yang tidak mempunyai uang dan tidak pula mempunyai harta benda.

Jawaban seperti itu ternyata bukan sebagaimana yang dimaksudkan Rasulullah. Nabi Muhammad tidak bertanya tentang ekonomi, melainkan ingin mengajak para sahabat mengetahui bahwa kebangkrutan bisa terjadi dalam bidang agama. Jadi di dalam agama juga ada perhitungan matematis terkait pahala dan dosa, seperti penambahan dan pengurangan di antara sesama manusia. Hal ini terjadi pada saat semua manusia berada di Padang Makhsyar untuk menjalani hisab yang akan menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau neraka.

Jamaah Jumát Hafidhakumullâh

Dengan perhitungan seperti itu, dapat diketahui apakah seseorang akan termasuk orang beruntung atau justru orang bangkrut di akhirat kelak. Adapun yang dimaksud bangkrut dalam agama adalah sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam lanjutan hadits berikut:

فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي، يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هٰذَا، وَقَذَفَ هٰذَا، وَأَكَلَ مَالَ هٰذَا، وَسَفَكَ دَمَ هٰذَا، وَضَرَبَ هٰذَا. فَيُعْطِى هٰذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهٰذَا مِنٰ حَسَنَاتِهِ. فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ، قَبْلَ أَنْ يَقْضَى مَا عَلَيْهِ، أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ. ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Artinya: Nabi menjelaskan: Sesungguhnya orang bangkrut dari umatku ialah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan dari shalat, puasa, dan zakat. Tetapi mereka dahulu pernah mencaci maki orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang lain dan memukul orang lain. Maka kepada orang yang mereka salahi itu diberikan pahala amal baik mereka; dan kepada orang yang lain lagi diberikan pula amal baik mereka. Apabila amal baik mereka telah habis sebelum hutangnya lunas, maka diambillah kesalahan orang yang disalahi itu dan diberikan kepada mereka; Sesudah itu, mereka akan dilemparkan ke dalam neraka.

Jadi, setiap orang dari umat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendapatkan pahala dari ibadah-ibadah yang mereka lakukan semasa hidupnya seperti shalat, puasa, dan zakat. Namun pahala-pahala yang didapat dari ibadah-ibadah wajib itu akan dikonfrontir dengan dosa-dosa sosialnya akibat berbuat zalim kepada sesama manusia. Dari seperti mencaci maki, menuduh, memfitnah, memakan harta orang lain seperti mencuri atau korupsi, membunuh secara tidak sah, melukai atau menyakiti orang lain baik secara fisik maupun non-fisik, dan sebagainya.

Apabila besarnya dosa-dosa sosial akibat kezaliman tidak sebanding dengan kesalehan-kesalehan yang dilakukannya karena banyaknya orang yang dizalimi atau tingginya tingkat kezaliman kepada orang tertentu, maka dosa-dosa dari orang-orang yang dizalimi akan diberikan kepada orang yang menzalimi hingga mencapai titik impas. Apabila titik impas tidak tercapai, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan melemparkan orang yang menzalimi itu ke neraka. Orang seperti inilah yang disebut orang bangkrut dalam agama sebagaimana penjelasan Rasulullah dalam hadits di atas.

Jamaah Jumát yang Berbahagia

Kezaliman manusia terhadap manusia lainnya pada dasarnya merupakan urusan manusia karena termasuk wilayah muamalah. Namun demikian, Allah tidak membiarkannya hingga pihak yang melakukan kezaliman menyelesaikan masalahnya, misalnya dengan kompensasi tertentu dan/atau meminta maaf kepada pihak yang dizalimi semasa hidupnya. Apabila hal ini tidak dilakukan hingga masing-masing meninggal dunia, maka Allah akan memperhitungkannya di akhirat kelak.

Jadi, melakukan kezaliman terhadap sesama manusia bukanlah persoalan sepele karena urusannya bisa sampai ke akhirat. Allah memang memperhatikan dan memperhitungkan setiap kezaliman seperti itu sebagaimana juga disebutkan dalam sebuah hadits marfu' yang diriwayatkan dari Anas bin Malik Radliyallahu 'Anh sebagai berikut:

وَأَمَّا الظُّلْمُ الَّذِي لا يَتْرُكُهُ الله فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضِهِمْ بَعْضًا حَتَّى يُدَبِّرُ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ

Artinya: Adapun kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah adalah kezaliman manusia atas manusia lainnya hingga mereka menyelesaikan urusannya.

Oleh karena itu siapa pun hendaknya bersikap hati-hati kepada orang lain dengan menjaga lisan, tangan dan anggota badan lainnya agar terhindar dari dosa-dosa sosial akibat berbuat kezaliman kepada mereka. Allamah Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitabnya berjudul Sabîlul Iddikâr wal I'tibâr bimâ Yamurru bil Insân wa Yanqadli Lahu minal A'mâr (Dar Al-Hawi, Cet. II, 1998, halaman 100), juga menjelaskan bahwa di antara hal-hal yang amat diperhitungkan oleh Allah pada hari kiamat adalah perbuatan zalim manusia terhadap manusia lainnya sebagaimana kutipan berikut ini:

وَاعْلَمْأَنَّ مِنْ أَشَدِّ الْأَشْيَاءِ وَأَشَقِّهَا فِيْ مَوْقِفِ اْلقِيَامَةِ: ظُلْمُ اْلعِبَادِ، فَإِنَّهُ اَلظُّلْمُ الَّذِيْ لَا يَتْرُكُهُ اللهُ

Artinya: Ketahuilah bahwa di antara hal-hal berat dan sangat diperhitungkan pada hari kiamat adalah perbuatan zalim terhadap sesama manusia sebab hal ini merupakan kezaliman yang tidak akan dibiarkan oleh Allah.

Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT

Oleh karena itu apabila benar-benar sayang pada diri sendiri, maka hal-hal yang harus kita lakukan dalam rangka mencegah kebangkrutan amal adalah menjaga agar pahala dari ibadah yang kita lakukan tidak ludes oleh dosa-dosa sosial akibat kezaliman kepada orang lain. Jadi, memang pahala dari berbagai ibadah saja seperti shalat, puasa, haji dan bahkan zakat sekalipun belum cukup menjadi bekal kita di akhirat hingga ada kepastian bahwa orang-orang lain selamat dari lisan dan tangan kita melakukan kezaliman-kezaliman kepada mereka.

Mudah-mudahan kita semua senantiasa diberi kekuatan oleh Allah Subhanahu Wa Taala untuk mampu menjaga lisan, tangan dan anggota tubuh lainnya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang menzalimi sesama manusia. Dari seperti menyakiti hati orang lain, mencaci maki, memfitnah dan menuduh tanpa bukti, mengambil hak orang lain seperti mencuri dan korupsi, membunuh secara tidak sah, menyakiti secara fisik, dan sebagainya. Dengan cara ini semoga kita semua selamat dari predikat orang-orang bangkrut di akhirat, amin ya rabbal alamin.

جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطانِ الرَّجِيمْ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمانِ الرَّحِيمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Sumber: Laman NU Online

Naskah Khutbah Jumat Bulan Jumadil Awal 2024

Judul: Pentingnya Menjaga Akhlak di Tengah Masyarakat

Khutbah I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ. اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ:

Jamaah Jumat yang Dirahmati Allah

Hari ini sangat istimewa karena menjadi sarana kaum muslimin untuk saling bertemu dan menyatukan komitmen untuk meningkatkan takwallah. Kita setidaknya diingatkan untuk terus meningkatkan rasa takut kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Percayalah, dengan terus menambah kualitas takwallah tersebut kita akan termasuk hamba yang beruntung.

Hadirin yang Berbahagia

Akhlak merupakan hal yang amat fundamental dalam Islam. Misi utama Rasulullah SAW diutus oleh Allah pun adalah untuk menyempurnakan akhlak. Innamâ bu'itstu li utammima makârimal akhlâq. Akhlak setidaknya terbagi menjadi tiga, yakni akhlak manusia kepada Allah, akhlak individu manusia kepada masyarakat dan alam, serta akhlak manusia kepada dirinya sendiri. Kemuliaan orang ditentukan oleh kemuliaan akhlaknya.

Sebuah sistem juga akan berjalan dengan baik bila diisi oleh orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Jabatan, status sosial, kekayaan, popularitas tidak menjamin sang pemilik lantas terhormat bila ia, misalnya, gemar merendahkan orang lain, korupsi, menyakiti, berbuat sewenang-wenang, dan lain-lain. Demikian pula, secanggih apapun sistem yang dibangun, tak ada apa-apanya jika orang-orang di dalamnya hanya pandai memanipulasi, tak bertanggung jawab, dan sejenisnya.

Jamaah shalat Jumat Hafidlakumullah

Baginda Nabi Muhammad SAW pernah mengingatkan kita semua:

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya: Bertakwalah kamu kepada Allah di mana pun berada. Iringilah perbuatan buruk yang sudah dilakukan dengan perbuatan baik yang dapat menghapusnya. Dan berakhlaklah kepada orang-orang dengan akhlak yang baik. (HR at-Tirmidzi)

Hadits ini menerangkan tentang kewajiban seseorang untuk mempedulikan etika sosial. Nabi menyampaikan pesan tersebut setelah berseru agar manusia bertakwa kepada Allah di mana pun berada: di masjid, di sawah, di kantor, di trotoar, di pasar, di warung, di lembaga pendidikan, di forum dakwah, dan lain sebagainya. Ketakwaan yang istiqomah, tak pandang tempat maupun waktu.

Rasulullah juga berpesan dalam hadits itu untuk tidak membiarkan keburukan berlarut-larut, dengan menggantinya dengan perbuatan baik. Para ulama mengaitkan kalimat wa khâliqin nâsa bi khuluqin hasanin sebagai imbauan tentang pergaulan sosial yang baik, sesuai arti yang tersurat: berakhlaklah kepada masyarakat dengan akhlak yang baik.

Perintah Nabi tersebut sekaligus menandakan bahwa manusia sesungguhnya potensial berbuat buruk kepada sesamanya. Karena memang sejatinya manusia punya dua kecenderungan akhlak, yakni mahmûdah (terpuji) dan madzmûmah (tercela).

Manusia berlaku tercela ketika nafsu lebih menguasai daripada hati nuraninya. Egoisme atau kepentingan untuk memuaskan diri sendiri atau golongan seringkali membuat kita lupa diri kepada hak-hak orang lain, meremehkan orang lain, memojokkan orang lain, bahkan menzalimi orang lain. Bagaimana pengejawantahan husnul khuluq (akhlak yang baik) kepada masyarakat sebagaimana diperintahkan Rasulullah?

Jamaah yang Dirahmati Allah

Al-Imam al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad mengatakan:

وَحُسْنُ الْخُلُقِ مَعَ النَّاسِ أَلَّا تَحْمِل النَّاسَ عَلَى مُرَادِ نَفْسِكَ، بَلْ تَحْمِل نَفْسَكَ عَلَى مُرَادِهِمْ مَا لَمْ يُخَالِفُوا الشَّرْعَ

Artinya: Husnul khuluq (berakhlak yang baik) kepada masyarakat adalah engkau tidak menuntut mereka sesuai kehendakmu, namun hendaknya engkau menyesuaikan dirimu sesuai kehendak mereka selama tidak bertentangan dengan syariat.

