Arkeolog Temukan Valeriana, Kota Maya yang Hilang di Hutan Meksiko

Arkeolog Temukan Valeriana, Kota Maya yang Hilang di Hutan Meksiko

Tim detikINET - detikSulsel
Senin, 11 Nov 2024 12:52 WIB
Arkeolog tak sengaja temukan kota Maya kuno yang hilang
Arkeolog 'tak sengaja' temukan kota Maya kuno yang hilang. Foto: BBC World
Jakarta -

Para peneliti menemukan keberadaan kota Maya yang sebelumnya tidak tercatat saat meneliti hutan di Meksiko. Kota itu tersembunyi di bawah hutan Meksiko dan diberi nama Valeriana oleh para peneliti.

Dilansir dari detikINET, Senin (11/11/2024), lokasi Valeriana tepatnya berada di negara bagian Campeche di Tenggara yang dulunya memiliki alun-alun dan piramida. Nama Valeriana diambil dari nama laguna di dekatnya.

Menurut sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Antiquity, pada 2013, area itu dipetakan dengan sebuah teknologi jarak jauh sebagai bagian dari survei 'non-arkeologi'. Teknologi itu disebut Lidar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti pun memeriksa data yang ditemukan dan menemukan kota kuno tersebut tersembunyi di tempat yang terlihat jelas di area yang padat dengan pemakaman Maya. Mereka menemukan bukti lebih dari 6.500 bangunan.

"Pemerintah tidak pernah tahu tentang hal itu, komunitas ilmiah tidak pernah tahu tentang hal itu," ujar penulis utama studi Luke Auld-Thomas, seorang arkeolog di Northern Arizona University, dikutip dari Smithsonian Magazine.

ADVERTISEMENT

Kota itu ditemukan di sebelah satu-satunya jalan di daerah itu. Tepatnya di dekat kota tempat bertani secara aktif di antara reruntuhan selama bertahun-tahun.

Dalam penelitian tersebut disebut jika tata letak arsitektur Valeriana menampilkan bahwa beberapa bagian kota di bangun sebelum tahun 150 M. Kota itu kemudian berkembang pesat selama periode klasik zaman keemasan Kekaisaran Maya yang terjadi antara tahun 250 hingga 900 M.

"Kota itu terdiri dari dua kawasan monumental, dan yang lebih besar memiliki semua ciri khas ibu kota politik Maya Klasik," tulisnya.

Diketahui, kota itu berisi beberapa plaza tertutup yang terhubung. Contohnya, lapangan bola, tempat bermain bola karet, piramida kuil, dan reservoir air tawar.

Sebelum ada teknologi Lidar, para arkeolog menyurvei bentang alam Valeriana yang luas dengan berjalan kaki dan menebas vegetasi menggunakan parang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah mereka berdiri di atas tumpukan batu yang mungkin merupakan rumah seseorang 1.500 tahun yang lalu.

Meskipun Lidar cukup membantu dalam proses survei, teknologi ini disebut mahal. Jadi, alih-alih berupaya mendapatkan dana untuk melakukan survei baru, Auld-Thomas menyelidiki petunjuk jika mungkin saja pihak lain telah memetakan area tersebut.

Hal itu terbukti benar ketika Thomas menemukannya pada data penelitian dari pencarian Google. Dalam penelitian tersebut dituliskan bahwa sebuah proyek pemantauan hutan telah membuat survei Lidar terperinci di area tersebut sepuluh tahun sebelumnya.

Berdasarkan survei tersebut, Thomas bersama peneliti lain dari Tulane University National Institute of Anthropology and History Meksiko dan University of Houston's National Center for Airborne Laser Mapping, akan menjelajahi area yang belum pernah diselidiki oleh para arkeolog. Para peneliti berencana mengunjungi Valeriana dan permukiman di sekitarnya secara langsung untuk mempelajari lebih lanjut tentang populasi pedesaan kuno di dataran rendah Maya.

Thomas menyebut jika kota Maya memiliki beragam bentuk. Dengan mempelajari mengenai situs ini, pandangan menjadi luas tentang seperti apa kehidupan pada masa itu.

"Di mana pun pekerjaan semacam ini dilakukan, makin banyak pemukiman yang ditemukan," ujar Thomas Garrison, arkeolog di University of Texas di Austin yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

"Semua ini menyediakan lebih banyak bagian untuk teka-teki besar ini, dan setiap bagian teka-teki itu penting," sebutnya.




(ata/hsr)

Hide Ads