Sebanyak 6.547 warga atau 1.222 kepala keluarga (KK) di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya, melakukan eksodus buntut penyerangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada September 2021. Selang 32 bulan pascateror itu, 224 KK dilaporkan masih mengungsi karena terhambat akses untuk kembali ke rumah.
"Dari 1.222 kepala keluarga, yang pulang itu sebanyak 998 KK. Jadi tersisa 224 KK," kata Penjabat (Pj) Bupati Maybrat Bernhard E Rondonuwu kepada detikcom, Senin (20/5/2024).
Bernhard mengatakan 224 KK itu berasal dari Distrik Aifat Timur Jauh dan Distrik Timur Selatan. Sebagian besar masyarakat dari dua distrik tersebut mengungsi ke wilayah Ayata hingga Distrik Aifat Timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka hampir semua sudah ada di Ayata dan kampung sekitar di wilayah Aifat Timur, mereka belum bisa kembali ke Aifat Timur Raya dan Aifat Timur Selatan karena akses jalan yang belum terbuka," ungkapnya.
Pihaknya melanjutkan pemulangan warga yang melakukan eksodus dilakukan secara bertahap. Sebanyak 998 KK yang berhasil dipulangkan, setelah dilakukan berbagai upaya yang dikolaborasikan dalam tim khusus.
"Pemda Maybrat mengambil langkah cepat untuk merespon pemulangan masyarakat eksodus, salah satu langkah yang diambil adalah membentuk Tim Percepatan Penanganan Konflik Sosial. Kemudian jaminan keamanan, pembangunan pos keamanan, pembukaan lahan pertanian, dukungan bahan makanan dan alat penerangan bagi masyarakat eksodus, pengaktifan kembali layanan pendidikan dan kesehatan," paparnya.
Bernhard menyebut masyarakat yang telah kembali ke kampung masih menyesuaikan diri dengan keterbatasan di kampung halamannya. Bernhard memastikan situasi di Kabupaten Maybrat berangsur aman.
"Hambatan yang dihadapi saat ini adalah karena kurangnya sarana prasarana, banyaknya kondisi rumah masyarakat yang rusak parah dan belum optimalnya berjalan pemerintahan dan layanan pendidikan serta kesehatan," ujarnya.
Untuk diketahui, ribuan warga mengungsi buntut Posramil Kisor diserang 30 orang OPM pada Kamis, 2 September 2021 lalu. Para pelaku menyerang menggunakan parang.
Penyerangan yang terjadi pada pukul 03.00 WIT atau pada saat prajurit sedang tertidur. Penyerangan tersebut membuat 4 personel TNI gugur.
"Pasca terjadinya konflik sosial terakhir kali pada tahun 2021 di wilayah Distrik Aifat Selatan dan Aifat Timur Raya yang mengakibatkan sebanyak 6.547 orang masyarakat memilih meninggalkan kampungnya," sebut Bernhard.
"Masyarakat eksodus mengungsi ke beberapa daerah seperti kampung Susumuk, Kumurkek, Ayawasi hingga keluar daerah yakni Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong," pungkasnya.
(sar/sar)