Analisa Pengamat soal Eks Kepala Daerah di Sulsel Minim Suara di Pileg 2024

Analisa Pengamat soal Eks Kepala Daerah di Sulsel Minim Suara di Pileg 2024

Sahrul Alim - detikSulsel
Senin, 04 Mar 2024 17:30 WIB
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Ali Armunanto,
Pengamat Politik Unhas Ali Armunanto. Foto: Dok. Istimewa
Makassar -

Lima mantan kepala daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam gagal melenggang ke Senayan. Dua di antaranya, yakni mantan Bupati Takalar Syamsari Kitta dan mantan Bupati Bone Fahsar M Padjalangi meraih suara paling sedikit.

Pengamat Politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Ali Armunanto menilai ada sejumlah faktor yang menyebabkan mantan kepala daerah tidak bisa bersaing di Pileg. Salah satunya karena performanya selama menjabat dianggap kurang baik sehingga tidak lagi mendapatkan kepercayaan masyarakat.

"Saat mereka menjabat masyarakat mengevaluasi. Dalam prosesnya itu mereka merasakan kebijakan-kebijakannya," ujar Ali kepada detikSulsel, Senin (4/3/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ali menjelaskan, masyarakat yang tidak suka dengan kinerja mantan kepala daerah tersebut lantas mengekspresikan sikap politiknya pada Pileg. Menurutnya, masyarakat yang puas tentu akan tetap memberikan suaranya kepada mantan kepala daerah yang pernah memimpin suatu wilayah.

"Tentu kalau mereka senang dengan bupatinya ekspresi mereka akan positif karena kita lihat ada bupati dengan mudah mendapatkan suara signifikan," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Seperti di Bone, kata Ali, Fashar sudah hampir dipastikan tak lolos, begitu pula kemanakannya Rio Padjalangi. Sementara anaknya, Izman Padjalangi juga belum dipastikan lolos ke DPRD Sulsel.

"Saya rasa itu wujud ekspresi masyarakat terhadap kebijakan dan performa pemerintahan yang dia (Fahsar) jalankan selama ini," ujarnya.

Begitu pula di Takalar, Ali menyebut hasil suara Syamsari di Pileg merupakan dampak dari performa pemerintahan yang buruk. Hal itu disebutnya menjadi penyebab elektabilitas Syamsari merosot drastis.

"Saya rasa itu bentuk penghukuman. Untuk kasus Takalar dua tahun masa jabatannya (Syamsari) atau pertengahan masa jabatannya elektabilitasnya sudah jauh merosot. Berbagai konflik yang timbul dalam pemerintahan lalu kemudian muncul resistensi dari masyarakat, ini menggerus," katanya.

Ditambah lagi, lanjut Ali, Syamsari memilih meninggalkan PKS dan bergabung ke partai baru yakni Gelora. Perpindahan itu menurutnya menyulitkan Syamsyari membangun kembali kepercayaan publik khususnya di Takalar.

"Ini juga menjadi faktor yang ikut melemahkan, ketika ikut partai Gelora, partainya masih baru. Tentu marketing politiknya menjadi tantangan tersendiri dan adanya resistensi dari masyarakat akibat performa pemerintahan yang buruk, ini kemudian ikut menghancurkan," jelas Ali.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Lebih lanjut, Ali mengatakan ada faktor kompetisi yang ketat antarcaleg sehingga menyulitkan eks kepala daerah tersebut sulit bersaing. Namun Ali menegaskan perolehan suara sejatinya akan ditopang dengan ketokohan kepala daerah.

"Di sisi lain juga memang ada faktor kompetisi politik yang sangat intens terjadi sehingga membuat kepala daerah ini tersingkirkan, tapi ini saya rasa faktor sampingan saja. Jadi kembali ke performanya selama menjabat dan faktor sampingan itu ketatnya kompetisi," pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, data 5.599 dari 9.144 TPS atau 61,23% perhitungan KPU atau real count, Senin (4/3) pukul 14.30 Wita, Syamsari baru memperoleh 4.236 suara di Dapil Sulsel I. Dapil ini meliputi Kota Makassar, Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar.

Sementara Fahsar juga tampak tertinggal dari pesaingnya. Ketua DPD II Golkar Bone ini baru mengumpulkan 15.472 suara dari total data suara yang masuk 66.95 dari 9258 TPS atau 72,32% di Dapil Sulsel II. Diketahui, Dapil Sulsel II meliputi Kabupaten Bulukumba, Sinjai, Bone, Maros, Pangkep, Barru, Soppeng, Wajo, dan Kota Parepare.

Selain Syamsari dan Fahsar, 3 eks kepala daerah lainnya yang berasing di Pileg dan meraih suara cukup tinggi. Meski memang, ketiganya juga tetap terancam tidak lolos ke Senayan.

Ketiganya yakni mantan Wali Kota Parepare Taufan Pawe (TP), mantan Bupati Enrekang Muslimin Bando (MB), dan mantan Wali Kota Palopo Judas Amir.

Halaman 2 dari 2
(asm/sar)

Hide Ads