Umat muslim saat ini tengah berada di bulan Rabiul Akhir, bulan keempat dalam penanggalan Hijriah. Pada bulan ini, terdapat sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi.
Oleh karena itu, momentum ini dapat dijadikan sebagai materi khutbah Jumat oleh khatib. Dalam khutbah tersebut, khatib dapat menyampaikan keistimewaan maupun makna dari bulan Rabiul Akhir.
Selain itu, khatib juga dapat menyampaikan pesan-pesan keagamaan lainnya yang dapat menjadi motivasi dan dorongan bagi para jemaah untuk meningkatkan ibadah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nah sebagai referensi, berikut ini kumpulan materi khutbah Jumat Rabiul Akhir yang dapat dijadikan rujukan bagi khatib. Disimak,yuk!
#1 Contoh Materi Khutbah Jumat tentang Rabiul Akhir
Rabiul Akhir, Inilah Amalan Sunnah dan Keistimewaannya
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَاٰمِنُوْا بِرَسُوْلِهٖ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَّحْمَتِهٖ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ نُوْرًا تَمْشُوْنَ بِهٖ وَيَغْفِرْ لَكُمْۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌۙ
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Puji dan syukur pada Allah SWT, yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW, yang kita nantikan syafaatnya kelak di hari akhir.
Selanjutnya, kita dianjurkan untuk bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Hadirin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Bulan Rabiul Akhir adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Selain memiliki beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam, bulan ini juga merupakan bulan yang baik untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Bulan Rabiul Akhir adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Selain memiliki beberapa peristiwa penting dalam sejarah Islam, bulan ini juga merupakan bulan yang baik dan dianjurkan melakukan amalan sunnah. Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Sejatinya, ada banyak cara untuk memanfaatkan bulan Rabiul Akhir untuk memperkuat hubungan kita dengan Allah SWT, yakni meningkatkan kualitas ibadah. Kita bisa melakukan hal ini dengan lebih khusyuk dalam beribadah, memahami makna ibadah yang kita lakukan, dan berusaha untuk mengerjakannya secara sempurna.
Selain itu, untuk meningkatkan kedekatan pada Allah bisa juga dengan membaca Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah untuk umat manusia. Membaca Al-Qur'an dapat membantu kita untuk lebih memahami ajaran Islam dan mendekatkan diri kepada Allah.
Selanjutnya, sebagai upaya mengisi keimanan dan kedekatan pada Allah adalah berdzikir. Dzikir adalah kegiatan mengingat Allah. Berdzikir dapat dilakukan dengan cara membaca tasbih, tahlil, dan berbagai macam zikir lainnya. Dzikir dapat membantu kita untuk lebih tenang dan damai, serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Firman Allah:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya: "Maka, ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku." (QS Al-Baqarah: 152)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Kedua, memperbanyak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, khususnya di bulan Rabiul Akhir ini. Syekh Abdul Hamid bin Muhammad Ali dalam kitab Kanzun an-Najah wa al-Surur halaman 130, menyatakan bahwa terdapat pelbagai keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, salah satunya mendapatkan rahmat dari Allah SWT. Shalawat merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ia menyebutkan bahwa: "Ketahuilah bahwa dianjurkan pada bulan ini untuk memperbanyak melakukan puasa sunnah dan membaca shalawat kepada pemimpin umat Nabi Muhammad SAW"
Ketika kita membaca shalawat, kita sedang berdoa kepada Allah untuk melimpahkan rahmat dan berkah-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Dan Allah telah berjanji bahwa barang siapa yang bershalawat kepada Nabi Muhammad, maka Ia akan melimpahkan rahmat-Nya kepadanya sebanyak sepuluh kali lipat.
Selanjutnya, orang yang senantiasa membaca shalawat, mendapat syafaat dari Nabi Muhammad. Syafaat adalah pertolongan dari Nabi Muhammad di hari kiamat. Nabi Muhammad telah bersabda bahwa orang yang paling berhak mendapat syafaatnya adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadanya.
Pun, membaca shalawat akan menghapus dosa. Nabi Muhammad telah bersabda seseorang yang shalat Ashar pada hari Jumat, kemudian sebelum berdiri dari tempatnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad sebanyak delapan puluh kali, maka akan diampuni dosa-dosanya sebanyak delapan puluh tahun dan dicatat sebagai ibadah delapan puluh tahun.
Selanjutnya, memperbanyak shalawat akan mendapatkan perlindungan dari Allah SWT. Shalawat juga dapat memberikan perlindungan kepada kita dari berbagai macam mara bahaya. Nabi Muhammad SAW telah bersabda bahwa barang siapa yang membaca shalawat kepadanya sebanyak tiga kali dalam sehari, maka Allah akan melindunginya dari berbagai macam mara bahaya.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Ketiga, puasa ayyamul bidh. Puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang dilakukan pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender Hijriah. Nama Ayyamul Bidh berasal dari bahasa Arab yang berarti "hari-hari putih". Hal ini dikarenakan pada malam hari-hari tersebut, bulan purnama bersinar sangat terang sehingga langit terlihat putih.
