35 Contoh Puisi tentang Hari Pahlawan Nasional, Singkat hingga Menyentuh Hati

35 Contoh Puisi tentang Hari Pahlawan Nasional, Singkat hingga Menyentuh Hati

Rahmad Dion Hidayat - detikSulsel
Sabtu, 02 Nov 2024 07:29 WIB
ilustrasi menulis
Ilustrasi puisi Hari Pahlawan (Foto: Pixabay)
Makassar -

Hari Pahlawan diperingati setiap tanggal 10 November. Peringatan ini merupakan momentum untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan.

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menyemarakkan peringatan Hari Pahlawan Nasional 2024. Salah satunya dengan membaca atau mempersembahkan puisi. Harapannya, dengan membaca puisi dapat semakin menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan mengingat jasa para pahlawan.

Nah, berikut ini 35 contoh puisi Hari Pahlawan yang singkat, penuh pesan, hingga menyentuh hati. Kumpulan puisi ini bisa dijadikakan referensi dan inspirasi bagi detikers.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk simak selengkapnya!

Puisi Hari Pahlawan #1

Keteguhan Sang Garuda
Karya: Edi Waluyo DP, S.Pd.

ADVERTISEMENT

Kau terlahir dari sebuah gagasan
Prinsip yang telah menjadikanmu sebagai tambang
Bersumber dari perjuangan seluruh rakyat
Berembuskan napas kemerdekaan
Di tubuhmu terukir simbol yang penuh makna
Terdiri atas banyaknya harapan
Tersisip akan impian
Hingga menjadikanmu gagah dan mulia
Sorot pandangmu yang tajam
Tubuh yang tegap dan tegar
Mencerminkan rakyat negerimu
Serta kuatnya semangat yang menopangnya

Puisi Hari Pahlawan #2

Elegi 10 November
Karya: Siti Isnatun M.

Hari ini kami memandang
wajah-wajah pada bingkai yang terpajang Menunduk membisikkan doa dalam semat kenangan akan jasa

Separuh asa kami melayang
dalam bayang-bayang
akan masa yang telah silam
Darah yang telah mengalir
Keringat yang telah bergulir
bagai sebutir safir
dalam ruang yang temaram

Bukan lagi tangis yang seharusnya kami berikan Bukan!
Meski air mata membayangi kenangan akan pengorbanan yang telah dipersembahkan

10 November ini
Bersama duka ini
Kami sematkan setangkup doa Bersama tekad dan asa
Bahwa kami adalah tonggak penerus untuk jiwa kepahlawananmu yang tulus

Puisi Hari Pahlawan #3

Aku Ingin Menjadi
Karya: Siti Isnatun M.

Aku ingin menjadi,
Kerlip bintang di langit negeriku

Aku ingin menjadi,
Kepak sayap di tubuh bangsaku

Aku ingin menjadi,
Pohon padi untuk pangan rakyat negeriku

Aku ingin menjadi,
Tanaman tebu untuk pemanis dahaga bangsaku

Ini ungkapan hatiku akan makna kepahlawanan sebagai anak bangsa, generasi muda yang bangga menjadi Indonesia

Puisi Hari Pahlawan #4

Pahlawankah?
Karya: Siti Isnatun M.

Pahlawankah?
Bila kekuasaan adalah tujuan kedudukan adalah pamrih
dan kekayaan adalah cita-cita

Pahlawankah? Bila kepentingan sendiri adalah hal Utama kepentingan rakyat adalah selingan dan kepentingan keluarga sibuk diperhatikan

Pahlawankah?
Bila keikhlasan bukanlah landasan
tergantikan oleh ketamakan serta kesombongan dan ambisi yang menuntut pemenuhan

Bertanyalah pada nurani....
Pahlawankah?

Puisi Hari Pahlawan #5

Sepotong Sunyi di Taman Makam Pahlawan
Karya: Siti Isnatun M.

