Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), bertaruh nyawa menerobos derasnya sungai yang meluap untuk melakukan pencocokan dan penelitian (coklit) Pilkada 2024. Medan berbahaya itu mereka tempuh untuk mendata 10 orang dari 4 kepala keluarga (KK).
"Iya itu kemarin pas mau coklit. Ada PKD (Panwaslu Kelurahan/Desa) 1 orang, PPS (Panitia Pemungutan Suara) 2 orang, pantarlih 2 orang, dan suami dari pantarlih sebagai penunjuk jalan," kata anggota PPS Desa Lankoroni Martina kepada detikcom, Kamis (4/7/2024).
Peristiwa itu terjadi saat pantarlih bersama penyelenggara pilkada di desa menyeberangi Kali Lankoroni, Desa Lankoroni, Kecamatan Maligano, Muna, Rabu (3/7) sekitar pukul 14.30 Wita. Kondisi saat itu memang sedang hujan lebat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin itu sungainya banjir, karena hujan terus," ujarnya.
Martina mengungkapkan pantarlih harus melakukan pendataan kepada masyarakat transmigrasi sebanyak 4 kepala keluarga dengan wajib pilih sekitar 10 orang. Akses masuk ke wilayah itu memang cukup sulit selama ini.
"Ada sekitar 4 kepala keluarga dengan wajib pilih sekitar 10 orang yang harus dicoklit di sana, jadi kita harus ke sana. Di sana memang rusak jalan masuk," ujarnya.
Ia menuturkan kondisi jalan masuk ke wilayah transmigrasi memang cukup jauh dan masuk ke dalam hutan. Martina mengatakan jarak antara perkampungan dengan lokasi warga sekitar 5 kilometer.
"Kalau jaraknya itu sekitar 5 kilometer dari perkampungan masuk ke dalam kawasan hutan," bebernya.
Martina menuturkan sebenarnya masyarakat kerap menggunakan akses itu dengan menyeberangi sungai. Namun saat itu kondisi air sungai sedang meluap sehingga cukup membahayakan.
"Kalau jembatan memang tidak ada, karena kalau tidak banjir itu hanya sekitar mata kaki airnya jadi bisa dilewati," imbuhnya.
Dia menambahkan para penyelenggara pilkada di desa itu baru pulang saat air sudah surut.
"Kalau pergi nya kami itu air setinggi pinggang, bahkan saya sampai di dada. Pas pulang memang kita tunggu surutnya, jadi pas kita lewat kembali, air sudah setinggi betis," pungkasnya.
(asm/hsr)