Inti dari definisi husnul khuluq menurut Imam al-Ghazali ini adalah penghargaan yang tinggi seseorang kepada kehendak masyarakat selama kehendak itu tidak bertentangan dengan syariat Islam. Tidak selalu pemahaman, kebiasaan, dan kebudayaan kita sejalan dengan pemahaman, kebiasaan, dan kebudayaan orang lain. Di sinilah pentingnya seseorang 'mengorbankan' egoisme diri untuk kehidupan yang harmonis di masyarakat.

Hadirin, contoh konkret dari praktik dari pesan tersebut adalah cara berdakwah para ulama terdahulu dalam membumikan Islam di bumi Nusantara. Wali songo yang mempunyai wawasan fiqih dan tasawuf secara mendalam tak serta merta melarang tradisi dan kebudayaan yang berkembang di Nusantara. Tentu mereka sadar ada beberapa aspek yang tak sesuai dengan syariat, tapi toh dengan bijaksana tetap menghormati nilai-nilai lokal, mengikutinya, lalu mengisinya dengan nilai-nilai Islam secara bertahap.

Mereka merupakan ulama-ulama yang menjunjung tinggi prinsip memanusiakan manusia, menghargai proses, rendah hati, dan bergaul bersama masyarakat dengan sudut pandang kasih sayang. Padahal, dengan kapasitas, status sosial, bahkan kekuasaan yang dimiliki, mereka waktu itu bisa saja memaksa penduduk pribumi untuk memeluk ajaran Islam dan meninggalkan seluruh tradisi dan adat istiadat lokal. Tapi itu tidak dilakukan, karena memang menyalahi ketentuan wa khâliqin nâsa bi khuluqin hasanin.

Jamaah Shalat Jumat Rahimakumullah

Senada dengan Imam al-Ghazali, salah seorang ulama Nusantara, Syekh Nawawi al-Bantani, mengartikan berakhlak kepada masyarakat sebagai:

هُوَ مُوَافَقَةُ النَّاسِ فِيْ كُلِّ شَيْئٍ مَا عَدَا الْمَعَاصِيْ

Artinya: Berakhlak yang baik adalah mengikuti konsensus/tradisi dalam segala hal selama bukan kemaksiatan. (Syekh Nawawi al-Bantani, Syarh Sullam al-Taufiq, halaman 61)

Pengertian ini berangkat dari kecerdasan para ulama kita bahwa masyarakat punya kebudayaan atau tradisi yang berbeda. Universalitas nilai Islam mereka tunjukkan dengan bukti bahwa Islam mampu membumi meski dengan wajah yang beragam itu. Tradisi halal bi halal, misalnya, adalah contoh dari menyatunya nilai-nilai Islam dengan budaya di masyarakat: nilai persaudaraan dan saling memaafkan dalam Islam bersatu dengan keguyuban dan tradisi kumpul-kumpul orang Nusantara. Itulah mengapa halal bi halal tak lazim di Timur Tengah, atau belahan dunia lain, karena memang terkait dengan kebudayaan khas Nusantara.

Tidak ada yang berubah dengan Islam, terutama yang berkenaan dengan ibadah mahdhah, hanya saja praktiknya yang bersinggungan dengan tradisi masyarakat bisa berbeda di tiap daerah. Tentu dengan catatan tradisi itu tidak bertentangan dengan syariat.

Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia

Karena sangat menghargai kearifan budaya yang berkembang di masyarakat, berakhlak yang baik kepada orang lain juga menghindari gampang memvonis sesat orang lain, menuduh munafik, dan menuduh syirik, dan lain sebagainya. Kita boleh memegang kuat-kuat prinsip yang kita yakini, tapi tak seharusnya itu mengoyak kedamaian atau menimbulkan keributan yang tak perlu di tengah masyarakat. Pesan yang baik pun harus disalurkan dengan cara atau akhlak yang baik pula.

Semoga kita semua terjaga dari akhlak yang buruk, baik kepada diri sendiri, kepada masyarakat dan alam, serta lebih-lebih kepada Allah. Semoga kita termasuk dari umat Nabi Muhammad yang berhasil diperbaiki akhlaknya, mendapat ridlanya, dan memperoleh syafaatnya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Sumber: Laman NU Online

Khutbah Jumat Jumadil Awal Bulan November 2024

Judul: 4 Cara Merengkuh Kebahagiaan Hidup

Khutbah I

الْحَمْدُ لِلّٰهِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ هَدَانَا سُبُلَ السّلَامِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الْكَريمِ أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، ذُو الْجَلَالِ وَالْإكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلَى اٰلِه وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الْإِخْوَانِ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْاٰنِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ، يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. وَقَالَ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. صَدَقَ اللهُ العَظِيمُ

Jamaah Shalat Jumat yang Berbahagia

Betapa banyak nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita, salah satunya diberikan umur panjang sehingga dapat merasakan berada di tahun 2023 ini. Karenanya, tidak ada pilihan lain bagi kita selalin meningkatkan takwallah yakni menjalankan segala yang diperintah dan menjauhi yang dilarang. Harapannya, setiap saat rasa takwa tersebut kian meningkat dari waktu ke waktu. Amin ya rabbal alamin.

Hadirin yang Mulia

Ada kebiasaan yang sebagian besar dilakukan setelah menjalankan shalat fardhu lima waktu, yakni kita tidak pernah meninggalkan berdoa:

رَبَّنا آتِنَا فِي الدُّنْيا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Pertanyaannya, bagaimana cara menggapai hidup bahagia? Tentu kita akan menjawabnya sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 97 Allah berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS An-Nahl: 97).

Imam al-Qurtubi menjelaskan di dalam kitabnya Tafsir al-Qurtubi juz 10 halaman 174 bahwa terdapat beberapa tanda hidup bahagia:

1. Rezeki yang Halal

Rezeki yang halal membuat hidup menjadi bahagia dan berkah, segala urusan menjadi mudah, keluarga penuh sakinah, mawaddah, dan rahmah, putra-putrinya salih dan salihah, jiwa raga semangat untuk ibadah, harta melimpah ruah, bisa digunakan untuk haji dan umrah ke Makkah, serta ziarah Nabi Muhammad SAW di Madinah, dan meninggal dalam keadaan husnul khatimah. Âmîn.

Rezeki yang halal menjadi pertanda seseorang hidup bahagia di dunia ini. Hal ini terbukti jika kita melihat beberapa contoh dalam kehidupan nyata yakni sebuah keluarga yang serba pas-pasan, membesarkan putra putrinya dengan serba kekurangan, namun dengan harta yang halal, alhamdulillah berkah dan dapat untuk mengarungi kehidupan. Walaupun jika dirumuskan dengan matematika manusia, tidak akan cukup. Namun matematika Allah dapat mencukupinya. Bagaimana tidak, jika sebulan penghasilan kurang dari satu juta, harus menghidupi 5 anaknya, namun bisa cukup. Tidak hanya itu, karena berkah rezeki halal, anak-anaknya juga menjadi orang yang dapat dibanggakan. Rezeki yang halal merupakan tanda hidup bahagia.

2. Qanaah atau Ridha dengan Pemberian Allah

Dalam bahasa Jawa, qanaah disebut nerimo ing pandum (menerima terhadap bagian yang diberikan Allah SWT). Seseorang yang memiliki uang banyak, jabatan yang tinggi, harta yang melimpah ruah, namun tidak memiliki sifat qanaah, ia akan selalu kurang, serakah, rakus, dan tentunya hidupnya tidak bahagia. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam hadits Riwayat Imam Muslim dalam Shahih Muslim juz 2 halaman 730 sebagai berikut:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

Artinya: Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi kecukupan rezeki, dan diberikan qanaah oleh Allah atas apa yang diberikan kepadanya.

Bagaimana agar kita bisa qanaah? Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:

انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ

Artinya: Lihatlah orang yang ada di bawah kalian, jangan melihat seseorang yang ada di atas kalian, hal tersebut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah kepada kalian. (HR Muslim).

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki mobil harus bersyukur karena masih banyak orang yang naik motor dan tidak mampu membeli mobil. Mereka yang naik motor harus bersyukur karena masih banyak yang naik sepeda dan tidak mampu membeli motor. Orang yang naik sepeda juga wajib bersyukur, karena masih ada yang berjalan kaki dan tidak mampu membeli sepeda. Begitu juga orang yang berjalan, harus bersyukur karena masih ada yang tidak bisa berjalan, dan begitu seterusnya. Dan tentu saja orang yang memiliki sifat qanaah menunjukkan hidupnya bahagia dan tidak susah.

3. Taufiquhu Ilath Thâ'at

Dalam artian mendapatkan pertolongan Allah untuk melakukan kebaikan, ibadah, dan taat kepada Allah SWT. Bagaimana agar kita mendapatkan pertolongan Allah? Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Muhammad ayat 7:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ

Artinya: Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.

Menurut Imam ath-Thabari dalam Tafsir Jamiul Bayan juz 21 halaman 191, Allah akan menolong orang yang beramal sesuai dengan apa yang dicintai dan diridhai Allah SWT, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah. Seperti orang yang menuntut ilmu, mengajar di lembaga keilmuan, orang yang memakmurkan masjid, dan lainnya. Merekalah orang yang akan mendapatkan pertolongan Allah dan hidupnya akan diwarnai dengan kebahagiaan.

4. Merasakan Manisnya Beribadah

Atau disebut dengan halâwah thâ'ât. Yaitu merasakan manisnya ibadah dan taat kepada Allah SWT. Nabi bersabda dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, juz 1 halaman 12 sebagai berikut:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُوْنَ اللّٰهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Artinya: Ada tiga orang yang dapat menemukan manisnya keimanan: (1) orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul dibanding selainnya, (2) orang yang mencintai seseorang karena Allah, (3) orang yang membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dimasukkan ke neraka.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa anjuran Rasulullah agar kita menggapai kebahagiaan adalah memperoleh rezeki yang halal, qanaah (menerima) apa yang telah diberikan Allah, mendapat pertolongan Allah dalam ketaatan, dan dapat merasakan nikmatnya keimanan. Semoga kita semua selalu mendapatkan rahmat Allah agar kita menjadi manusia yang bahagia hidup di dunia dan akhirat, amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي إلَى رِضْوَانِهِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَيَا اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّٰهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خَآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر

Sumber: NU Online

Khutbah Jumat Jumadil Awal tentang Dzikir

Judul: Menyeimbangkan antara Pola Pikir dan Dzikir

Khutbah I

إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الأئِمَّةِ الْأطْهَارِ اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهاَ الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ فَقَالَ تَعاَلىَ فِى الْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ ٱلَّذِينَ يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَٰطِلًا سُبْحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, yaitu menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Siang hari ini kita duduk di atas bumi yang sama dan berada di bawah langit yang sama pula serta mempunyai tujuan yang sama yakni bersama-sama bersimpuh dan bersujud di hadapan-Nya, menyatakan segala kelemahan kerendahan dan keterbatasan kita sebagai makhluk ciptaan-Nya untuk mensyukuri segala kenikmatan, kesempatan, kesehatan, dan keselamatan yang Allah berikan kepada kita di setiap saat, setiap waktu, bahkan setiap detik, dimanapun dan kapanpun kita berada. Maka tidak ada kata indah dan kalimat yang lebih pantas dan layak untuk kita ucapkan selain untaian rasa syukur kita kepada Allah.

Selawat dan salam senantiasa tercurah limpah kepada baginda Nabi Muhammad, satu-satunya Nabi yang mampu memberikan keteladanan dan juga yang memberi syafaat keselamatan bagi seluruh umatnya di Hari Kiamat. Beliau manusia pilihan yang menjadi suri tauladan dan panutan bagi semua insan yang beriman, sosok Mulia yang membawa keagungan dan kesempurnaan.

Mudah-mudahan kita selalu setia menjadi umat Rasulullah SAW sampai akhir hayat yang selalu siap meneladani segala sifat, sikap, pikiran dan perbuatan beliau dalam menjalankan Amaliah ahlussunnah wal jamaah fiddini waddunnya wall akhirah.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, bertepatan dengan bulan Agustus sebagai Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 79 ini sebagaimana biasanya dalam setiap khutbah Jumat, khatib selalu berpesan dan berwasiat kepada jamaah sekalian pada umumnya dan juga kepada diri khatib pribadi khususnya, agar kita selalu dan senantiasa menjadi manusia-manusia yang mampu mengintropeksi diri dan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa. Sebagaimana dalam QS. Ali Imran 102.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.

Ayat ini menegaskan bahwa derajat kemuliaan seorang hamba di sisi Allah hanyalah dinilai dengan ketakwaannya. Allah berfirman dalam QS. Al Hujurat ayat 13:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa".

Jamaah Jumat yang Dimuliakan Allah

Salah satu isi dan inti dari kebahagiaan hidup bukanlah sekedar kesenangan, akan tetapi juga ketenangan batin dan jiwa. ketenangan tersebut dapat diraih dan diperoleh dari kemenangan dalam menghadapi setiap tantangan, rintangan, ujian cobaan, maupun semua problematika kehidupan baik lahir maupun batin. Biasanya orang yang mampu menciptakan ketenangan dalam batin dan jiwanya, akan mudah menjalankan rencana tanpa menghadirkan bencana.

Dan dari jiwa yang tenang atau mutmainnah akan mengalir rasa kepasrahan terhadap Allah tanpa merasa resah ataupun gelisah, sebab tidak sedikit orang yang dalam hidupnya tampak sukses akan tetapi tidak mampu menjamin dan menjalin ketenangan batin bahkan seringkali nampak susah resah bahkan gelisah.

Kenapa demikian? karena ia tidak memiliki ukuran dan takaran yang jelas kapan dapat merasa puas (syukur) dan kapan dapat tidur pulas (tenang). Itu bisa terjadi karena dia terlalu fokus mengejar dunia tergoda dengan iming-iming dunia padahal semuanya yang ada di dunia ini hanya sesaat dan siapa yang tidak mampu mengelola hati dan batinnya maka dia akan menjadi orang yang tersesat.

Sebagaimana Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 7

إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى ٱلْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (Al Kahfi : 07)

Ma'asyiral Muslim yang Berbahagia

Hidup di dunia ini memang tidak bisa terlepas dari problematika yang akan datang silih berganti menguji kesungguhan dan ketangguhan pertahanan lahir maupun batin. Yang dimaksud pertahanan lahir adalah mendayagunakan pola pikir melalui ikhtiar atau usaha sebagai bentuk dari sikap lahir manusia. Sedangkan pertahanan batin adalah melalui dzikir dalam segala bentuk manifestasinya untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Karena hanya Allah yang Maha memutuskan dan Maha pemberi jalan keluar dari setiap masalah yang ada.

Manusia pada dasarnya telah diberikan kelebihan oleh Allah berupa akal pikiran dan hati. Masing-masing memiliki kemampuan sendiri dalam menghadapi tantangan rintangan dan serangan dari luar. Namun apabila salah satunya lemah dan lengah, maka yang terjadi adalah keguncangan dan ketidaktenangan dalam batin. Karena itu Allah memberikan jalan keluar dari keresahan dan kegelisahan batin melalui FirmanNya dalam Surat Ar Ra'd ayat 28.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Hadirin Jamaah Jumat yang Mulia

Perlu diingat, bahwa dari kemampuan pola pikir akan lahir dan mengalir banyak kreasi dan inovasi, sedangkan dari kemampuan dzikir akan mengalir banyak intuisi (petunjuk dari Allah).

Oleh karena itu, antara keduanya harus sejalan dan sejalin, serasa dan serasi, sebab dalam perkembangannya saat ini, kita bisa melihat dan merasakan bahwa kemajuan dan kelajuan Ilmu pengetahun dan teknologi seringkali membuat manusia menjadi lupa untuk berdzikir kepada Allah SWT, sehingga seakan-akan mereka menuhankan ilmu pengetahuan dan pada titik itulah ia akan menjadi tidak tahu untuk apa ilmu itu digunakan.

Lebih-lebih jika usahanya itu gagal, menyimpang dari rencana, sehingga mengalirkan dan melahirkan bencana. Mereka akan menjadi stress, tekanan batin yang sulit untuk mencari solusi, jika tidak diimbngi dengan dzikir akan terus menjadi keresahan batin. Karena ibarat orang melangkah ia tak tahu arah. Hanya berdzikir kepada Allahlah hati akan menjadi tenang dan tentram.

Demikian khutbah yang bisa saya sampaikan. Semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran, serta mampu menjadi pribadi yang benar-benar bertakwa dan dapat menyeimbangkan antara pikir dengan dzikir, selalu melibatkan Allah dalam segala hal dan urusan, baik dari perbuatan, ucapan maupun berfikir. Semoga langkah kita selalu diridhoi Allah setiap saat dan waktu.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْاِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ إِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا إِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ

Sumber: NU Online

Khutbah Jumat Jumadil Awal tentang Cara Mendidik

Judul: Bagaimana Mendidik Anak Zaman Now?

Khutbah I

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلَّذِى خَلَقَ اْلإِنْسَانَ خَلِيْفَةً فِي اْلأَرْضِ وَالَّذِى جَعَلَ كُلَّ شَيْئٍ إِعْتِبَارًا لِّلْمُتَّقِيْنَ وَجَعَلَ فِى قُلُوْبِ الْمُسْلِمِيْنَ بَهْجَةًوَّسُرُوْرًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحـْدَهُ لاَشـَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَعَلَى كُلِّ شَيْئ ٍقَدِيْرٌ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًاعََبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاَفَْضلِ اْلاَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَاَصْحَاِبه اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُواْ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَـٰفاً خَافُواْ عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُواْ ٱللَّهَ وَلْيَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً

Jamaah Jumah yang Berbahagia

Siang ini kita masih dipertemukan Allah SWT dalam keadaan sehat, meskipun tentu saja ada saja kekurangan yang melingkupi. Namun hal tersebut tidak menghalangi untuk tetap istiqomah menjalankan salah satu perintah yakni shalat Jumat berjamaah.

Dengan tetap menjalankan perintah ini, adalah sebagai bagian dari menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya atau takwallah. Dan itu juga yang selalu diingatkan para khatib ketika mengawali khutbah Jumat. Dengan demikian, betapa pentingnya takwallah, sehingga harus diingatkan setiap pekan. Dengan demikian marilah di hari istimewa ini kita terus berupaya meningkatkan takwa tersebut.

Hadirin yang Dirahmati Allah SWT

Pada ayat di atas Allah menegaskan agar kita tidak meninggalkan generasi yang lemah, baik secara fisik disebabkan kurang gizi dan kurang perawatan kesehatan, lemah mental berupa kurang pendidikan agama, lemah keterampilan sehingga kurang dapat memberdayakan dirinya dan tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonominya, maupun kelemahan lain.

Sebagaimana dimaklumi pendidikan anak agar potensi baiknya tumbuh dan berkembang merupakan sesuatu yang penting. Syekh Nawawi Banten dalam Tanqih Al-Qaul menjelaskan tentang keutamaan pendidikan anak dalam bab ke-31. Dalam kitab ini disebutkan beberapa keutamaan mendidik anak.

Pertama, pendidikan akhlak bagi anak sehingga anak tersebut memiliki akhlak yang mulia merupakan pemberian orang tua yang paling utama. Mendidik anak dengan memperhatikan, menegur, mengancam, dan memukulnya bila diperlukan agar anak berakhlak baik merupakan sesuatu yang utama dan dipandang sebagai pemberian orang tua yang paling utama dibandingkan dengan pemberian lain. Karena akhlak mulia dapat mengantarkan seorang hamba menjadi raja.

Barangkali kita bertanya-tanya, sedemikian pentingnyakah akhlak dalam kehidupan seseorang? Seorang penyair menyatakan bahwa keberadaan suatu bangsa adalah bila akhlaknya tegak. Bila akhlaknya rusak, maka bangsa tersebut akan binasa. Jepang maju dalam bidang teknologi dan ekonomi adalah karena akhlak mereka yang mengagumkan. Mereka sabar dan disiplin dalam menggali dan mengembangkan ilmu. Di mana-mana orang Jepang berusaha menambah ilmu dan informasi dengan membaca.

Sekarang mari kita pikirkan dapatkah suatu bangsa meraih kejayaannya jika orang-orang di dalamnya memiliki akhlak yang rusak? Dapatkan suatu bangsa akan maju bila anak-anak yang ada di dalamnya tidak menghormati orang tua dan gurunya? Sebaliknya bagaimana bila orang tua dan guru pun tidak menyayangi dan memperhatikan anak kandung dan anak didiknya? Dapatkah suatu bangsa akan maju, bila anggota masyarakatnya tidak memiliki akhlak berupa syukur kepada Allah dengan ibadah dan ketaatan? Apa yang akan terjadi bila orang-orang mempunyai sifat malas dan tidak mau ber-mujahadah (berjuang keras) untuk memperbaiki diri, keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar dan negaranya?

Betapa baiknya orang tua yang dapat memfasilitasi anaknya dengan handphone, uang yang cukup, kendaraan, rumah dan sebagainya. Namun, seandainya orang tua tidak mendidik akhlaknya, maka pemberian tersebut menjadi tidak ada nilainya. Seorang anak yang rusak akhlaknya itu menghabiskan biaya yang sangat mahal. Seorang anak yang berakhlak buruk dapat mengambil harta orang tuanya tanpa izin, menjual kendaraan, alat elektronik, dan apa saja yang ada di rumah dan bahkan dapat memaksa orang tua untuk memenuhi keinginannya.

Betapa hancur hati orang tua yang diancam dengan dikalungi celurit oleh anak kandungnya sendiri. Anak yang bermasalah akan menjadi beban bagi orang tuanya. Seorang anak yang berakhlak buruk dapat membuat orang tuanya yang kaya jatuh menjadi miskin, sakit-sakitan dan menderita secara fisik dan mental. Anak yang bermasalah bahkan dapat mengganggu kenyamanan lingkungan sekitarnya, membuat keonaran dan menjadi biang masalah yang ada. Na'udzu billahi min dzalik.