Di sebuah makam
jauh dari kehidupan
yang tersimpan hanyalah kenangan
akan keabadian yang temaram

Sepotong sunyi menepi
di antara nisan-nisan berjejer rapi
seolah jadi teman yang peduli
menyanyikan sepi tanpa henti

Berkalang tanah engkau para kebanggaan
tenggelam bersama keteladanan
betapa tamanmu kini sunyi dan sepi
seakan duniamu telah ikut mati

Taman makammu makin tak terjamah
Perjuanganmu makin terlupa sejarah
Sungguh ironis dan mengunggah
Semua terjadi saat jasamu terasa indah

Nisanmu yang dulu megah
kini tampak mulai layu dan jengah
bagai bunga kamboja berguguran ke tanah
tak terusik oleh deretan kisah

Sepotong sunyi terus menggelayuti
taman makammu...wahai pahlawan negeri
Hati berbisik dengan sepi
akankah kami bisa berbagi
meski hanya kisah yang tak selesai
dari perjalananmu yang telah usai

Puisi Hari Pahlawan #6

Sang Pejuang
Karya: Shavna Agitsni

Dengan tegap kau beranikan diri
Melangkah tuk mempertaruhkan diri
Bahkan kau siap mati
Demi kemerdekaan ibu pertiwi
Geram
Sepertinya itu yang kau rasakan
Negeri ini telah lama tertikam
Dan kini kau akan menikam
Tak tahan untuk bungkam
Telah banyak darah yang mengalir
Seolah bagaikan sihir
Telah banyak goresan luka yang telah mereka ukir
Walau sudah tiada
Tapi namamu akan tetap ada
Walau kau sudah tidak ada di dunia
Jiwamu masih dalam sejarah bangsa

Puisi Hari Pahlawan #7

Gugur Pahlawan
Karya: Ilham Aziz

Bersimbah cipratan darah
Teriakan berkumandang dimana-mana
"Merdeka atau Mati!"
Begitulah teriakan dari bibir mereka
Kepulan asap beradu dengan tombak runcing
Para srikandi yang berdoa di sepertiga malam
Menunggu sang kekasih pulang membawa kemenangan
Sudah,
Sudah berjuta nama tertinggal di medan perang

Puisi Hari Pahlawan #8

Perjuangan, Indonesia Merdeka!
Karya: Siti Nur Halimah

Dia tidak menginginkan harta
Dia dikenal bukan ingin dipuja
Dia yang jasanya sangat berharga
Dialah para pahlawan bangsa
Abdi pada negeri
Mengorbankan jiwa dan raga
Tanpa lelah melawan dan mengusir para penjajah
Untuk apa?
Indonesia merdeka!
Terbebas dari belenggu dunia
Untuk apalagi?
Untuk kita!
Generasi selanjutnya
Melanjutkan cita-cita bangsa
Terimakasih untukmu para pahlawan
Jasamu selalu dikenang
Takkan luput dan hilang oleh waktu
Sejarahmu diingat selalu
Takkan dilupa karena kau sangat berharga
Kemerdekaan adalah hasilnya

Puisi Hari Pahlawan #9

Indonesiaku
Karya: Shavna Agitsni

Gejolak amarah tertanam dimana-mana
Seakan tak ingin hidup lagi di dunia
Darah berceceran dimana-mana
Jejak sang pejuang untuk Indonesia
Nenek moyang menjadi saksi bisu
Dari kelamnya masa lalu
Para penjajah tak segan untuk membombardir
Dengan senjata nuklir
Yang suaranya terdengar dari hulu sampai ke hilir
Merdeka! Merdeka!
Kata-kata itu bergema dimana-mana
Bambu runcing serta parang menjadi senjata
Kini saatnya Indonesia merdeka

Puisi Hari Pahlawan #10

Pahlawan
Karya: Fadil

Oh pahlawan
sesungguhnya tanpa pahlawan
hidup ini tidak berrati
karen aphalwan sudah berjasa

