Pakar HI Unhas Soroti Capres Sibuk Debat Alutsista Tapi Lupakan Human Security

Pakar HI Unhas Soroti Capres Sibuk Debat Alutsista Tapi Lupakan Human Security

Sahrul Alim - detikSulsel
Senin, 08 Jan 2024 12:00 WIB
Capres nomor 2 Prabowo Subianto menyebut nama capres nomor urut 1 Anies Baswedan saat debat ketiga Pilpres 2024. Anies mengacungkan kedua jari telunjuknya merespons Prabowo.
Foto: Debat ketiga Pilpres 2024. (Anggi Muliawati/detikcom)
Makassar -

Akademisi dari Departemen Hubungan Internasional (HI) Unhas Ishaq Rahman menyoroti debat ketiga Pilpres 2024 yang hanya membahas alat utama sistem senjata (alutsista). Ishaq menyayangkan isu human security atau keamanan manusia justru dilupakan oleh ketiga capres.

"Para kandidat sibuk bicara alutsista, mengenai personel militer, mengenai diplomasi, tetapi ada satu hal yang dilupakan, yaitu isu human security atau keamanan manusia," ujar Ishak kepada detikSulsel, Minggu (7/1/2024) malam.

Wakil Ketua Asosiasi Ilmuwan Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) ini menekankan, human security sudah menjadi isu keamanan dunia. Ishaq justru heran baik Anies Baswedan, Prabowo Subianto hingga Ganjar Pranowo tidak membahas persoalan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang itu kalau isu keamanan global kita sekarang ada pergeseran dari keamanan tradisional ke keamanan manusia atau human security," tuturnya.

Ishaq mengatakan, ada beberapa fokus yang patut menjadi perhatian terkait isu human security. Fokus yang dimaksud, di antaranya kelangkaan energi, kelangkaan pangan, hingga keamanan dalam berpolitik dan lingkungan.

ADVERTISEMENT

"Itu saya lihat kurang didalami baik oleh panelis dalam pertanyaannya maupun oleh para kandidat capres," ujar Ishaq.

Ishaq turut menyoroti Anies yang dinilai kurang update khususnya soal promosi kebudayaan dan isu di ASEAN. Pasalnya, gagasan Anies untuk isu tersebut telah lama digencarkan oleh pemerintah.

"Terus terang untuk hal yang sifatnya substantif berkaitan dengan tema debat saya melihat Anies sepertinya agak kurang update karena beberapa usulan dia itu sebenarnya hal-hal yang sudah dilakukan pemerintah saat ini," tambahnya.

Salah satu contohnya, lanjut Ishaq, promosi kebudayaan sudah dilakukan para diplomat Indonesia. Menurutnya, Indonesia selama ini cukup progresif pada diplomasi publik yang mengedepankan unsur-unsur kebudayaan

"Kelihatannya dia (Anies) kurang informasi bahwa beberapa hal yang dikemukakan itu sudah dilakukan oleh Kementerian Luar Negeri kita selama ini," kata Ishaq.

Sementara untuk konflik Laut China Selatan, Ishaq menilai Ganjar lebih strategis. Ketika Anies mengusulkan persoalan itu harus menggunakan mekanisme ASEAN, Ishaq menganggap usulan itu justru menunjukkan jika Anies tidak paham rumitnya pengambilan keputusan di ASEAN.

"Karena selama ini Indonesia sudah berusaha cukup berkeras untuk membangun kesepahaman di ASEAN untuk bisa bersama-sama menghadapi isu eksternal yang sama. Tetapi itu sulit sekali dibangun. Jangankan isu eksternal, isu internal saja misalnya seperti kasus Rohingya ASEAN itu tidak bisa sepakat. Justru saya lihat Ganjar kayaknya lebih paham mengenai mekanisme itu," imbuhnya.

Untuk diketahui, debat ketiga Pilpres 2024 ini digelar di Istora Senayan pada Minggu (7/1) malam. Debat tersebut mengusung tema terkait isu pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik dan politik luar negeri.

Capres Bahas Alutsista Saat Debat

Dalam debat tersebut, Capres nomor urut 1 Anies sempat menyinggung pembelian alutsista bekas di Kementerian Pertahanan (Kemhan). Anies turut mengingatkan pentingnya soal belanja alutsista tanpa melibatkan korporasi.

"Dengan begitu, maka bukan saja anggarannya efisien, tapi tidak bocor di dalam belanja alutsista," kata Anies dilansir dari detikNews, Minggu (7/1).

Sementara Ganjar justru mengedepankan pengadaan alutsista dari dalam negeri. Ganjar juga menyinggung belanja alutsista tidak menimbulkan utang.

"Jadi mohon maaf, kaitannya dengan utang, no utang, no usang. Sehingga alutsista kita betul-betul kita lakukan transfer of technology dari dalam negeri," kata Ganjar.

Sementara Prabowo menjawab soal alutsista bekas yang disinggung capres lain. Dia mengatakan alat perang dinilai dari usia pakai.

"Jadi, alat perang itu usianya kurang lebih 25 sampai 30 tahun, pesawat terbang dan kapal perang dan sebagainya. Jadi, bukan soal bekas dan tidak bekas, tapi usai pakai, kemudaan," ucap Prabowo.

Prabowo kemudian mencontohkan pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar yang hendak dibeli Kemhan. Dia mengatakan usai pesawat itu baru 15 tahun.

"Pesawat, umpanya Mirage 2000-5 yang ada di Qatar, yang rencananya kita ingin akuisisi, itu usia pakainya masih 15 tahun," jelasnya.




(sar/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads