Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) menginisiasi gerakan penanaman 2 juta pohon menyambut peringatan Hari Bumi. Gerakan ini digelar secara serentak di kabupaten dan kota di Sulsel dalam rangka melestarikan lingkungan dan simbol solidaritas menjaga bumi.
Gerakan penanaman pohon ini dipusatkan di Bendungan Gerak Tempe, Kelurahan Wiringpalenae, Kecamatan Tempe, Kabupaten Wajo, Senin (22/4). Program ini menandai komitmen Sulsel terhadap keberlanjutan lingkungan.
"Kita memberikan pesan kuat kepada masyarakat Sulawesi Selatan bahkan seluruh dunia pada Hari Bumi, 22 April ini adalah momentum untuk membangun kesadaran seluruh umat manusia," kata Bahtiar dalam keterangannya, Selasa (23/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahtiar mengatakan, kegiatan ini menjadi pesan bagi masyarakat Sulsel dan seluruh dunia. Peringatan Hari Bumi menjadi momentum untuk membangun kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
"8 miliar orang hidup di bumi yang sama. Kita mau memastikan, merawat agar anak cucu kita menikmati," katanya.
Adapun 2 juta bibit pohon yang ditanam di sejumlah wilayah di Sulsel merupakan kontribusi pemerintah dan non-pemerintah. Sebanyak 25.000 bibit di antaranya berasal dari Persemaian Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Pemprov Sulsel.
Selain itu 300.000 batang dari Persemaian BPTH, 150.000 batang dari Persemaian BPTH Jeneberang. Sisanya dari CSR perusahaan seperti PT Vale, PT PLN, Bank Sulselbar, serta dari berbagai lembaga dan masyarakat.
"Atas nama masyarakat Sulsel, saya ucapkan terima kasih," kata Bahtiar.
Sebagai informasi, berdasarkan SK Nomor 263 tahun 2019, Sulsel memiliki kawasan hutan seluas 2.610.000 hektare (Ha). Sementara untuk lahan kritisnya mencapai 41.715,10 Ha dan lahan sangat kritis seluas 70.054,57 Ha.
Pemerintah telah berupaya merehabilitasi beberapa lahan rusak. Salah satunya rehabilitasi sekitar 400 Ha per tahun yang berada di luar kawasan hutan dan 2.000 Ha per tahun yang termasuk dalam kewenangan pemerintah pusat.
Program rehabilitasi hutan dan lahan yang bersumber dari APBD/APBN hanya mampu merealisasikan 2.400 hektar per tahun. Jika hanya mengandalkan pendanaan pemerintah, maka dibutuhkan waktu hingga 187 tahun untuk pemulihan total.
"Maka untuk merehabilitasi lahan yang rusak dan sangat kritis itu, maka kita perlu waktu 187 tahun. Karena setiap hari, setiap pekan, setiap bulan dan setiap tahun bertambah lahan kritis dan rusak kita," tuturnya.
Atas kondisi itu kata Bahtiar, dibutuhkan inisiatif dari semua pihak untuk berkontribusi menjaga lingkungan, melalui penanaman pohon. Bahtiar sendiri telah menginisiasi program Sedekah Pohon yang diterapkan lewat budi daya sukun, durian, nangka madu, manggis, dan lainnya.
Program ini disebut tidak hanya bertujuan untuk perbaikan lingkungan tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan hidup dan menambah pendapatan masyarakat. Kegiatan ini juga menindaklanjuti isu perubahan iklim dan meningkatkan kesadaran lingkungan di Sulsel.
(sar/hsr)