Dalam sebuah penelitian baru mengungkap jika suhu ekstrem dapat mengakibatkan peristiwa kepunahan massal pertama sejak sejarah dinosaurus dinyatakan punah. Para ilmuwan mengungkap beberapa alasan yang dapat menyebabkan terjadinya kepunahan manusia di Bumi.
Dilansir dari detikINET, Rabu (13/11/2024), prediksi tersebut dilakukan oleh seorang peneliti dari University of Bristol, Dr. Alexander Farnsworth. Ia memimpin penelitian yang mengilustrasikan gambaran suram tentang masa depan Bumi.
Para ilmuwan pun meyakini jika benua-benua di Bumi perlahan bergeser dan pada akhirnya akan menyatu membentuk satu daratan besar yang disebut dengan Pangea Ultima. Superbenua ini akan mengubah iklim planet secara drastis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitian yang diterbitkan di Nature Geoscience disebut jika penelitian tersebut menggunakan superkomputer. Hal ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana komposisi baru tersebut bisa menimbulkan lingkungan yang terlalu panas dan kering bagi sebagian besar populasi kehidupan.
Berdasarkan pernyataan di atas, tentu masih banyak orang yang bertanya perihal ancaman apa saja yang akan menimpa Bumi. Diketahui, ada tiga ancaman yang akan berdampak buruk bagi kehidupan Bumi.
"Benua super yang baru muncul ini pada dasarnya akan menciptakan tiga dampak buruk, yang terdiri dari efek kontinentalitas, Matahari yang lebih panas, dan lebih banyak CO2 di atmosfer, yang akan meningkatkan panas di sebagian besar planet ini," jelas Dr. Farnsworth seperti dikutip dari Earth.com.
Pembentukan superbenua akan berarti lebih banyak wilayah daratan yang jauh dari efek pendinginan lautan. Fenomena ini dikenal sebagai efek kontinentalitas.
Selama jutaan tahun, matahari akan menjadi lebih terang, memancarkan lebih banyak energi dan menghangatkan Bumi. Meningkatnya aktivitas gunung berapi akibat pergerakan tektonik akan melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer, sehingga akan menyebabkan lebih banyak panas.
"Suhu yang meluas antara 40 hingga 50 derajat celcius, dan bahkan kondisi ekstrem harian yang lebih parah, ditambah dengan tingkat kelembapan yang tinggi pada akhirnya akan menentukan nasib kita," imbuh Dr. Farnsworth.
"Manusia, bersama dengan banyak spesies lainnya, akan mati karena ketidakmampuan mereka untuk mengeluarkan panas ini melalui keringat, yang mendinginkan tubuh mereka," ujarnya.
Sementara itu, kehidupan mamalia di Bumi juga ikut terganggu. Meskipun mamalia dianggap selalu mampu beradaptasi, mampu bertahan hidup dari berbagai iklim ekstrem sepanjang sejarah, kenyataanya mamalia tidak bisa bertahan di superbenua.
Namun, toleransi suhu atas tidak banyak berubah. Paparan panas yang berlebihan dalam jangka waktu lama jauh lebih sulit bagi mamalia.
Penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 8% hingga 16% daratan di superbenua baru itu yang dapat dihuni oleh mamalia. Dengan sebagian besar planet menghadapi panas dan kekeringan ekstrem, menemukan makanan dan air akan menjadi hampir mustahil.
Baca juga: Tanda 'Kiamat' dari Sungai Eufrat |
Meskipun prediksi ini masih jutaan tahun lagi, para peneliti menekankan bahwa kita tidak boleh melupakan krisis iklim saat ini. Tentunya merupakan akibat dari emisi gas rumah kaca.
"Sangat penting untuk tidak melupakan krisis iklim kita saat ini, yang merupakan akibat dari emisi gas rumah kaca manusia," tekan rekan penulis Dr. Eunice Lo, peneliti perubahan iklim dan kesehatan di University of Bristol.
"Meskipun kita memperkirakan planet ini tidak dapat dihuni dalam 250 juta tahun, saat ini kita sudah mengalami panas ekstrem yang merugikan kesehatan manusia. Itulah sebabnya sangat penting untuk mencapai emisi nol bersih sesegera mungkin," sebutnya.
Singkatnya, penelitian dari University of Bristol ini menunjukkan bahwa masa depan Bumi bisa menjadi sangat panas. Hal ini menyebabkan sebagian besar mamalia, termasuk manusia, tidak akan mampu menghindari kepunahan.
Terbentuknya superbenua baru yang disebut Pangea Ultima, Matahari yang lebih terang, dan tingkat CO2 yang lebih tinggi dapat meningkatkan panas ke tingkat yang tak tertahankan. Hal Ini merupakan hasil pemikiran liar, namun mengingatkan kita bahwa planet kita selalu berubah, dan tidak selalu dengan cara yang sesuai dengan kita.
Ketika melihat kembali peristiwa kepunahan massal sepanjang sejarah Bumi, dapat dilihat cerita yang sama terjadi, seperti gunung berapi besar meletus atau asteroid menghantam Bumi. Contohnya, sesuatu yang besar terjadi, misalnya letusan dahsyat gunung berapi atau asteroid menghantam Bumi, dan tiba-tiba semuanya berubah, memusnahkan sejumlah besar spesies.
Lingkungan berubah begitu dramatis dan cepat sehingga sebagian besar kehidupan tidak mampu mengimbanginya kepunahan massal di masa lampau ini mengajarkan pelajaran serius bahwa kehidupan di Bumi jauh lebih rapuh dari yang selama ini diduga.
Ketika menilik krisis lingkungan saat ini, peristiwa masa lalu mengingatkan kita untuk lebih menjaga lingkungan. Selain itu, keanekaragaman hayati Bumi ini yang sudah sangat jauh berkurang dibandingkan dulu.
(asm/hsr)