Pahlawan kau telah berperang
demi tanah air dan bangsa
aku bangga dengan pahlawan
karena kau mengorbankan jiwa dan raga

Kau telah mengusir penjajah
yang ingin mengambil rempah-rempah
untuk dirinya sendiri
terima kasih pahlawan

Puisi Hari Pahlawan #11

Gugur Pejuang
Karya: Ayla Andhura Hamba Al-Ghafur

Indonesia tanah airku
Yang sedang kupijak di atasnya
Semuanya tanpa mengetahui cara meraihnya
Yang tanpa mengetahui cara meraihnya

Wahai pahlawanku...
Pejuang NKRI tanah airku
Kau relakan tubuhmu tertusuk demi

Ku menangis tersedu-sedu
Tetesan air mengalir di seluruh wajahku
Tapi aku hanya dapat berpikir bagaimana
Tetesan darah mengalir di seluruh tubuhmu

Kini telah gugur engkau wahai pejuangku
Aku hanya dapat mengirim doa kepadamu
Semoga cahaya selalu menerangi dan rakyat NKRI

Puisi Hari Pahlawan #12

Dongeng Pahlawan
Karya: W.S Rendra

Pahlawan telah berperang dengan panji-panji
berkuda terbang dan menangkan putri.
Pahlawan kita adalah lembu jantan
melindungi padang dan kau perempuan.
Pahlawan melangkah dengan baju-baju sutra.

Malam tiba, angin tiba, ia pun tiba.
Adikku lanang, senyumlah bila bangun pagi-pagi
kerna pahlawan telah berkunjung di tiap hari.

Puisi Hari Pahlawan #13

R.A. Kartini
Karya: Sri Widayati S.Pd.SD

Raden Ajeng Kartini
Kau seorang putri sejati
Gigih berani mempertaruhkan diri
Demi memperjuangkan emansipasi

Cita-citamu sungguh mulia
Tak gentar tuk memerdekaakan wanita
Tak takut meski dihadang senjata
Demi kebahagiaan para kaumnya
Agar haknya sejajar kaum pria

Karenamu kaum hawa lebih bermakna
Dunia lebih ceria dalam genggamannya
Negeri ini pun kan bisa berjaya
Kau penerang dalam gelap gulita
Habis gelap terbitlah terang
Terbukti nyata dalam karyanya

Puisi Hari Pahlawan #14

Untukmu Bung Tomo
Karya: Fadli Zon

bergema di angkasa
bergetar di bumi pertiwi
bergelora di dalam dada
pekikan kemerdekaan membahana
waktu itu 10 November di Surabaya
kau bangkitkan semangat yang hampir pudar
kau bangunkan patriot ke medan bakti
tetes-tetes darah menyirami bumi
ratap tangis ibu-ibu kehilangan putranya
dia tas mayat-mayat bergelimpangan
dalam bahasa dentuman meriam
mereka berkata...semua berkata...
Allahu Akbar! Merdeka atau Mati!

sekarang kau telah tiada Bapak kami
di tanah suci kau hembuskan nafas terakhir dalam doa
tiada salvo
tiada bendera setengah tiang
tiada prosesi jenazah
semua diam, semua kelam

selamat jalan Bapak kami
dalam haribaan ibu pertiwi
kau telah terlepas dari tirani
dari bumimu, yang penuh noda dan dosa

Puisi Hari Pahlawan #15

Peto Syarif Gelar Tuanku Imam Bonjol
Karya: Sides Sudyarto D.S

Di alam Minangkabau dikau dilahirkan
Dibesarkan ayah dan bunda tercinta
Di usia dewasa 25 tahun diburu Belanda
Dari bukit ke bukit dari luhak ke luhak
Tiada menyerah pada perampok yang tamak