Puasa Ayyamul Bidh hukumnya sunnah muakkad, artinya sangat dianjurkan. Rasulullah sendiri sering melakukan puasa ini, bahkan beliau pernah bersabda:
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاس رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيْضِ في حَضَرٍ وَلاَ سَفَرٍ. (رواه النسائي بإسنادٍ حسن)
Artinya: "Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, ia berkata: 'Rasulullah SAW sering tidak makan (berpuasa) pada hari-hari yang malamnya cerah baik di rumah maupun dalam bepergian'." (HR an-Nasa'i dengan sanad hasan).
Dalam hadits tersebut, Ibnu Abbas ra. menceritakan bahwa Rasulullah SAW. selalu berpuasa pada ayyamul bidh, baik di rumah maupun dalam perjalanan. Hal ini menunjukkan bahwa puasa ayyamul bidh adalah amalan yang sangat dianjurkan, bahkan bagi Rasulullah SAW. sendiri.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah
Terakhir, selain amalan-amalan sunnah ini, umat Islam juga dapat melakukan amalan-amalan kebaikan lainnya di bulan Rabiul Akhir, seperti membaca Al-Qur'an, bersilaturahmi, dan menuntut ilmu. Semoga kita semua dapat memanfaatkan bulan Rabiul Akhir ini untuk memperbanyak amal ibadah dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Oleh: Zainuddin Lubis, Pegiat kajian tafsir, tinggal di Ciputat
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama
#2 Teks Khutbah tentang Peristiwa Rabiul Akhir
Belajar dari Peristiwa Penting pada Rabiul Akhir
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita umat Islam untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Dengan keimanan, kita akan menjadi umat yang kuat dalam memegang prinsip dan keyakinan akidah serta mampu menjadi umat Islam yang semakin kuat dalam menjalankan ibadah.
Dengan ketakwaan kita akan senantiasa berada pada jalur serta senantiasa taat pada aturan yang telah ditentukan dalam agama dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Iman dan takwa menjadi modal penting dalam meneguhkan keislaman sehingga kita tidak akan menghadap Allah SWT kecuali dalam keadaan Islam. Allah menegaskan perintahnya dalam Al-Qur'an surat Al Imran ayat 102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Artinya, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam".
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Saat ini kita sudah memasuki bulan Rabiul Akhir atau ada yang menyebutnya dengan Rabi'uts Tsani. Bulan ini adalah bulan ke-4 dalam kalender Hijriah yakni setelah bulan Rabiul Awwal dan sebelum bulan Jumadil Ula. Para ulama menyebut bahwa yang pertama kali memberi nama bulan ini dengan sebutan Rabiul Akhir adalah buyut kelima Rasulullah SAW bernama Kilab bin Murrah.
Pemberian nama ini terkait dengan peristiwa alam yakni musim rabi' atau musim semi yang terjadi di Jazirah Arab. Pada musim rabi', tanaman dan rerumputan tumbuh subur dan pepohonan berbuah. Musim rabi' ini sering berlangsung selama dua bulan sehingga muncullah dua nama bulan yakni Rabiul Awal dan Rabiul Akhir.
Jika Rabiul Awwal merupakan bulan yang identik dengan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW, Rabiul Akhir juga memiliki beberapa peristiwa penting yang bisa diambil hikmahnya. Di antaranya adalah penurunan Surat al-Hasyr (pengusiran) yang disebabkan upaya pembunuhan kepada Rasulullah yang dilakukan oleh kaum Yahudi bani Nadhir. Kaum ini adalah kaum yang pertama dikumpulkan dan diusir dari Madinah. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr ayat 2:
هُوَ الَّذِيْٓ اَخْرَجَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ مِنْ دِيَارِهِمْ لِاَوَّلِ الْحَشْرِۗ
Artinya: "Dialah yang mengeluarkan orang-orang yang kufur di antara Ahlulkitab (Yahudi Bani Nadhir) dari kampung halaman mereka pada saat pengusiran yang pertama.
Para ahli tafsir menyebut bahwa pengusiran terhadap kaum Yahudi itu terjadi karena dua hal yakni kepemimpinan Rasulullah yang tegas dan keridhaan Allah terhadap umat muslim.
Peristiwa lainnya yang terjadi pada Rabiul Akhir selanjutnya adalah sejarah diutusnya Khalid ibn al-Walid oleh Rasulullah SAW kepada Bani al-Harits ibn Ka'b pada tahun 10 Hijriah. Berkat perjuangan Khalid, Bani al-Harits ibn Ka'b masuk Islam.
Selain itu beberapa peperangan di zaman Nabi juga pernah terjadi pada bulan ini. Di antaranya adalah perang Dzat ar-Riqa pada tahun ke-4 Hijriah, perang al-Ghabah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW pada tahun ke-6 Hijriah, dan perang al-Ghamr yang dipimpin oleh 'Ukasyah ibn Mihshan.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Dari peristiwa yang terjadi di bulan Rabiul Akhir ini, mungkin kita bertanya-tanya, kenapa Nabi Muhammad sering melakukan peperangan?. Perlu diketahui, bahwa peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah adalah bukan memulai perang. Namun peperangan yang dilakukan oleh Nabi adalah dalam rangka membela diri.
Saat di Makkah, Allah SWT malah memerintahkan Nabi untuk tidak melawan. Namun setelah hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad dan pengikutnya diizinkan untuk berperang melawan orang-orang yang selama ini memerangi kaum Muslimin. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al Hajj ayat 39:
اُذِنَ لِلَّذِيْنَ يُقَاتَلُوْنَ بِاَنَّهُمْ ظُلِمُوْاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ عَلٰى نَصْرِهِمْ لَقَدِيْرٌ ۙ
Artinya: "Diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi karena sesungguhnya mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa membela mereka."
Selain untuk membela diri, terjadinya peperangan di zaman Nabi adalah untuk memberi pelajaran terhadap musuh yang mencari gara-gara atau bersekongkol mengganggu umat Islam meskipun sudah ada perjanjian atau kerja sama. Peperangan ini adalah untuk melakukan penertiban atau penghukuman agar perjanjian yang telah dilakukan tidak dilanggar.
Peperangan di zaman nabi juga terjadi guna menggagalkan rencana musuh yang mengancam keselamatan kaum muslim.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Selain diizinkannya Nabi Muhammad berperang dalam rangka membela diri, Allah juga telah menurunkan firmanNya kepada Nabi Muhammad untuk menjadi pelindung semua golongan termasuk mereka yang berbeda agama. Hal ini termaktub dalam Al-Qur'an Surat At-Taubah ayat 6:
وَاِنْ اَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِيْنَ اسْتَجَارَكَ فَاَجِرْهُ حَتّٰى يَسْمَعَ كَلٰمَ اللّٰهِ ثُمَّ اَبْلِغْهُ مَأْمَنَهٗ ۗذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: "Jika seseorang di antara orang-orang musyrik ada yang meminta perlindungan kepada engkau (Nabi Muhammad), lindungilah dia supaya dapat mendengar firman Allah kemudian antarkanlah dia ke tempat yang aman baginya. (Demikian) itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengetahui.".
Oleh karena itu, ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Penting bagi kita untuk mempelajari sejarah-sejarah yang terjadi di bulan Rabiul Akhir sekaligus mengerti apa yang terjadi dan alasan mengapa peristiwa tersebut terjadi. Hal ini ditujukan agar kita tidak salah dalam memahami sejarah sekaligus kita bisa mengambil ibrah atau hikmah dari peristiwa-peristiwa tersebut.
Penting bagi kita untuk melihat masa lalu sebagai bekal untuk menghadapi masa depan. Kesuksesan yang terjadi dalam sejarah perlu dicontoh dan diwujudkan dalam kehidupan saat ini, sementara kegagalan dalam sejarah harus menjadi pelajaran dan diusahakan dengan sekuat tenaga untuk tidak terulang kembali. Allah berfirman dalam Surat Al-Hasyr ayat 18:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Rasulullah pun bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ . وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya: "Barang siapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka." (HR Al-Hakim).
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Semoga hadirnya bulan Rabiul Akhir ini menjadi momentum untuk terus belajar dari sejarah dan memahaminya dengan benar. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang sukses dalam mengarungi kehidupan ini dengan belajar dari sejarah. Amin
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ .اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والقُرُوْنَ وَالزَّلَازِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
عٍبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Oleh: Ustadz H Muhammad Faizin, Sekretaris PCNU Kabupaten Pringsewu, Lampung
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama
#3 Contoh Teks khutbah Bulan Rabiul Akhir
Mencintai Ahlul Bait Rasulullah SAW
Khutbah I
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي مَنَّ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ بِأَجَلِ النِّعَمِ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُوْلًا يُخْرِجُهُمْ إِلَى النُّوْرِ مِنَ الظُّلْمِ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ خَصَّ أَهْلَ بَيْتِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَشْرَفِ الْمَنَاقِبِ وَالْغَرِرِ وَفَضَّلَهُمْ بَعْدَ النَّبِيِّينَ عَلَى مَنْ سِوَاهُمْ مِنَ الْبَشَرِ وَحَبَاهُمْ بِمَزَايَا لَمْ تَبْقَ لِغَيْرِهِمْ فَخْرًا وَلَمْ تَذَرَّ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْقَائِلَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ الله تَعَالَى قَسَمَ الْخَلْقَ إِلَى قِسْمَيْنِ فَجَعَلَنِي فِي خَيْرِهِمْ قِسْمَا وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى (وَأَصْحَابُ الْيَمِينِ وَأَصْحَابُ الشِّمَالِ فَأَنَا مِنْ أَصْحَابِ الْيَمِينِ وَأَنَا خَيْرُ أَصْحَابِ الْيَمِينِ ثُمَّ جَعَلَ الْقِسْمَيْنِ أَثَلَاثًا فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهَا ثُلُثًا وَذَلِكَ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى (وَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ) (وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ) (وَالسَّابِقُوْنَ السَّابِقُوْنَ) فَأَنَا مِنَ السَّابِقِيْنَ وَأَنَا خَيْرُ السَّابِقِيْنَ ثُمَّ جَعَلَ الثُلُثَ قَبَائِلَ فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهَا قَبِيلَةٍ وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى (وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوْبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوْا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ) فَأَنَا أَكْرَمُ وَلَدِ آدَمَ عَلَى رَبِّي وَلَا فَخْرَ ثُمَّ جَعَلَ الْقَبَائِلَ بُيُوتًا فَجَعَلَنِي مِنْ خَيْرِهَا بَيْتًا وَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى (إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيرًا) اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ البَشِيرِ النَّذِيْرِ وَالسّرَاجِ الْمُنِيرِ وَعَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ الَّذِينَ خَصَّصْتَهُمْ وَأَكْرَمْتَهُمْ بِالتَّطْهِيرِ وَعَلَى أَصْحَابِهِ الْمُهْتَدِينَ وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ . . . . أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, izinkan saya untuk berwasiat kepada hadirin semua, khususnya pada diri saya sendiri. Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan dimana pun, dalam keadaan bagaimanapun, senang maupun susah, gembira maupun sedih. Karena dengan kita bertakwa, Allah SWT pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Di antara tanda atau bukti iman dan takwa kepada Allah SWT adalah mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya. Takkan sempurna iman seorang hamba sebelum menjadikan Rasul sebagai sosok yang paling ia cintai melebihi kecintaan pada segala sesuatu.
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ : أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ : حَدَّثَنَا أَبُو الزَّنَادِ ، عَنِ الْأَعْرَجِ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ. (رواه البخاري)
Artinya: Demi Dzat yang aku dalam kekuasaan-Nya, tidak sempurna iman salah satu dari kalian semua sampai aku lebih kalian cintai dari pada orang tua dan anak anak kalian. (HR. Bukhori)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa hak Rasulullah Saw begitu besar bahkan berada pada urutan kedua setelah hak Allah SWT. Sebagian dari hak-hak Rasulullah Saw ialah mencintainya dan ahli baitnya. Siapa itu ahlul bait Rasulullah Saw? Yaitu keluarga Rasulullah Saw dan keturunannya yang telah disucikan Allah SWT melalui Firman-Nya:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيرًا.
Artinya: Sungguh Allah berkehendak untuk menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahli bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. Al-Ahzab: 33)
Pada saat ayat ini turun, Rasulullah Saw mengundang Sayyidina Ali, Sayyidah Fatimah Az-Zahro, Sayyid Hasan dan Husen radliya Allahu 'anhum seraya berkata, "Inilah keluargaku. Aku menjadi musuh bagi siapapun yang memusuhi mereka dan aku menjadi penyelamat bagi siapapun yang berbuat baik pada mereka".
Diceritakan pula dari Sahabat Zaid bin Arqom: "Pada saat Nabi berkhutbah setelah memuji pada Allah SWT, Nabi bersabda: 'Wahai sekalian manusia, saya hanyalah manusia seperti kalian semua. Dan utusan Tuhanku (malaikat maut hampir mendatangiku. Sungguh aku tinggalkan dua perkara. Satu kitab Allah (Al-Qur'an) yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Maka ambillah dan berpegang teguhlah terhadapnya. Yang kedua ahlul bait-ku.
Aku mengingatkan kalian kepada Allah tentang ahlul baitku (keluargaku), seraya mengulang tiga kali". (HR. Muslim)
Oleh karena itu, mencintai keluarga Nabi sudah merupakan keharusan bagi kita semua sebagai umatnya. Barang siapa yang mengaku-ngaku cinta terhadap keluarga Nabi sementara akhlak dan perilakunya tidak menunjukkan rasa cinta terhadap mereka, maka pengakuannya itu tidak bisa dibenarkan. Terlebih jika sampai menyakiti mereka.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Takutlah kalian membenci atau memusuhi salah satu dari keturunan Rasulullah Saw. Karena hal demikian akan membahayakan terhadap agama dan akhiratnya. Serta dianggap menjelekkan dan menyakiti Nabi. Dalam sebuah hadist dijelaskan:
مَا بَالُ رِجَالٍ يُؤْذُوْنَنِي فِي نَسَبِي وَذَوِي رَحْمِي أَلَا مَنْ أَذَى نَسَبِيْ وَذَوِيْ رَحْمِي فَقَدْ أَذَانِي وَمَنْ أَذَانِي فَقَدْ أَذَى الله.
Artinya: Bagaimana keadaan orang-orang yang menyakiti keluargaku. Ingatlah! Barang siapa yang menyakiti keluargaku maka ia telah menyakiti aku. Dan barang siapa menyakitiku maka ia telah menyakiti Allah. Nabi juga bersabda:
لَوْ أَنَّ رَجُلًا صَفِنَ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَصَلَّى وَصَامَ وَهُوَ مُبْغِضُ لِأَلِ مُحَمَّدٍ دَخَلَ النَّارَ.
Apabila seorang laki-laki merenung diantara rukun yamani dan maqom Ibrohim, serta ia gemar shalat dan berpuasa sementara ia benci terhadap keluarga Nabi maka ia akan masuk neraka.
Dalil-dalil tersebut di atas menunjukkan betapa besarnya ancaman yang diberikan kepada orang-orang yang membenci salah satu dari keluarga Nabi apalagi sampai mendzholiminya.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Oleh sebab itu mari kita tanamkan dalam hati kita semua agar cinta terhadap Nabi dan keluarganya. Tidak membenci bahkan mencaci maki.