Beruntunglah orang tua yang diberi rizki berupa anak, lalu dididik akhlak dan ilmu pengetahuan, sehingga anak tersebut akan memberikan syafaat kepada orang tuanya. Sebaliknya, sungguh rugi orang tua yang menelantarkan anaknya bodoh dan berakhlak buruk, karena segala dosa yang dilakukan anak tersebut akan ditimpakan juga kepada orang tuanya yang masa bodoh pada pendidikan anaknya. Sekolah-sekolah berasrama kini berlomba menawarkan character building (pembangunan karakter atau akhlak mulia dan unggul) kepada masyarakat, di samping mutu pendidikan, mengingat betapa pentingnya masalah akhlak.

Jamaah Rahimakumullah

Kedua, mendidik anak pahalanya lebih besar daripada pahala sedekah satu sha' (sekitar satu liter) setiap hari. Syekh Nawawi mengutip perkataan Imam Al-Manawi yang menyebutkan, bila anak dididik, maka akhlaknya yang mulia dan ibadahnya yang benar akan menjadi sedekah jariyah bagi orang tuanya. Sedangkan sedekah satu sha' pahalanya terputus bila tidak lagi dilakukan.

Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya akan terus mengalir kepada pelakunya, bahkan sekalipun pelakunya sudah meninggal dunia. Orang tua yang bekerja keras mendidik anaknya, sehingga anaknya menjadi anak yang shalih, maka anak tersebut kedudukannya seperti sedekah jariyah bagi orang tuanya. Doa anak shalih terus mengalir kebaikannya untuk orang tuanya, sekalipun orang tuanya tersebut sudah terbujur di dalam kubur. Mendidik anak bukan hanya menambahkan pengetahuan kepada anak, namun juga mengarahkannya agar memiliki akhlak yang baik.

Adab, menurut Al-'Alqimi, sebagaimana dikutip oleh penyusun kitab Tanqihul Qaul ialah berkata dan berbuat yang terpuji. Pendapat lain mengatakan akhlak ialah menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Menghormati orang yang lebih banyak ilmunya dan mengasihi orang yang kurang ilmunya.

Ketiga, menyayangi anak dapat mengantarkan seseorang untuk masuk ke dalam dar al-farh (tempat kebahagiaan) yang berada di dalam surga. Tidak semua penghuni surga dapat masuk ke dalam dar al-farh. Tempat tersebut khusus untuk orang tua yang membahagiakan anaknya, baik anak lelaki maupun perempuan. Berbagilah kebahagiaan dengan anak-anak. Bermain, tersenyum dan tertawalah bersama anak-anak. Saat pergi jauh, baik karena pekerjaan maupun silaturahim, maka bawalah oleh-oleh yang dapat membahagiakan hati anak-anak kita. Bawalah buah-buahan, makanan, pakaian, atau mainan yang disukai yang dapat membuatnya bersuka cita. Syukuri karunia anak.

Syekh Nawawi menulis bahwa memandang anak-anak dengan syukur seperti memandang wajah Nabi. Apakah karena sayang, maka kita tidak boleh memarahi dan memukul anak? Ada kasus seorang ibu kebingungan dan marah besar, karena anaknya yang masih kelas 3 SD belum pulang ke rumah padahal sudah pukul 10 malam. Anaknya tidak memberi tahu kemana akan pergi. Begitu pulang ibu tersebut menangis dan memukuli anaknya dengan sapu lidi. Setelah ditanya, anaknya menjawab dari tempat internet bersama teman-temannya. Hukuman tidak berhenti pada pukulan saja. Anaknya juga dikurung, dimasukkan ke dalam kamar dan dikunci dari luar. Apakah ibu tersebut telah menggunakan cara yang benar dan tepat dalam mendidik anaknya?

Dalam mendidik anak perlu keseimbangan antara sikap lemah lembut dan tegas agar anak dapat diarahkan menjadi anak yang berakhlak dan berbakti. Memukul anak memang termasuk bagian dari mendidik anak. Syekh Nawawi juga menuliskan bahwa usia 6 tahun anak dididik tata krama, usia 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya, dan usia 13 tahun dipukul bila tidak mengerjakan shalat fardu.

Akan tetapi, kalaupun memukul terpaksa dilakukan kepada anak hendaknya dengan cara yang benar. Misalkan jangan memukul anak di depan umum, karena akan menjatuhkan harga dirinya. Jangan memukul anak pada wajah, karena merupakan anggota tubuh yang paling mulia bagi manusia. Wajahlah yang paling mudah dikenali dari seseorang. Cedera pada wajah merupakan aib besar. Juga jangan memukul yang menyakiti atau melukai. Pukullah dalam rangka mendidik dan dilakukan tanpa disertai kemarahan, namun betul-betul karena sayang. Bila memungkinkan, lebih baik hindarilah menghukum dengan pukulan.

DR Nashir Umar bercerita di dalam bukunya Silsilatu Al-Buyut Al-Muthmainnah (diterjemahkan oleh penerbit: Mendung di Langit Rumah): Beberapa hari yang lalu, saya berbincang-bincang dengan seorang pemuda yang salih. Saya bertanya kepadanya tentang bagaimana cara orang tuanya mendidiknya. Pemuda itu begitu bangga terhadap ayahnya. Ayahnya belum pernah memukulinya, kecuali pukulan yang sangat tidak layak disebut pukulan.

Gunakan kasih sayang dalam mendidik anak. Perhatikan ucapan Nabi Nuh kepada anaknya yang durhaka:

يَٰبُنَىَّ ٱرْكَبَ مَّعَنَا وَلاَ تَكُن مَّعَ ٱلْكَـٰفِرِينَ

Artinya: Hai Anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir. (QS. Hud: 42).

Perhatikan sekali lagi! Nuh berkata kepada anaknya yang kafir: Wahai anakku. Ia menggunakan kata-kata yang lembut penuh kasih sayang. Nuh tidak menggunakan kata-kata kasar seperti: Hai anak nakal! Anak durhaka! atau anak kafir.