Imam Bonjol seumur hidupmu diburu peluru
Tiada hentinya lari dan menyerang
Anak istrimu habis dibunuh dengan keji
Dibantai disiksa penjajah yang bathil
Hidupmu selalu di ujung bedil

Tuanku Imam Bonjol sejak muda hingga tua
Kau pantang mundur terus bertempur
Dengan pedang di tangan, peluru di pinggangmu
Kau bergerak terus melancarkan perang gerilya

Tuanku, 15 tahun dikepung musuh angkara
Dan 25 tahun bergerilya tak jatuh runtuh
Kau pimpin terus rakyat berjuang
Membela Tanah Pusaka, mengabdi agama
Berjihad menuju Nusantara Merdeka

Puisi Hari Pahlawan #16

Dr. Cipto Mangunkusumo
Karya: Sides Sudyarto D.S

Dokter, kau adalah penyelamat anak-anak pribumi
perawat penyakit yang menimpa rakyat jelata
Kau curahkan cinta kasihmu demi kehidupan
Penduduk negeri yang terlanda kemiskinan

Cipto, dikau adalah Garuda Perkasa
Cakarmu kuat, menentang kekuasaan penjajah
Kau kibarkan keberanian melawan penindasan
Kau bangkitkan semangat menentang kezaliman

Jiwa berontak dengan galak
Kau tiada pernah menyerah pada penjajah
Meski kau dibuang selalu ke pengasingan
Namun jiwamu selalu perkasa mengejar kemerdekaan

Puisi Hari Pahlawan #17

Panglima Besar Jendral Sudirman
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Panglima Besar Sudirman
Ketika kau angkat senjata semua pemuda Indonesia siaga
Ikut bersamamu menyandang senapan
Mengawal Revolusi 17 Agustus 1945

Jendral yang perwira
Ketika kau mengembara bergerilya
Segenap putra-putri Indonesia terpanggil
Untuk mengantarmu maju ke medan laga
Mengobarkan api perjuangan, merebut kemerdekaan

Sudirman pahlawan agung
Dengan paru-paru sebelah kau atur komando
Perjuangan nasional semesta Nusantara
Dari atas tandu tergolek badanmu
Mengatur siasat ke segala penjuru
Demi kebebasan tanah air nan satu

Panglima Revolusi nan utama
Seluruh Rakyat Indonesia bernaung
Di bawah bayanganmu setia sepenuh hati dan jiwa
Meneruskan tekad juangmu
Mengawal Revolusi Pancasila
Hingga akhir dunia

Puisi Hari Pahlawan #18

Pangeran Diponegoro
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Pangeran Diponegoro, pahlawan sejati
Tak pernah mementingkan diri
berjuang selalu untuk kebebasan negeri ini
Pangeran Diponegoro, ksatria pembela Pertiwi

Kau tinggalkan istana dan kursi tahta
Kau ikhlaskan hidupmu untuk berjuang
Demi kehormatan bangsa dan negara
Menuju Indonesia merdeka

Pangeran Diponegoro, jasadmu telah kembali ke bumi
Namun api juangmu tak mati-mati
Kau habiskan tetesan darahmu untuk negeri ini
Kau hembuskan nafas penghabisan untuk Pertiwi

Puisi Hari Pahlawan #19

Sultan Hasanudin
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Ketika kau naik takhta, Sultan
Kerajaan Gowa dalam puncak kejayaan
Tiada pengacau, tiada kejahatan
Tetapi tatkala V.O.C datang
Negerimu pun menjadi keruh

Namun kau memang ksatria
Prajurit berdarah Bugis nan perkasa
Belanda pun kau hadapi sambil berseri
Terhadap musuh dikau tiada bersembunyi

Kau hantam terus tentara musuh dengan meriam
Hasanudin Sultan yang berani mati
Walaupun bentengmu jatuh tetapi tetap terhormat
Sultan, kau gugur sebagai pahlawan

