Apakah detikers pernah memakai pengering tangan setelah mencuci tangan di toilet umum? Alat pengering tersebut bekerja mengeluarkan udara panas sehingga efektif membuat tangan cepat kering.
Namun di balik manfaatnya tersebut, rupanya pengering tangan ini justru bisa menyemprotkan kembali mikroba ke kulit kita.
Melansir dari detikEdu, hal tersebut dibuktikan dari eksperimen yang dilakukan oleh Zita Nguyen, remaja 16 tahun asal duPont Manual High School di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Dalam penelitiannya tersebut, dia menemukan fakta bahwa mikroba bisa berkembang biak di dalam alat pengering tangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal ini bisa terjadi pada beberapa toilet umum yang tidak memiliki penutup di bagian klosetnya. Akibatnya, ketika membilas selepas membuang air, kuman dari limbah akan tersemprot ke udara.
Eksperimen serupa juga pernah diuji oleh beberapa ilmuwan dari Universitas Colorado Boulder. Mereka memasang laser hijau di atas kloset tanpa penutup, meredupkan lampu, dan menyiram kloset.
Hasilnya, gumpalan aerosol menyemprot ke udara berisi partikel yang dapat menularkan penyakit. Partikel tersebut berasal dari urin, feses, juga patogen berbahaya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Partikel-partikel berbahaya tersebut rupanya bisa ditarik ke dalam pengering tangan listrik yang kerap dipasang pada dinding toilet. Selanjutnya, mesin pengering yang mengeluarkan udara hangat membuat mikroba nyaman untuk berkembang biak.
"Tangan yang baru dicuci akan terkontaminasi bakteri yang tumbuh di dalam mesin tersebut," kata Zita dikutip dari Science News Explores.
Isi dalam Pengering Tangan di Toilet
Zita menjelaskan penelitian yang dilakukannya terinspirasi dari perkembangbiakan virus SARS-CoV-2 yang menjadi biang kerok pandemi COVID-19. Ia mengeksplorasi idenya dengan pengering tangan di toilet umum.
"Apakah mengeringkan tangan lebih jauh dari mesin bisa mengurangi jumlah kuman yang kembali ke kulit?" ungkapnya.
Dalam eksperimennya, Zita menggunakan tiga metode berbeda dengan alat pengering tangan di toilet umum mall dan tempat pengisian bensin. Setiap peserta yang ikut dalam eksperimen ini mencuci tangan dengan sabun dan air.
Setelah mencuci tangan, mereka diminta mengeringkan tangan menggunakan salah satu dari tiga metode. Ada yang mendekatkan tangan mereka ke mesin dengan jarak 13 sentimeter, 30 centimeter, dan hanya dengan tisu.
Agar hasilnya semakin mayakinkan, uji coba ini dilakukan sebanyak 20 kali. Setelah tangan mereka dikeringkan, Zita akan menyekanya untuk mencari kuman.
Zita melakukannya dengan menggosokkan kapas dan diletakkan ke cawan petri yang berisi nutrisi pemacu pertumbuhan mikroba. Cawan petri tersebut kemudian diletakkan di inkubator selama tiga hari dengan suhu dan kelembaban yang telah diatur.
Setelah tiga hari, Zita menemukan hasil yang mengerikan. Cawan petri tertutup bercak putih pucat yang dinilai sebagai koloni jamur. Berdasarkan temuan tersebut, Zita menyimpulkan bakteri dan jamur mungkin hadir di pengering tangan toilet.
Sebagai perbandingan, cawan yang berasal dari tangan yang dikeringkan dengan tisu dan berjarak lebih jauh dari hand dryers menampilkan 50 koloni mikroba. Sementara cawan dari tangan yang diletakkan dekat pengering udara panas memiliki rata-rata lebih dari 130 koloni.
Penelitian ini membuktikan bahwa pengering tangan di toilet umum bisa menjadi tercemar sehingga tangan bisa kembali penuh mikroba meski baru mencucinya.
Penelitian Zita ini memenangkan ajang Regeneron International Science and Engineering Fair (ISEF) yang diadakan Society for Science. Ajang sains ini dilakukan setiap tahun sejak tahun 1950 dan diikuti oleh siswa SMA dari 64 negara.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Di tahun 2018, para peneliti dalam jurnal Mikrobiologi Terapan dan Lingkungan (Applied and Environmental Microbiology) juga pernah melakukan eksperimen yang selaras dengan penemuan Zita. Mereka melakukan eksperimen dengan mengamati 36 kamar mandi di Fakultas Kedokteran Universitas Connecticut, Amerika Serikat.
Para peneliti mengumpulkan sampel koloni di cawan petri dari udara kamar mandi dan udara di bawah pengering tangan. Dari hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa udara kamar mandi rata-rata menghasilkan kurang dari satu koloni.
Sementara itu, udara yang ada di bawah pengering tangan selama 30 detik bisa menghasilkan 18-60 koloni mikroba per cawan petri. Akan tetapi, dalam penelitian ini mereka tidak bisa menentukan apakan hand dryers benar-benar menampung bakteri atau hanya menyedotnya lalu mengeluarkan kembali.
Salah satu solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan memasang filter HEPA atau penyaring untuk udara yang dirancang dapat menahan debu atau partikel lain sampai ukuran mikron bisa jadi solusi. Mereka juga telah menguji dan terbukti filter tersebut bisa mengurangi jumlah bakteri secara signifikan pada alat pengering tangan.
(urw/urw)