Pakar Hukum Kejahatan Internasional dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Abdul Maasba Magassing menyesalkan ketiga calon presiden (capres) tidak mengupas tuntas isu ASEAN saat debat ketiga Pilpres 2024. Maasba menyayangkan persoalan itu hanya disinggung sepintas.
Maasba awalnya menjelaskan bahwa dari segi politik luar negeri ada 2 konteks wilayah hukum yang perlu dibahas yakni regional dan global. Lebih jauh lagi kata dia, ada konteks multilateral terutama dalam konteks kerja sama atau bilateral.
"Ada yang namanya pengelompokan negara atau organisasi internasional, katakanlah misalnya ASEAN, kemudian ada misalnya antara Indonesia dengan Uni Eropa itukan dalam konteks bilateral," ujar Maasba kepada detikSulsel, Minggu (7/1/2024) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maasba berharap para capres menguliti soal hukum organisasi internasional. Sayangnya, kata dia, isu ini tidak muncul meski sepintas disebutkan oleh Capres nomor urut 1 Anies Rasyid Baswedan dan tidak ditanggapi lebih jauh oleh Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Capres Nomor urut 3 Ganjar Pranowo.
"Saya akan soroti, kok paslon 02 sama 03 awalnya tidak menyinggung soal ASEAN. Saya kebetulan mengajar tentang hukum organisasi internasional, itu yang saya tunggu-tunggu, tapi tidak muncul. Jadi apakah ASEAN ini tidak penting dalam benak para calon presiden kita, satu-satunya capres, hanya 01 saya kira yang sempat menyebut ASEAN," jelasnya.
Dia melanjutkan, ASEAN sangat penting bagi Indonesia. Apalagi Indonesia sebagai leader, yakni sebagai ketua ASEAN usai meneruskan estafet dari negara Kamboja.
"Apa peran Indonesia? Itu harusnya dimunculkan di situ bahwa dari ASEAN kita bisa muncul sebagai alasan ke forum global," jelasnya.
Maasba menambahkan, ASEAN banyak bekerja sama dengan Amerika, Selandia Baru, Uni Eropa, Australia, Jepang, dan negara maju lainnya. Terlebih masih banyak jenis kejahatan internasional yang mesti diselesaikan di internal ASEAN.
"Dalam konteks ASEAN intern, baru-baru ini dalam KTT ASEAN yang dilakukan di NTT mereka sepakat ada 9 jenis kejahatan yang harus serius mendapat perhatian dari negara-negara yang ada di ASEAN ini," katanya.
"Misalnya perdagangan orang atau penyelundupan organ manusia, kalau ini terjadi di negara-negara ASEAN pasti larinya ke negara tetangga. Misalnya Ginjal itukan Kamboja, judi online itukan orang Indonesia yang ada di Vietnam," sambung Maasba.
Belum lagi, kata dia, soal isu berkembang saat ini bahwa Indonesia dituding menjual senjata ke lawan militer Myanmar. Dia menekankan, hal itu dilarang oleh ASEAN dan negara-negara di internasional.
"Kalau menurut saya harusnya ada satu pertanyaan bagaimana pandangan mereka dalam memaknai ASEAN ini. Itu satu kritik saya. Kan konon katanya ada perdagangan senjata juga ditengarai adanya pihak Indonesia yang menjual ke Myanmar kepada lawan militer di sana, itukan tidak boleh," jelasnya.
"Jadi saya melihat kenapa ASEAN ini tidak mendapat porsi padahal ini sangat strategis apalagi Indonesia ketuanya. Apalagi dalam ASEAN masih ada masalah besar seperti di Myanmar. Dari ASEAN ini bisa bergerak ke global," sesal Maasba.
Maasba juga menyoroti sikap Prabowo Subianto yang dianggap selalu menghindar dari substansi pertanyaan saat menjawab. Khususnya pada saat Anies menanyakan soal standar etika seorang pemimpin ke Prabowo.
"Ada satu pernyataan (Prabowo) bahwa Anda (Anies) tidak berhak untuk bicara tentang etik, itukan tidak boleh sebenarnya. Sebagai dosen, tentu kalau menurut ukuran saya, tidak boleh ada sanggahan seperti itu. Jawablah juga secukupnya kalau memang tidak terlalu menguasai arena," kata Maasba.
Sementara Maasba menyebut penampilan Ganjar tampil cukup meyakinkan untuk isu pertahanan nasional. Hanya saja kurang mendalam pada saat berbicara soal gagasan kancah internasional.
"Kesan saya untuk nomor 3 saya kira bagus, artinya kalau pun pada awalnya dia berbicara tentang perang Indonesia dalam konteks keamanan saya kira namanya mantan Gubernur dia banyak memberi gagasan," jelasnya.
"Tetapi ketika berbicara kancah internasional saya lihat awalnya 03 itu menitik beratkan pada masalah-masalah keamanan internal, agak kurang dalam konteks internasional," ujar Maasba.
Sementara itu dia menilai Anies tampil konsisten selama debat, dari segi penyampaian gagasan secara lugas. Dia menilai Anies juga cukup menguasai materi dari tema debat.
"Calon 01 saya kira menilainya top performance dan konsisten. Artinya dari awal penampilan tidak ada yang berubah, dari segi argumentasi, kesiapan data dan sebagainya saya kira cukup bagus," ujarnya.
Sementara Prabowo, lanjutnya, tampil emosional. Menurut Maasba, seorang capres harusnya tidak mempertontonkan sikap emosional.
"Kemudian 02 agak emosional, itu seharusnya tidak dipertontonkan sebagai calon presiden kemudian," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Anies Sentil Ganjar Tak Singgung ASEAN
Sebelumnya diberitakan, Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, menjawab capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, yang bicara mengenai sikap Indonesia dalam konflik Laut China Selatan (LCS). Anies menyentil Ganjar yang tidak menyebut ASEAN ketika menjawab pertanyaan.
"Jawaban Pak Ganjar tidak ada satu pun menyebut kata ASEAN, padahal kata kuncinya dalam menyelesaikan persoalan ini adalah ASEAN, dan Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN, pendiri ASEAN, Indonesia harus kembali menjadi pemimpin ASEAN yang dominan, bukan sekadar hadirin dalam summit-summit ASEAN," ujar Anies dalam debat pilpres dilansir dari detikNews, Minggu (7/1).
Menurut Anies, Indonesia harus menjangkau semua negara ASEAN yang kemungkinan menjadi pintu masuk bagi China dalam konflik Laut China Selatan. Dia menyebut Indonesia harus mengambil kesepakatan dengan negara ASEAN.
"Kita menjangkau semua dan negara-negara ASEAN yang sekarang ini menjadi pintu masuk bagi kekuatan Tiongkok misalnya di Laut Cina Selatan, apakah itu Laos, apakah itu Myanmar sekarang, itu akan menjadi bagian dari kesepakatan ASEAN terhadap wilayah Laut China Selatan," ucapnya.
Sentilan Anies itu sempat dijawab Ganjar saat sesi debat. Ganjar mengatakan pengambilan keputusan di ASEAN sulit, sehingga dia berjanji akan melakukan revitalisasi jika menang Pilpres 2024.
"Saya tahu persis pengambilan keputusan di ASEAN itu rumitnya minta ampun, karena harus dengan konsensus, maka kenapa banyak persoalan tidak selesai. Di situlah ketika kemudian amanah yang diberikan kepada saya, revitalisasi ASEAN, agar kemudian pengambilan keputusannya tidak bulat," ujar Ganjar.