Bincang Buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA, Ulas Problematika Pemimpin RI

Bincang Buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA, Ulas Problematika Pemimpin RI

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Jumat, 27 Sep 2024 21:51 WIB
Bincang Buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA
Foto: Bincang Buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA (Yaslinda Utari Kasim/detikSulsel)
Makassar -

Himpunan Mahasiswa (Hima) LPDP Universitas Hasanuddin (Unhas) bersama Forum Mahasiswa Magister Administrasi Publik (Formap) Unhas mengadakan Bincang Buku berjudul Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA: Buku Inspirasi untuk Milenial dan Gen Z. Bincang buku ini mengulas pemikiran Denny JA tentang pemimpin Indonesia.

"Di buku itu juga diceritakan soal pemimpin Indonesia dari sejak Soekarno sampai Jokowi, pemimpin (yaitu) Presiden dalam hal ini yah," ujar Penulis buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA Mila Muzakkar, Jumat (27/9/2024).

Mila mengatakan, kisah pemimpin Indonesia yakni Presiden pada setiap periode memiliki kisah yang hampir sama dan agak tragis. Di awal kepemimpinan mereka amat dicintai karena berhasil menyentuh hati masyarakat, namun di akhir masa jabatannya malah ditinggalkan karena melukai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau teman-teman ingat, dari Soekarno sampai Jokowi sekarang itu punya kisah mirip-mirip agak-agak tragis," ucapnya.

Soekarno, kata Mila, sangat dipuji di awal masa jabatannya karena dikenal sebagai proklamator dan memiliki pemikiran visioner pada masa itu. Akan tetapi, di akhir kepemimpinannya Soekarno kurang dicintai lagi oleh masyarakat.

ADVERTISEMENT

"Soekarno kan siapa yang tidak memuji, dia proklamator, dia visioner saat itu. Tapi kemudian pada akhir kepemimpinannya dia justru sama aja, kurang dicintai lagi oleh masyarakat bahkan dituduh banyak hal," kata Mila.

Mila bercerita, hal serupa juga terjadi di masa Soeharto yang mulanya dikenal sebagai Bapak Pembangunan namun harus turun dari jabatan secara tragis. Begitupun Habibie yang diketahui sebagai sosok visioner karena membuat pesawat, tapi berakhir sama dengan kedua presiden sebelumnya.

"Lalu kemudian ke Soeharto, awalnya Bapak Pembangunan dan terakhir sama aja diturunkan dengan cara yang tragis. Kemudian pindah setelah Soeharto, Habibie pun sama dengan ia membuat pesawat sangat visioner saat itu, sama juga," ceritanya.

Lebih lanjut, Mila mengatakan fenomena yang sama juga terjadi pada Presiden ke-4 Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang bahkan terusir dari Istana Negara. Padahal, Gusdur di awal kepemimpinannya dikenal sebagai pencetus pluralisme dan inklusivitas di Indonesia.

"Gusdur bahkan terusir dengan celana pendek dari istana saat itu kan. Padahal dia salah satu pencetus pluralisme (dan) inklusivitas," kata dia.

Mila mengungkapkan perlakuan yang sama juga terjadi pada Presiden ke-5 Megawati Soekarno Putri. Di awal kepemimpinannya, Megawati menjadi kebanggaan sebab merupakan perempuan pertama yang menjadi Presiden Indonesia. Akan tetapi, lagi-lagi di akhir jabatannya dia bernasib sama.

"Perempuan pertama loh jadi presiden, kita bangga yah apalagi kita sebagai perempuan, bisa nih jadi salah satu bukti (perempuan) bisa jadi pemimpin. (Tetapi) sama saja menghadapi hal yang sama," ungapnya.

Begitupun dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dikenal sangat bijak di awal masa jabatannya. Namun, sama seperti pemimpin-pemimpin sebelumnya SBY juga turun dari jabatan dengan tidak dicintai rakyat.

"Kemudian SBY dua kali dicintai juga sebagai bapak yang sangat disegani sangat bijaklah kesannya di awal, sama juga menghadapi hal yang sama," jelas Mila.

Menurut Mila, pada awal kepemimpinan para Presiden dicintai karena berhasil menyentuh hati masyarakat. Salah satunya, cara Gusdur menyentuh hati masyarakat beragama Konghuchu dengan menetapkan pengakuan terhadap agama mereka.

"Saya kira kenapa dia (presiden) dicintai saat itu, kemudian ditinggalkan (karena) ada al yang menurut masyarakat menyentuh (hati) mereka. Menyentuh dalam artian bahwa setidaknya presiden ini nih yang membukakan akses. Misalnya tadi Konghucu merasa Gusdur ini wow sekali karena dia membuka jalan bagi agama (Konghucu) diakui," paparnya.

Mila kemudian mengatakan, sentuhan hati tersebut menimbulkan ketertarikan masyarakat. Namun apabila hak masyarakat dilukai, maka mereka akan meninggalkan pemimpin itu seketika.

"Kalau menyentuh hati (artinya) ada ketertarikan nih ada emosional di situ, jadi itu satu hal penting yang bisa membuat orang dicintai sebagai seorang pemimpin. Tetapi kemudian ketika hak itu dilukai, nah saat itulah masyarakat meninggalkan bahkan menghujat pemimpin itu," ujar dia.

Mila mengungkapkan bahwa cinta masyarakat merupakan kunci ketika hati mereka berhasil tersentuh oleh pemimpin. Akan tetapi, begitu dilukai, para pemimpin akan ditinggalkan dan itulah yang terjadi hingga saat ini.

"Cinta itu dasarnya yang paling utama, kuncinya, ketika dia menyentuh hati (rakyat). Dan ketika dia melukai hati, itu juga sudah ditinggalkan dan itu terjadi kayaknya di pemimpin-pemimpin Indonesia," ucapnya.

Mila selanjutnya menjelaskan tentang kondisi kepemimpinan Indonesia saat ini yang masih dipegang oleh Presiden Joko Widodo. Di awal kemunculannya, Jokowi dilihat sebagai sosok yang sederhana namun berubah begitu saja diakhir masa jabatannya.

"Dan yang terakhir Jokowi, ini yang paling suram kayaknya yah karena yang awal banget kemeja putih, sederhana, pakai sepatu lokal, eh tiba-tiba berbalik berapa derajat gitu kan menjadi orang yang sangat dinastir, otoriter, anaknya naik jet pribadi," katanya.

Mila menjelaskan, Jokowi sangat disukai masyarakat karena dianggap mewakili rakyat kecil. Tapi saat ini, dia telah dianggap melukai hati rakyat sehingga ditinggalkan.

"Dia disukai karena merasa sangat mewakili masyarakat Indonesia yang sangat sederhana, yang wong cilik. Tetapi kemudian dia melukai hati masyarakat dengan apa yang dilakukan saat ini kemudian masyarakat meninggalkan," jelas dia.

Bincang buku Hijrah Berkali-kali Ala Denny JA ini diselenggarakan di Aula Prof Syukur, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (Unhas). Kegiatan ini mengusung tema "Karakter Pemimpin yang Dicintai".




(urw/alk)

Hide Ads