Rasulullah Saw bersabda: "Bintang menjadi ketentraman bagi penduduk langit, dan ahli bait menjadi ketentraman bagi penduduk bumi. Pada saat ahli bait ku hilang maka datanglah pada penduduk bumi apa yang akan dijanjikan".
Rasulullah Saw juga bersabda:
أَهْلُ بَيْتِي فِيْكُمْ مِثْلُ سَفِينَةِ نُوحٍ مَنْ رَكِبَهَا نَجَا وَمَنْ تَخَلَّفَ عَنْهَا غَرِقَ.
Artinya: Keluargaku bagaikan perahu Nabi Nuh As. Barang siapa yang menaikinya maka ia akan selamat. Dan barang siapa yang meninggalkannya maka ia akan tenggelam.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Begitulah kiranya petunjuk baginda Nabi menjelaskan bagaimana kita semua sebagai umatnya agar senantiasa menumbuhkan rasa cinta dan takdzim kepada ahli bait Nabi, agar kelak kita semua dapat diakui sebagai umatnya
dan mendapat syafaatnya kelak dihari kiamat. Aamin.
Khutbah II
وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ ، وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُونَ : وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تَرْحَمُوْنَ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ. يَا نِسَاءِ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاء إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَّعْرُوفًا. وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا. وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا. بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمُ ، وَتَقَبَّلَ مِنّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُوْلُ قَوْلِيْ هُذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Sumber: Laman NU Kota Kediri
#4 Contoh Khutbah Jumat Bulan Rabiul Akhir
Bahaya Meninggalkan Sholat
Khutbah I
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْكَرِيمُ الْجَوَادُ الَّذِي لَا يَعُودُ فِي عَطَايَاهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسِيْلَتِنَا الْعُظْمَى إِلَيْكَ فِي اسْتِجَابَةِ مَا دَعَوْنَاهُ وَتَحْقِيقِ مَا رَجَوْنَاهُ وَمَغْفِرَةِ مَا جَنَيْنَاهُ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَوَلَاهُ. عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ. اِتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Setelah memuji kepada Allah SWT, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad Saw, keluarga, serta sahabatnya, izinkan saya untuk berwasiat kepada hadirin semua, khususnya pada diri saya sendiri. Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Yakni mengerjakan apa yang diperintahkan, serta menjauhi apa yang dilarang, kapan pun dan dimana pun, dalam keadaan bagaimana pun, senang maupun susah, gembira ataupun sedih. Karena dengan kita bertakwa, Allah SWT pasti akan menjamin kehidupan kita baik di dunia maupun di akhirat, juga memberikan jalan keluar atas setiap masalah yang kita hadapi.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Bertakwalah kepada Allah SWT di manapun kalian berada. Takwa adalah menjauhi segala larangan-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Salah satunya adalah melaksanakan shalat Jum'at. Maka ketahuilah, sesungguhnya hari Jumat adalah hari yang agung, hari yang penuh dengan keutamaan. Di hari ini Allah SWT memerintahkan kita semua memperbanyak zikir, istighfar dan membaca Al-Quran, dan disunnahkan pula mandi, memakai wewangian dan berbaju putih. Di hari ini pulalah Allah SWT mempertemukan Nabi Adam As dan Siti Hawa As. Dan salah satu keutamaan hari Jum'at adalah diwajibkannya bagi semua muslimin untuk berkumpul dan berbondong-bondong untuk melaksanakan ibadah sholat Jum'at dengan mengagungkan kemuliaan-Nya demi meraih ridho Allah SWT kelak di surga. Sebagaimana firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ. فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ .
Artinya: Wahai orang beriman apabila diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jum'at maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak -banyak agar kamu beruntung.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Dari ayat di atas kiranya jelas bahwa setiap orang yang beriman diperintahkan untuk melaksanakan shalat Jum'at, terlebih setelah dikumandangkannya adzan yang kedua dan Allah SWT melarang melaksanakan hal-hal yang menunda, menuju masjid seperti ngobrol, nongkrong dan transaksi apapun, termasuk di dalamnya adalah jual beli. Maka bagaimana sikap yang pantas di saat melihat sahabat-sahabat kita, keluarga kita, tetangga kita yang mengaku beragama Islam, mengaku beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya tapi mereka tidak melakukan shalat Jum'at tanpa alasan yang benar, mereka lebih memilih berdagang di pasar, memilih disibukkan dengan tanamannya di Sawah dari pada memenuhi panggilan Allah SWT untuk melaksanakan shalat Jum'at padahal Rasulullah Saw telah memberikan peringatan yang cukup menakutkan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat Jum'at hanya demi kepentingan dunia.
مَنْ تَرَكَ ثَلَاثَ جُمَع مِنْ غَيْرِ عُذْرٍ طَبَعَ الله عَلَى قَلْبِهِ وَفِي رِوَايَةٍ. فَقَدْ نَبَذَ الْإِسْلَامَ وَرَاءَ ظَهْرِهِ.
Artinya: Barang siapa meninggalkan shalat Jum'at sebanyak tiga kali tanpa alasan maka Allah akan tutup hatinya. Dalam riwayat lain disebutkan, "Sungguh dia telah mencampakkan Islam ke belakang punggungnya."
Shahabat Ibnu Abbas Ra pernah ditanya tentang seorang laki laki yang berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari tapi dia enggan melakukan shalat Jum'at dan shalat jamaah, dan beliaupun menjawab,
إِنْ مَاتَ فَهُوَ فِي النَّارِ
Artinya: Ketika dia mati akan masuk neraka
Maka dari itu sudah seharusnya bagi setiap orang muslim untuk senantiasa melakukan shalat Jum'at dan shalat jamaah karena hal itu merupakan tanda-tanda kebesaran Allah SWT yang akan membuat hati kita semakin bertakwa kepada-Nya.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Di saat ini banyak saudara-saudara kita yang tidak lagi memperhatikan pintu hidayah, mereka tidak peduli dengan ancaman-ancaman Allah SWT, mereka lebih memilih keindahan dunia dari pada keindahan akhirat, disibukan dengan harta benda, sehingga mereka lupa melakukan ibadah, lebih-lebih shalat Jum'at, lebih memilih berdagang daripada berangkat ke masjid dan lebih memilih merawat tanamannya dari pada memenuhi panggilan Allah SWT, padahal jelas perintah Allah SWT dalam firman-Nya:
وَإِذَا رَأَوْا تِجَارَةً أَوْ لَهْوًا انْفَضُّوا إِلَيْهَا وَتَرَكُوكَ قَائِمًا قُلْ مَا عِنْدَ اللَّهِ خَيْرٌ مِنَ اللَّهْوِ وَمِنَ التَّجَارَةِ وَاللَّهُ خَيْرُ الرَّازِقِينَ.
Artinya: Dan apabila mereka melihat perdagangan atau permainan mereka segera menuju kepada-Nya dan mereka tinggalkan engkau (Muhammad) sedang berdiri (berkhutbah). Katakanlah, apa yang ada di sisi Allah lebih baik dari pada permainan dan perdagangan, dan Allah Pemberi rizki yang terbaik.
Sahabat Jabir bin Abdillah Ra pernah berkata saat Rasulullah Saw berkhutbah di hari Jum'at, "telah datang kafilah pedagang di kota madinah" kemudian masyarakat sekitarnya menghampiri kafilah tersebut hingga di masjid hanya tersisa 12 orang laki laki bersama Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah Saw bersabda:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ تَتَابَعْتُمْ حَتَّى لَمْ يَبْقَ مِنْكُمْ أَحَدٌ لَسَالَ بِكُمُ الْوَادِي نَارًا.
Artinya: Demi Dzat yang diriku dalam kekuasaan-Nya! Kalau kamu ikuti mereka sehingga tidak ada seorang pun yang tertinggal, tentu akan mengalir kepadamu lembah yang penuh api.
Hadirin Jama'ah Jum'at yang dirahmati Allah...
Ketahuilah bahwa di masa sekarang ini, kita harus memperbanyak tiga ibadah, yaitu (1) bersedekah baik dalam fakir atau kaya; (2) memperbanyak istighfar di malam dan siang hari. Dan (3) memperbanyak baca sholawat kepada baginda Nabi Muhammad Saw. Shalawat adalah ibadah yang efektif mendekatkan kita kepada Allah SWT. Nabi Muhammad Saw bersabda:
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَى صَلَاةً.
Artinya: Manusia yang pertama kali berhak mendapatkan syafa'atku kelak di hari kiamat adalah mereka yang paling banyak membaca sholawat kepadaku.
Khutbah II
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمُ ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. أَقْوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ .
Sumber: Laman NU Kota Kediri
#5 Naskah Khutbah Jumat Bulan Oktober 2024
3 Cara Bersyukur atas Aneka Nikmat
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون، قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Waktu terus bergulir dan saat ini bulan Rabiul Awal atau maulid sudah berganti dengan Rabiul Akhir. Hal ini menandakan bahwa tidak ada yang berhenti dalam perjalanan alam raya ini. Semuanya terus berjalan sesuai ketentuan Allah SWT, termasuk usia kita. Karenanya, marilah tambahan umur ini kita syukuri dengan meningkatkan takwa lewat menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Hadirin yang Berbahagia
Allah SWT dalam surat Luqman, ayat 12, berfirman:
أَنِ اشْكُرْ للهِ وَمَن يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ
Artinya: Bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ memerintahkan agar kita semua bersyukur kepada-Nya. Perintah ini tidak berarti bahwa Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia. Tanpa manusia bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah Tuhan yang Maha Kaya, Terpuji dan Berkuasa atas seluruh alam ini.
Perintah syukur itu sesungguhnya untuk kepentingan dan kebaikan manusia sendiri sebab Allah akan menambah nikmat-Nya kepada manusia apabila manusia bersyukur kepada-Nya sebagaimana ditegaskan dalam surat Ibrahim, ayat 7:
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
Artinya: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Jika kita ingkar atas nikmat-nikmat-Nya, maka Allah akan memberikan azab yang pedih atau sanksi yang berat. Azab dari Allah bisa berupa siksaan di neraka kelak. Bisa juga berupa guncangan mental yang membuat hidup di dunia ini tidak tenang. Tentunya dapat kita saksikan dan rasakan bagaimana orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Mereka mudah merasa iri atas nikmat yang diterima orang lain. Mengeluh dan merasa tak puas dengan apa yang telah ada seringkali menghinggapi mereka. Hal seperti ini sudah pasti membuat mereka hidup dalam ketidak tentraman. Akibat selanjutnya mereka bisa mengalami stres berkepanjangan.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Bersyukur kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya mengucapkan "alhamdulillah" saja sebab setidaknya ada tiga cara mengungkapkannya sebagai berikut:
Pertama adalah melalui aktivitas lisan. Dalam aktivitas lisan ini, ucapan "alhamdulillah" adalah hal minimal yang harus kita lakukan. Aktivitas lain adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti hatinya.
Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka juga tidak berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT, mereka senantiasa bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Ali Imran, ayat 133:
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ
Artinya: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu.
Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang timbul akibat macetnya hubungan atau silaturahim antarsesama saudara, kawan dan relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan.
Kedua, melalui aktivitas hati. Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela dengan apa sudah yang ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia takkan pernah mampu menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya.
Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada manusia:
فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Artinya: Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni surat Ar-Rahman. Pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia untuk jujur dalam membaca dan menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan. Bagaimana kita bisa bernapas, melihat dan mendengar serta bagaimana kita bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenikmatan yang terlibat di dalamnya. Maka barang siapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah SWT.
Hadirin Jumat yang Berbahagia
Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu memiliki jiwa yang ikhlas dalam melakukan dan menerima sesuatu. Orang-orang yang bersyukur tentu tidak suka berkeluh kesah atas kekurangan-kekurangan atau hal-hal tidak menyenangkannya.
Orang-orang bersyukur tentu lebih sabar daripada mereka yang tidak bersyukur. Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran. Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas sesungguhnya saling berkaitan. Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqam atau tingkatan yang sangat tinggi yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah berhasil mencapai kompetensi tinggi dalam hal spiritualitas.
Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima seseorang secara genetis tanpa melalui latihan-latihan tertentu.
Ketiga, melalui aktivitas fisik. Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dalam hidup bermasyarakat, kita sering menerima undangan syukuran. Ini adalah contoh syukuran dalam bentuk perbuatan nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada para tamu dengan memberikan jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah yang tentu saja bernilai pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memiliki dasar yang kalau kita telusuri akan kita temukan dalam Al Qur'an, surat Adh-Dhuha, ayat 11:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.
Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain dapat ditelusur salah satunya melalui ayat ini dengan maksud agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini sering disebut dengan tahadduts binni'mah. Tentu saja tahadduts binni'mah ini baik. Hanya saja perlu diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan dan harus dilakukan dengan niat ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah tidak ada niat lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain seperti keinginan untuk pamer atau riya' atas apa yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus benar-benar dihindari. Sebab riya' merupakan akhlak yang tercela yang justru bisa menjauhkan kita dari Allah SWT.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Ungakapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata dan hanya melibatkan diri sendiri bisa diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan Nabi Muhammad SAW secara istikamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun beliau sudah dijamin masuk surga, tetap rajin beribadah melebihi siapa pun di dunia ini hingga kedua kakinya bengkak. Semua ini dilakukan sebagai pengakuan dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikamatan yang diterima dari Allah SWT.
Sekali lagi, syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Allah menyukai orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya. Mudah-mudahan kita semua selalu diberi-Nya kemudahan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Semoga pula kelak di akhirat kita semua akan dikumpulkan dengan para syakirin. Amin, amin ya rabbal alamin.
جَعَلَنا اللهُ وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
#6 Contoh Teks Khutbah Jumat Rabiul Akhir
Anjuran Menjauhi Sifat Hasad
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: اِنَّ الْمُتَّقِيْنَ فِيْ جَنّٰتٍ وَّعُيُوْنٍۙ، اٰخِذِيْنَ مَآ اٰتٰىهُمْ رَبُّهُمْ ۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَبْلَ ذٰلِكَ مُحْسِنِيْنَۗ (الذاريات: ١٦-١٧)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Kenikmatan surga itu lebih utama, lebih lama, dan lebih agung daripada kenikmatan dunia. Kenikmatan dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kenikmatan surga. Karenanya, kita harus terus berusaha menjadi orang yang bertakwa. Karena takwa-lah yang menjadi bekal kita untuk meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat.
Kaum Muslimin yang Berbahagia
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
أَلاَ وَإِنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهِيَ القَلْبُ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Ingatlah sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh anggota badan dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh anggota badan, ketahuilah, ia adalah hati. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Yang dapat merusak hati kita adalah penyakit-penyakit hati, di antaranya riya', 'ujub, sombong, hasad dan dengki. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
لا تَبَاغَضُوا وَلا تَحَاسَدُوا وَلا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوانًا (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, saling membelakangi dan jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Jamaah Rahimakumullah
Di antara penyakit hati adalah hasad dan saling membenci. Keduanya menjadi malapetaka besar bagi kerukunan dan ketenteraman hidup bermasyarakat. Dua penyakit hati tersebut akan menjauhkan masyarakat dari sikap saling bekerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan.
Hasad yang diharamkan adalah berangan-angan hilangnya kenikmatan dari seorang Muslim disertai usaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dengan ucapan atau perbuatan. Jika tidak disertai upaya menghilangkan kenikmatan itu maka bukanlah kemaksiatan. Jadi, orang yang berangan-angan agar sebuah kenikmatan hilang dari seorang Muslim karena orang itu memiliki harta halal yang banyak, istri yang cantik atau anak banyak yang taat atau sifat-sifat yang terpuji; kemudian ia membenci hal itu dan berangan-angan agar kenikmatan itu berpindah kepada dirinya, lalu ia berusaha untuk menghilangkan kenikmatan tersebut dengan berbagai cara, maka ia telah terjatuh ke dalam hasad yang diharamkan.
Jamaah shalat Jumat yang Berbahagia
Jika kita ingin membersihkan hati kita dari penyakit hasad, maka kita harus melawan hawa nafsu. Melawan nafsu akan membantu seseorang melakukan perbuatan yang diridhai Allah. Para wali Allah tidak meraih derajat kewalian kecuali dengan perjuangan melawan hawa nafsu.
Diceritakan bahwa hasad adalah maksiat pertama yang dilakukan di surga, yaitu hasad Iblis kepada Nabi Adam. Hasad juga merupakan maksiat pertama yang dilakukan di dunia, yaitu hasad Qabil kepada Habil yang berujung pembunuhan Qabil terhadap Habil.
Hadirin Rahimakumullah
Seringkali bahaya hasad ini kembali menimpa diri pelakunya. Al-Hafizh Abu Nu'aim al-Ashbahani dalam kitab Hilyah al-Auliya' meriwayatkan bahwa pada zaman dahulu, ada seorang raja yang memiliki pengawal yang selalu dekat dengannya. Suatu ketika pengawal itu berkata kepadanya: Wahai raja, berbuat baiklah kepada orang yang berbuat baik, dan tinggalkan orang yang jahat, niscaya engkau selamat dari kejahatannya.
Melihat kedekatan pengawal dengan raja, ada orang yang iri dan berupaya menghasut raja. Orang ini pun berkata kepada sang raja: Wahai raja, pengawalmu telah menyebarkan isu di masyarakat bahwa engkau memiliki bau mulut yang tidak enak. Raja pun bertanya: Bagaimana aku bisa tahu hal itu? Orang yang iri itu berkata: Jika pengawal itu menghadap Paduka untuk membicarakan sesuatu, ia pasti akan menutup hidungnya.
Pergilah penghasut itu kepada pengawal untuk mengundangnya menghadiri jamuan makan yang telah ia persiapkan. Ia membuat sup dan menaruh bawang putih yang sangat banyak di dalamnya. Keesokan harinya, si pengawal datang dan raja memanggilnya mendekat untuk berbicara kepadanya tentang suatu hal. Pengawal pun menutup mulutnya dengan tangan. Karena termakan hasutan orang yang iri itu, sang raja berkata kepada pengawal: Menjauhlah. Lalu sang raja menulis surat serta menandatanganinya, kemudian berkata kepada pengawal itu: Pergilah dan bawa surat ini kepada Fulan, biasanya imbalannya berupa uang seratus ribu.
Ketika keluar, ternyata orang yang iri tadi menemui sang pengawal seraya berkata: Apa ini? Pengawal menjawab: Raja memberikan ini kepadaku. Lalu orang yang iri meminta surat itu. Tanpa berpikir panjang, pengawal lalu memberikan surat itu kepadanya. Orang yang iri itu bergegas mengambilnya dan membawanya ke orang yang dituju. Ketika orang-orang membuka surat itu, mereka pun memanggil beberapa algojo. Maka orang yang iri itu berkata: Bertakwalah kepada Allah wahai kaum, kalian menghukum orang yang salah, tanyakanlah kembali kepada raja. Mereka berkata: Kami tidak ada waktu untuk menanyakan kembali kepada raja.
Hadirin yang Mulia
Isi surat itu ternyata berbunyi: Jika datang orang yang membawa suratku ini maka potonglah kepalanya, lalu kelupaslah kulitnya dan isilah kulitnya dengan dedak (ampas padi), kemudian bawalah kepadaku. Para algojo itu pun memotong kepalanya, mengulitinya dan membawanya kepada sang raja. Saat sang raja melihatnya, ia merasa keheranan. Lalu raja berkata kepada pengawal Kemarilah, jawab dengan jujur, saat kau mendekatiku kenapa engkau memegang hidung dan menutup mulutmu? Si pengawal berkata: Wahai raja, orang yang iri ini mengundangku dan telah menyiapkan sup, tetapi ia perbanyak bawang putih di sup itu. Disuguhkanlah sup itu kepadaku, lalu saat Paduka memanggilku untuk mendekat, aku berkata dalam hati, jika aku mendekat kepada paduka, maka paduka akan mencium bau tidak sedap ini. Lalu sang raja berkata: Kembalilah ke tempatmu, dan sampaikan kepada rakyatku mengenai apa yang telah kau katakan tadi. Lalu raja menghadiahi si pengawal itu dengan harta yang melimpah.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Oleh: Ustaz Nur Rohmad, Anggota Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama
Itulah beberapa contoh materi khutbah Jumat Rabiul Akhir yang dapat dijadikan sebagai referensi. Semoga membantu!
(edr/urw)