Hal yang tidak kalah penting dalam mendidik anak ialah keteladanan. Berhasilkah orang tua yang melarang anaknya keluyuran malam, padahal dirinya melakukan hal tersebut? Berhasilkah orang tua menyuruh anaknya shalat berjamaah, padahal dirinya selalu shalat di rumah? Berhasilkah orang tua yang menyuruh anaknya rajin belajar, padahal dirinya tidak pernah membaca buku di hadapan anak-anaknya? Berhasilkah orang tua yang menginginkan anak-anaknya menghormatinya sementara ia sendiri tidak menghormati ayah dan ibunya?

Ibda binafsika (mulai dari dirimu sendiri). Pepatah Arab mengatakan:

لِسَانُ الْحَالِ أَفْصَحُ مِنْ لِسَانِ الْمَقَالِ

Artinya: Contoh perbuatan lebih efektif (lebih berpengaruh) daripada perkataan.

Kalau ingin anak belajar salat subuh berjamaah, maka bangun dan ajaklah ia ke masjid atau mushola. Buktikan bahwa kita sebagai orang tua bukan hanya mampu menyuruh, namun juga memberikan teladan. Kalau ingin anak rajin membaca al-Qur'an, maka berikanlah contoh kepadanya bahwa kita rajin membaca al-Qur'an dan ajaklah ia agar juga rajin membacanya.

Untuk mengajarkan pentingnya silaturahim, maka ajaklah anak-anak bersilaturahmi kepada orang tua, saudara, guru, murid, teman, maupun lainnya. Syekh Nawawi Banten dalam menjelaskan bab mendidik anak ini masih kurang lengkap. Beliau belum mengungkapkan kiat-kiat mendidik anak secara rinci. Akan tetapi, apa yang dipaparkannya tentu saja sangat berharga, karena memberikan prinsip dan motivasi yang bersifat umum agar kita mendidik anak dengan benar.

Perkembangan jaman sebenarnya menuntut para kiai maupun ustadz untuk memberikan karya baru di bidang pendidikan anak, atau memberikan syarah baru yang lebih memadai terhadap bab ini berdasarkan permasalahan yang berkembang pada saat sekarang.

Kitab yang berjudul Kaifa Nurabbi Abna`aka Hadza Al-Zaman (Bagaimana Kita Mendidik Anak-anak Pada Masa Sekarang) yang diterjemahkan bebas oleh Penerbit Pustaka Rahmat Bandung menjadi Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh termasuk buku yang menarik. Karena buku tersebut merupakan pengalaman penulisnya sendiri dalam mendidik anak selama 20 tahun dan di dalamnya juga dilengkapi dengan pengalaman pendidik dan orang lain.

Di buku tersebut misalkan dijelaskan hubungan antara perilaku orang tua dan jiwa anak sebagai berikut:

A. Orang tua yang over protektif, selalu ikut campur menyebabkan pribadi anak menjadi lemah, karena semuanya dikendalikan oleh orang tua. Anak tidak diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri.

B. Orang tua yang memanjakan dan selalu menuruti keinginan anak, maka dapat membuat anak menjadi lepas kontrol. Anak biasa dimanja sehingga tanpa batas dan semau sendiri.

C. Kekerasan fisik dan psikis yang dilakukan orang tua membuat anak menjadi pribadi yang penakut dan ragu. Di antara bentuk kekerasan fisik adalah pukulan, tendangan, dan siksaan fisik lainnya. Adapun kekerasan psikis (kejiwaan) seperti orang tua yang berteriak-teriak marah kepada anaknya. Disebutkan, terdapat bukti-bukti kuat ada hubungan kepribadian antara anak yang suka membuat onar dengan ibunya yang sering berteriak ketika marah.

D. Orang tua yang mempunyai banyak anak dan bersifat pilih kasih kepada anak-anaknya, maka menumbuhkan rasa cemburu, benci dan dendam bagi sebagian anak. Hadirin yang berbahagia Mengingat betapa pentingnya pendidikan anak, maka kita hendaknya serius dalam mendidik anak-anak. Janganlah menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada lembaga pendidikan semata.

Peran orang tua tetap dibutuhkan untuk melahirkan anak-anak shalih yang otaknya cerdas, hatinya lurus, dan mempunyai keterampilan yang memadai. Para kiai dan ustadz di pesantren juga diharapkan dapat memikirkan untuk melahirkan karya baru berupa kitab kuning tentang pendidikan anak (tarbiyat al-aulad), yang dapat dijadikan rujukan oleh para santri di berbagai pesantren.

Departemen Agama diharapkan menambah satu lomba keagamaan, yaitu lomba menulis kitab kuning dengan tema yang dibutuhkan. Karya yang memenangkan lomba tersebut dievaluasi, diperbaiki seperlunya, dicetak, dan disebarluaskan ke seluruh pesantren yang ada di nusantara.

Demikian uraian khutbah ini, semoga bermanfaat. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الصَّادِقِ الْوَعْدِ الْأَمِيْنِ، وَعَلٰى إِخْوَانِهِ النَّبِيِّيْنَ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَارْضَ اللهم عَنْ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَآلِ الْبَيْتِ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الْأَئِمَّةِ الْمُهْتَدِيْنَ، أَبِيْ حَنِيْفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَعَنِ الْأَوْلِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ فَاتَّقُوْهُ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلٰى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَاتَّقُوْهُ يَجْعَلْ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ مَخْرَجًا، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Sumber: NU Online

Itulah lima naskah khutbah Jumat yang bisa menjadi referensi bagi khatib. Semoga bermanfaat!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads