Massa yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Toraja (IKAT) dan keluarga korban Bertha (56), wanita tewas di gudang Apotek Kimia Farma Samarinda menggelar aksi demo di depan Polresta Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Keluarga menuntut kejelasan polisi dalam menangani kasus ini.
Unjuk rasa tersebut berlangsung di depan pintu masuk Polresta Samarinda, Jalan Gajah Mada, Samarinda pada Senin (8/4). Dalam orasinya keluarga menuntut kejelasan kasus kematian Bertha yang ditangani kepolisan.
"Banyak kejanggalan dalam kasus ini, kami menuntut transparansi kepolisian dalam menangani kasus kematian keluarga kami," jelas perwakilan keluarga korban, Gedzbal Patasik saat orasi, Senin (8/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam aksi tersebut pihak keluarga menyampaikan 4 poin tuntutan. Salah satunya membuka hasil pemeriksaan CCTV dan pemeriksaan autopsi.
"Tidak ada respons dari kepolisian, kami meminta media mencatat ini," ujarnya.
Selanjutnya, pihak keluarga menuntut kepolisian mendalami kejanggalan penyelidikan saksi dan bukti-bukti kematian tidak wajar dan segera menemukan pelakunya.
"Kata polisi korban meninggal karena mati lemas, jelas dari foto korban ini meninggal misterius," ungkapnya.
Massa juga meminta kepolisan memindahkan gelar perkara yang sedianya dilaksanakan di Polda Kaltim untuk pindah ke Polresta Samarinda.
"Terakhir, meminta Mabes Polri untuk membentuk tim investigasi guna menyelesaikan perkara ini," tutupnya.
Sebelumnya dikabarkan, korban ditemukan tewas membusuk di gudang sebuah apotek di Samarinda. Polisi tengah mengusut misteri kematian korban.
"Kita sudah melakukan penyelidikan dari awal adanya penemuan mayat. Langkah-langkah kita untuk pengungkapan secara saintifik investigasi ini sedang kita lakukan," jelas Kapolresta Samarinda Kombes Ary Fadli kepada detikcom, Senin (18/3).
BT ditemukan tewas di gudang apotek di Jalan P Hidayatullah, Kecamatan Samarinda Kota, Samarinda pada Minggu (18/2). Hingga kini polisi masih melakukan penyelidikan dengan memeriksa CCTV apotek.
"Kemarin juga sudah pemeriksaan CCTV yang kita dapat pada 19 Febuari, sehari setelah penemuan korban," ungkapnya.
Mengenai CCTV, Ary menyebut pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan yang lakukan Labfor Surabaya guna membongkar misteri kematian korban. Apotek tersebut juga didemo keluarga yang menilai kejanggalan di barang bukti CCTV.
"Makanya kita mau memastikan apakah memang sesuai dengan keterangan pihak IT mereka itu atau tidak. Kita akan cek secara forensik. Kalau memang benar tidak ada (kejanggalan) ya kita akan sampaikan," kata Ary.
(hmw/sar)