Puisi Hari Pahlawan #20

Dewi Sartika
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Dewi bagai pelita di malam hari
Dikau bersinar cerah dalam kegelapan
Meski angin kencang bertiup menghembus
Namun kau tetap menyala membagi terang

Kau sinarkan cahaya pikirmu
Membimbing kaum wanita ke arah kemajuan
Kau didik anak-anak Indonesia dengan rela
Agar jadi insan berguna

Dewi Sartika, wanita utama
Telah kau rentang garis pengabdian
Juangmu memerangi kebodohan bangsa
Menuju titik kesejahteraan di esok lusa

Puisi Hari Pahlawan #21

Cut Nyak Dien
Karya: Sides Sudyarto D. S.

Di Cadas Pangeran Sumedang, tubuhmu mengunjur
Engkau istirahat abadi dalam kubur
Tetapi engkau tetap Puteri Aceh yang berjiwa luhur
Kau bela Indonesia hingga merdeka
Meski kau harus korban umur

Cut Nyak Dien, kau wanita utama
Berdarah api berjiwa baja
Kau tinggalkan keluarga dan sanak saudara
Demi negara yang berada dalam bahaya

Cut Nyak Dien kau harum bagai melati putih
Berjuang selalu tiada kenal letih
Kau korbankan nyawa tanpa sedih
Demi tegaknya Sang Merah Putih.

Puisi Hari Pahlawan #22

Maju Tak Gentar
Karya: Mustofa Bisri (Gus Mus)

Maju tak gentar
Membela yang mungkar.
Maju tak gentar
Hak orang diserang.

Maju tak gentar
Pasti kita menang!

Puisi Hari Pahlawan #23

Penyelamat Ibu Pertiwi
Karya: Agung Dwi Prasetyo

Seperti hujan yang turun membasahi bumi
Menjadikan tanah kering menjadi subur
Seperti itulah para pahlawan
Menjadikan negara ini merdeka dari pejajahan

Tak terukur perjuangan yang kau lakukan
Tak terhitung berapa banyak darah yang tertumpah
Demi tercapainya kemerdekaan
Demi mengusir para penjajah yang serakah

Usai sudah kini perjuanganmu
Tinggalah kami di sini yang menikmati
Hasil jerih payah engkau dahulu
Terimakasih para pahlawanku

Puisi Hari Pahlawan #24

Dipenogoro
Karya: Chairil Anwar

Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan bara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak genta. Lawan banyaknya seratus kali
Pedang di kanan, keris di kiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati

Ini barisan tak bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati

MAJU

Bagimu Negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
inasa di atas ditinda
Sungguhpun dalam ajal baru tercapai
Jika hidup harus merasai

Maju
Serbu
Serang
Terjang

Puisi Hari Pahlawan #25

Penjajah Harus Pergi dari Indonesia
Karya: Mochamad Hayyu Al Fatha

Penjajah itu sudah merusak persatuan
Persatuan bangsa Indonesia
Karena mereka telah membunuh pahlawanku
Mereka juga telah menyengsarakan rakyat Indonesia

Maka dari itu kita harus melawan para penjajah
Demi Indonesia merdeka kita harus bersatu
Agar bangsa Indonesia bisa tetap harmonis
Dan bersatu agar bangsa Indonesia
Menjadi bangsa yang Makmur

Puisi Hari Pahlawan #26

Sebuah Jaket Berlumur Darah
Karya: Taufik Ismail

Sebuah jaket berlumur darah
Kami semua telah menatapmu
Telah pergi duka yang agung
Dalam kepedihan bertahun-tahun

Sebuah sungai membatasi kita
Di bawah terik matahari Jakarta
Antara kebebasan dan penindasan
Berlapis senjata dan sangkur baja

Akan mundurkah kita sekarang
Seraya mengucapkan 'Selamat tinggal perjuangan'
Berikrar setia kepada tirani
Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?

