Istilah silent majority menjadi ramai diperbincangkan usai hasil quick count Pemilu 2024 dikeluarkan oleh sejumlah lembaga survei. Lantas, apa makna dari silent majority sebenarnya?
Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran di wilayah Jawa Barat, Ridwan Kamil juga sempat menyinggung istilah silent majority dalam salah satu unggahan Instagram pribadinya @ridwankamil. Postingan yang membahas istilah silent majority tersebut menyertakan hasil quick count Pilpres 2024 yang menunjukkan Paslon 02 unggul jauh dari paslon lainnya.
"Pelajaran. 'Silent Majority' sudah berbicara. Siapa mereka? Mereka yang menyimak, tetapi jarang komen. Mereka yang jarang ribut-ribut di media sosial tiap akun ini posting #politik," demikian tertulis dalam unggahan tersebut yang dilihat detikSulsel, Jumat (16/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melalui unggahan yang sama, Ridwan Kamil juga menyinggung media sosial yang selama ini diramaikan oleh noisy minority. Padahal menurutnya noisy minority tidak dapat menjadi tolak ukur untuk menggambarkan realita di lapangan.
"Rame di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realita yang sama di lapangan," tulis Ridwan Kamil.
"Bulian atau ejekan di media sosial tidak pernah kami jawab. Cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan," sambungnya.
Nah, untuk memahami dengan lebih jelas apa itu silent majority, berikut ulasannya yang telah dirangkum detikSulsel.
Yuk disimak!
Pengertian Silent Majority
Mengutip dari Political Dictionary, dijelaskan bahwa istilah silent majority atau yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan "mayoritas diam", mengacu pada sekelompok besar pemilih yang merasa terpinggirkan, dibungkam, atau kurang terlayani oleh sistem politik.
Kelompok ini diasumsikan mempunyai kemampuan yang sangat besar untuk mempengaruhi hasil suatu pemilu ketika mereka memberikan suara secara massal.
Sementara itu, mengutip dari Merriam-Webster, silent majority ini adalah bagian terbesar dari populasi suatu negara yang terdiri atas orang-orang yang tidak terlibat aktif dalam politik dan tidak mengungkapkan pendapat politiknya di hadapan umum.
Asal-usul Istilah Silent Majority
Dalam Political Dictionary, disebutkan bahwa istilah silent majority ini pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya untuk menjadi presiden pada tahun 1919 di Amerika Serikat. Namun, jauh sebelum itu istilah ini pernah digunakan untuk merujuk pada semua orang yang telah meninggal dunia dalam sejarah umat manusia.
Hakim Mahkamah Agung John Marshall Harlan pada tahun 1902: "...para kapten hebat di kedua sisi Perang Saudara kita telah lama beralih ke mayoritas yang diam, meninggalkan kenangan akan keberanian mereka yang luar biasa."
Istilah silent majority kemudian mulai mendapatkan perhatian yang nyata pada tahun 1960-an. Richard Nixon menggunakan istilah tersebut sebagai cara untuk menggalang semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena ketidakpuasan mereka terhadap pemilu, Perang Vietnam, dan politik secara umum.
Nixon menggunakan istilah silent majority untuk menarik sejumlah pemilih yang menurutnya mendukungnya meskipun hal itu tidak tercermin dalam jajak pendapat atau oleh kaum intelektual politik.
Pada saat itu, kelompok silent majority ini diasosiasikan dengan kelas pekerja kulit putih di Amerika. Dan kelompok tersebut ternyata menjadi bagian penting dalam terpilihnya kembali Nixon.
Selama 50 tahun sejak Nixon, istilah ini digunakan untuk menggambarkan sekelompok pemilih yang sikapnya tidak dianggap populer atau trendi.
Silent Majority dalam Pemilu
Mengacu pada penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa silent majority adalah masyarakat dalam kelompok besar yang tidak terang-terangan menyatakan dukungannya kepada salah satu pasangan calon (paslon). Kelompok ini memilih tidak mengungkapkan dukungan mereka secara terbuka.
Karena jumlahnya yang besar atau mayoritas, kelompok ini memiliki kekuatan untuk menjadi penentu dalam menentukan hasil pemilihan. Kandidat yang berhasil menarik dukungan dari kelompok silent majority ini akan memiliki peluang menang yang lebih besar dalam pemilihan karena mereka mewakili suara mayoritas yang diam.
Nah, demikianlah penjelasan tentang apa itu silent majority serta asal-usulnya. Bagaimana menurut detikers?
(urw/edr)