Sekelompok ilmuwan berhasil menemukan bukti keberadaan sejumlah organisme mikroskopis yang secara aktif memakan virus. Organisme tersebut dinamakan virovore.
Dilansir dari detikInet, Jumat (6/1/2023), meskipun virovore yang ditemukan itu merupakan organisme pemakan virus pertama yang pernah didokumentasikan, kemungkinan banyak virovore lainnya yang belum diketahui.
Secara sederhana, virus adalah paket materi genetik yang sangat kecil. Sebenarnya virus dapat melakukan banyak fungsi biologis, seperti menggandakan diri. Namun untuk bisa melakukan itu mereka perlu menginfeksi dan mengambil alih mesin sel milik organisme lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keadaan yang menyerupai parasit tersebut menyebabkan perdebatan mengenai apakah virus harus dianggap sebagai makhluk hidup masih terus berlanjut.
Dikutip dari Gizmodo, penyelidikan mengenai apakah virus bisa dipertimbangkan sebagai makhluk hidup pertama kali dilakukan oleh para peneliti di University of Nebraska-Lincoln.
Dalam penelitian sebelumnya, tim peneliti ini sangat akrab dengan chlorovirus, yaitu virus yang berlimpah di air tawar yang menginfeksi ganggang hijau. Para peneliti ini penasaran apakah organisme penghuni air tertentu benar-benar mengandalkan virus sebagai sumber energi.
Untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, para peneliti mengumpulkan sejumlah sampel air tambak. Kemudian mereka mereka memindahkan sebanyak mungkin jenis makhluk mikroskopis ke dalam air yang telah dikumpulkan tersebut.
Selain itu, para peneliti juga memasukkan klorovirus dalam jumlah besar ke dalam air, kemudian membiarkannya selama satu hari untuk melihat apakah ada yang berubah.
Pada akhir Percobaan yang dilakukan, para peneliti mengidentifikasi Halteria-protozoa, spesies bersel tunggal-yang tampaknya memakan klorovirus yang dimasukkan ke dalam air.
Adanya Halteria tersebut tidak hanya menyebabkan populasi virus, namun di saat yang sama jumlah protozoa tumbuh. Hal tersebut menunjukkan bahwa mikroba menggunakan virus sebagai sumber energi.
Dari percobaan tersebut, peneliti menemukan fakta bahwa Halteria juga tidak tumbuh ketika klorovirus tidak ada.
Kemudian tim menggunakan pewarna hijau berpendar dalam percobaan itu untuk menandai DNA klorovirus sebelum mereka memasuki air. Para peneliti melihat dapat jelas "perut" Halteria menyala setelahnya, yang tampaknya mengkonfirmasi pola makan virus mereka.
Fakta bahwa beberapa makhluk yang lebih kecil berevolusi untuk menelan virus dengan sengaja tidak terlalu mengejutkan. Namun sejauh yang diketahui para peneliti, studi yang dilakukan tersebut adalah yang pertama menunjukkan bahwa beberapa mikroba dapat bertahan hidup hanya dengan virus.
Temuan yang diterbitkan di jurnal Prosiding National Academy of Sciences juga menunjukkan bahwa kemampuan Halteria dalam memberi makan chlorovirus memiliki efektivitas yang sama dengan organisme mikroskopis lainnya yang dapat memberi makan sumber makanan kecil seperti bakteri dan alga.
Para peneliti pun memprediksi Halteria di kolam kecil bisa memakan hingga 10 triliun chlorovirus sehari.
"Virus mengandung hal-hal yang sangat bagus: asam nukleat, banyak nitrogen dan fosfor," kata penulis utama studi, profesor ilmu biologi John DeLong.
Penelitian yang dilakukan tersebut dapat memiliki beberapa implikasi penting. Virus-virus ini sudah diketahui memainkan peran integral dalam lingkungan air tawar mereka, karena mendaur ulang karbon dan nutrisi lainnya, yang secara efektif mencegah energi yang disediakan dari nutrisi ini mencapai bentuk kehidupan lain yang lebih besar.
Namun, jika suatu makhluk hidup memakan virus ini yang kemudian dimakan oleh organisme lainnya yang lebih besar, maka beberapa nutrisi dan energi yang biasanya mereka daur ulang kemungkinan akan naik ke rantai makanan.
"Jika ini terjadi pada skala yang kami pikir bisa terjadi, hal itu akan benar-benar mengubah pandangan kami tentang siklus karbon global," kata DeLong.
DeLong mengatakan, dia bersama timnya juga telah mengidentifikasi mikroorganisme lain di laboratorium yang kemungkinan mampu menjadi virovory.
(urw/asm)