Spanduk kumal itu, ya spanduk itu
Kami semua telah menatapmu
Dan di atas bangunan-bangunan
Menunduk bendera setengah tiang

Pesan itu telah sampai kemana-mana
Melalui kendaraan yang melintas
Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan
Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa
Prosesi jenazah ke pemakaman
Mereka berkata
Semuanya berkata
Lanjutkan Perjuangan!

Puisi Hari Pahlawan #27

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Puisi Hari Pahlawan #27

Gugur
Karya: W.S. Rendra

Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya

Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Ia sudah tua
luka-luka di badannya

Bagai harimau tua
susah payah maut menjeratnya
Matanya bagai saga
menatap musuh pergi dari kotanya
Sesudah pertempuran yang gemilang itu
lima pemuda mengangkatnya
di antaranya anaknya

Ia menolak
dan tetap merangkak
menuju kota kesayangannya
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya

Belum lagi selusin tindak
maut pun menghadangnya
Ketika anaknya memegang tangannya,

Ia berkata:
"Yang berasal dari tanah
kembali rebah pada tanah.
Dan aku pun berasal dari tanah
tanah Ambarawa yang kucinta
Kita bukanlah anak jadah
Kerna kita punya bumi kecintaan.

Bumi yang menyusui kita
dengan mata airnya.
Bumi kita adalah tempat pautan yang sah.
Bumi kita adalah kehormatan.

Bumi kita adalah juwa dari jiwa.
Ia adalah bumi nenek moyang.
Ia adalah bumi waris yang sekarang.
Ia adalah bumi waris yang akan datang."

Hari pun berangkat malam
Bumi berpeluh dan terbakar
Kerna api menyala di kota Ambarawa
Orang tua itu kembali berkata:

"Lihatlah, hari telah fajar!
Wahai bumi yang indah,
kita akan berpelukan buat selama-lamanya!
Nanti sekali waktu
seorang cucuku
akan menancapkan bajak
di bumi tempatku berkubur

Kemudian akan ditanamnya benih
dan tumbuh dengan subur
Maka ia pun berkata:
"Alangkah gemburnya tanah di sini!"

Hari pun lengkap malam
ketika menutup matanya

Puisi Hari Pahlawan #28

Lagu Seorang Geriliya
Karya: W.S. Rendra

Engkau melayang jauh, kekasihku
Engkau mandi cahaya matahari

Aku di sini memandangmu,
menyandang senapan, berbendera pusaka

Di antara pohon-pohon pisang di kampung kita yang berdebu,
Engkau berkudung selendang katun di kepalamu

Engkau menjadi suatu keindahan

Sementara dari jauh
Resimen tank penindas terdengar menderu
Malam bermandi cahaya matahari
Kehijauan menyelimuti medan perang yang membara

Di dalam hujan tembakan mortir, kekasihku
Engkau menjadi pelangi yang agung dan syahdu

Peluruku habis
Dan darah muncrat dari dadaku
Maka di saat seperti itu
Kamu menyanyikan lagu-lagu perjuangan
Bersama kakek-kakekku yang telah gugur
Di dalam berjuang membela rakyat jelata

Puisi Hari Pahlawan #29

Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang
Karya W.S. Rendra

Tuhanku,
WajahMu membayang di kota terbakar
dan firmanMu terguris di atas ribuan
kuburan yang dangkal

Anak menangis kehilangan bapa
Tanah sepi kehilangan lelakinya
Bukannya benih yang disebar di bumi subur ini
tapi bangkai dan wajah mati yang sia-sia

Apabila malam turun nanti
sempurnalah sudah warna dosa
dan mesiu kembali lagi bicara
Waktu itu, Tuhanku,
perkenankan aku membunuh
perkenankan aku menusukkan sangkurku

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.
Tak ada lagi pilihan
kecuali menyadari
-biarpun bersama penyesalan-

Apa yang bisa diucapkan
oleh bibirku yang terjajah ?
Sementara kulihat kedua lengaMu yang capai
mendekap bumi yang mengkhianatiMu
Tuhanku
Erat-erat kugenggam senapanku
Perkenankan aku membunuh
Perkenankan aku menusukkan sangkurku

Puisi Hari Pahlawan #30

Sang Kusuma Bangsa
Karya: Ari Wulandari

Di Hari Pahlawan mari kita menunduk
Mengenang mereka, jiwa yang agung
Berkorban tanpa takut dan ragu
Untuk meraih kemerdekaan satu

Dalam sejarah yang kelam
Mereka adalah bias cahaya
Berkorban demi bendera berkibar
Dengan semangat yang berkobar

Dari titik darah mereka
Marilah kita melangkah bersama
Membangun negeri yang tercinta
Agar Indonesia tetap tertaga

Puisi Hari Pahlawan #31

Gelora Pejuang Kemerdekaan
Karya: Putu Surya Nata

Di balik tirai zaman yang bergulir
Hembusan angin senantiasa semilir
Membawa bangsaku menyongsong takdir
Yang dahulu didekap getir

Dalam gulita malam yang gelap
Gemuruh senjata kian mendekap
Para pajuang melangkah tegap
Membela negeri dengan sigap

Bangsaku bebas dari penjajah
Harus dibayar dengan darah tertumpah
Kaki remuk jalan terpapah
Tekad pejuang penuhi sumpah

Terimakasih pahlawan kusuma bangsa
Jasa-jasamu setinggi angkasa
Terukir abadi sepanjang masa
Dalam hati dan juga rasa

Puisi Hari Pahlawan #32

Para Patriot
Karya : Umi N. Mikhsin

Mereka turun ke jalanan
Menyuarakan lara yang tak dihiraukan
Tangis anak yang kelaparan
Resah pemuda yang tak punya pekerjaan

Mereka menyuarakan seruan
Agar para elit mulai memikirkan
Desah rakyat yang tersingkirkan
Kabar duka tentang kemiskinan

Para patriot jalanan
Bukanlah para pengacau
Bukan pula para pemula yang pandai meracau

Jika saja mereka didengarkan
Jika saja tidak dengan kekerasan
Mungkin mereka akan membawa pencerahan
Bagi nurani bangsa yang mulai tergoyahkan

Puisi Hari Pahlawan #33

Derai-derai Cemara
Karya: Chairil Anwar

Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam

Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini

Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah

Puisi Hari Pahlawan #34

Di bawah Kibaran Merah Putih
Karya: M. Taufiq Affandi

Di bawah kibaran merah putih
Bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak
Menekuk, meliuk, menggelora
Aku tersimpuh

Di bawah naungan merah putih
Yang enggan turun, enggan layu
Setelah lama badai menghujamnya
Mencari pijakan, aku harus bangkit
Menepis debu yang menggelayutiku
Menebalkan lagi tapak kakiku

Ini waktuku berdiri!
Tak lagi aku lengah, takkan
Ini tanah bukan tanah tanpa darah
Ia terhampar bukan tanpa tangis
Terserak cecer tiap partikel mesiu di sana

Jika pada patahan waktu yang lalu
Aku bersembunyi, berkarung
Pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin
Aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok

Aku terhuyung
Memegang erat tiang merah putih
Aku memanjat asa, memupuk tekad
Indonesia, pegang genggam beraniku!

Puisi Hari Pahlawan #35

Perwira Bangsa Yang Tak Dikenal
Karya: Putu Surya Nata

Di balik bayang gelap
Mereka berjuang dalam senyap
Bergerak dan menyergap
Tuk mengusir penjajah laknat

Mereka pahlawan tak dikenal
Berperang menjadi pengawal
Tuk mengawal tanah nasional
Dari cengkeraman para kolonial

Nah, itulah 35 puisi Hari Pahlawan Nasional dari yang singkat hingga menyentuh hati. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads