"Sekarang, kalau kita mau naik angkutan umum, di mana saya harus naik? Berapa lama saya menunggu? Banyak sekali faktornya kalau kita bicara kinerja angkutan umum tidak cukup bicara soal kendaraannya saja," ujar Ketua MTI Sulsel Mukhtar Thahir Syarkawi kepada detikSulsel, Jumat (12/1/2024).
Dekan Fakultas Teknik UMI Makassar ini mengaku penempatan halte yang baik dapat mendukung minat masyarakat untuk naik angkutan umum. Apalagi, halte itu terkoneksi satu sama lain dengan rute atau koridor Teman Bus seperti di DKI Jakarta.
"Apalagi kalau kita bicara konektivitas. Dari koridor 2 bisa naik lagi koridor 3 dan seterusnya. Kalau terkoneksi, itu lebih bagus lagi. Kalau Anda naik angkutan umum Jakarta satu kali, bisa kemana-mana. Kalau itu bisa dilakukan dengan baik maka orang akan naik," ungkapnya.
Mukhtar menilai penempatan dan kondisi halte Teman Bus di Makassar saat ini belum dalam kondisi prima. Apalagi antara satu halte ke halte lainnya di banyak rute belum terintegrasi dengan baik.
"Haltenya juga belum siap. Kalau di haltenya bagus, ada TV, ada apa, pasti banyak. Ini yang harus dikerjakan untuk mendorong budaya angkutan umum. Apalagi di Makassar ini," bebernya.
Dia lalu menyitir sebuah riset terkini yang membahas soal transportasi layanan angkutan umum. Hasil riset itu, kata dia, menunjukkan kota yang baik adalah kota yang warganya tidak mengeluarkan biaya transportasi lebih 20 persen dari total pendapatannya.
"Dalam penelitian yang bagus itu, sebuah kota yang baik kalau orang yang pakai kendaraan pribadi maupun umum, pengeluarannya tidak lebih dari 20 persen pendapatan," jelasnya.
"Misalnya, punya gaji Rp 1 juta, nah, Rp 200 ribu itu digunakan untuk tranportasi. Jadi begitu kalau kota yang baik," lanjut Mukhtar.
Di sisi lain, dia mengatakan angkutan layanan umum dapat mengurai kemacetan di kota metropolitan, termasuk Kota Makassar. Sehingga, Mukhtar menyebut revitalisasi kondisi halte dan integrasi rute dari setiap halte sangatlah penting.
"Tapi akibat macet, berapa hitungan biaya yang keluar? Itu nda bisa dibandingkan. Kalau orang pakai angkutan pribadi, berapa biaya untuk bensin? Karena angkutan pribadi hanya bisa membawa 1-7 orang. Sementara angkutan umum bisa membawa 20-30 orang. Jadi kalau kita bicara angkutan umum, nda bisa itu hanya persoalan subsidinya saja (tapi pengaturan haltenya juga)" pungkas Mukhtar.
Sebelumnya, MTI Sulsel menyoroti 2 koridor Teman Bus di Makassar yang disetop gegara subsidi dicabut oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Pihaknya juga menyindir soal tanggung jawab pemerintah untuk menyediakan layanan angkutan umum.
"Pemerintah harus bertanggung jawab mensubsidi semuanya. Tidak boleh tidak. Karena mau banyak isinya atau tidak, itu tidak boleh diberhentikan. Tidak bisa mandiri itu kalau angkutan umum massal," kata Mukhtar, Kamis (11/1).
Seperti diketahui, 2 koridor Teman Bus Makassar telah disetop operasionalnya. Ada 34 armana Teman Bus yang dikembalikan ke pangkalan dan rencananya akan dialihkan ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
(asm/sar)