Dakwah, khutbah, dan tabligh adalah hal yang umum dalam Islam. Ketiganya memiliki kesamaan sebagai cara untuk mengajak dan menyampaikan ajaran kebaikan kepada umat muslim.
Kendati demikian, dakwah, khutbah dan tabligh pun memiliki perbedaan. Masing-masing memiliki pengertian dan cakupan sendiri-sendiri.
Misalnya saja dakwah, ternyata pengertian dan cakupannya lebih luas dibanding khutbah dan tabligh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa perbedaan antara dakwah, khutbah dan tabligh? Berikut penjelasan selengkapnya.
Perbedaan Dakwah, Khutbah, dan Tabligh
Dikutip dari Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas XI SMA/K yang diterbitkan oleh Kemdikbud dijelaskan sejumlah perbedaan dari dakwah, khutbah dan tabligh.
Dibanding khutbah dan tablig, cakupan dakwah itu lebih luas, seluas segala aspek kehidupan setiap muslim. Dakwah tidak mesti berbicara dan berceramah, tetapi melakukan perbuatan sehari-hari yang mencerminkan tata nilai Islam, bahkan diam pun demi menegakkan kebenaran, dapat juga dikategorikan sebagai bagian dari dakwah.
Dakwah
Merujuk arti bahasa, kata "dakwah" merupakan mashdar (kata dasar) dari kata da'a yang mempunyai arti mengajak, memanggil, dan menyeru untuk hal tertentu. Orang yang melakukan pekerjaan dakwah disebut dai (laki-laki) dan daiyah (perempuan).
Jika ditinjau dari makna istilah, ada beberapa pengertian dakwah, yaitu:
- Setiap kegiatan yang mengajak, menyeru, dan memanggil orang atau kelompok orang untuk beriman kepada Allah SWT. sesuai dengan ajaran akidah (keimanan), syariah (hukum) dan akhlak Islam.
- Kegiatan mengajak orang lain ke jalan Allah SWT. secara lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari supaya mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Kegiatan mengajak orang-orang untuk mengamalkan ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari.
- Seruan atau ajakan kepada keinsafan atau usaha untuk mengubah agar keadaannya lebih baik lagi, baik sebagai pribadi maupun masyarakat.
Tersimpul dari pengertian tersebut, dakwah adalah mengajak orang lain untuk meyakini kebenaran ajaran Islam dan mengamalkan syariat Islam, agar tercapai pola hidupnya lebih baik, sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah tidak hanya berupa tabligh, khutbah, dan majelis taklim.
Dakwah cakupannya sangat luas, seluas kehidupan setiap muslim. Dakwah tidak mesti berbicara dan berceramah, tetapi setiap perbuatan sehari-hari yang mencerminkan tata nilai Islam, seperti berpakaian menutup aurat, tidak menyontek saat ujian, berbicara yang santun yang sopan, menghindari berita hoax, rajin bersilaturahmi, semua itu sudah bagian dari dakwah.
Keberhasilan dakwah sangat ditentukan oleh amaliah dan akhlakul karimah yang dipantulkan dari setiap muslim, apalagi yang berprofesi menjadi dai atau daiyah, tentu banyak faktor lain yang memengaruhi. Menjadi hal yang aneh, jika seorang dai tidak mengamalkan apa yang disampaikan, dan tidak satunya kata dengan perbuatan.
Faktor tersebut yang kini banyak menjangkiti para dai, sehingga hasil dakwah tidak banyak memberi pengaruh positif dalam perbaikan kualitas keberagamaan masyarakat, apalagi jika dikaitkan dengan gejala munculnya para dai yang dibesarkan oleh media, misalnya para dai yang biasa dipanggil dengan sebutan ustad seleb (Perhatikan kandungan isi Q.S. ash-Shaf/61: 2-3).
Dalil Perlunya Dakwah
Tentang pentingnya dakwah, telah disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur'an, sebagai berikut:
"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S. Ali 'Imrān/3: 104)
Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa Q.S. Q.S. al-Nahl/16: 125, Q.S. al-Hajj/22: 67, Q.S. al-Qashash/28: 87 yang isinya tentang segala yang terkait dengan dakwah.
Dakwah itu bagian kehidupan beragama. Ia merupakan kewajiban agama bagi para pemeluknya. Itulah sebabnya, dakwah bukan sekadar dari inisiatif pribadi, tetapi harus ada sekelompok orang (tha'ifah) yang menjadi juru dakwah.
Wujud dakwah juga bukan hanya usaha peningkatan kapasitas keberagamaan, tetapi harus menembus aspek kehidupan. Sehingga gerakan dakwah mencakup aspek ekonomi, sosial, politik, dan keamanan.
Melalui pemahaman tersebut, dakwah harus menyasar ke banyak aspek kehidupan. Misalnya harus menyentuh di bidang politik; mengentaskan kemiskinan; memberdayakan lembaga pendidikan, menekan angka DO (Drop Out) atau bantuan beasiswa; mengedukasi masyarakat agar saling membantu dan bekerja sama, termasuk juga terlibat aktif dalam memerangi ujaran kebencian dan berita-berita hoax.
Adab Berdakwah
Adab atau etika dakwah yang harus diperhatikan, antara lain:
- Dakwah dengan cara hikmah, yaitu ucapan yang jelas, tegas, dan sikap yang bijaksana.
- Dakwah menggunakan cara mauidzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara-cara persuasif (damai dan menenteramkan, tanpa kekerasan) dan edukatif (memberikan pengajaran, i'tibar dan pelajaran hidup).
- Dakwah dengan cara mujadalah, yaitu diskusi atau tukar pikiran yang berjalan secara dinamis dan santun dengan menghargai pendapat orang lain.
- Dakwah melalui teladan yang baik (uswatun hasanah).
Allah Swt. berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (Q.S. an-Nahl/16: 125)
Media Dakwah
Penggunaan media dakwah tentu menjadi hal yang niscaya, apalagi kondisi masyarakat modern yang ingin serba cepat, canggih, dan mudah. Sebab itu, media dakwah yang digunakan mencirikan zamannya, tidak konvensional, apalagi hanya sekadar ceramah dan mengumpulkan massa dalam jumlah yang besar, setelah itu bubar tanpa bekas.
Meskipun demikian, media dakwah yang dapat dipakai bisa dalam bentuk yang paling sederhana, misalnya terbatas pada media lisan dan tulisan, tetapi semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, media dakwah pun semakin lengkap, beragam, multi aspek dan sektor, serta memiliki daya jangkau yang semakin luas.
Selanjutnya, media dakwah untuk masa kini dapat menggunakan:
- Media elektronik, beragam media sosial, TV, radio dan internet.
- Media cetak, antara lain: buku, jurnal, surat kabar, majalah, spanduk, brosur, pamflet dan lain sebagainya.
Khutbah
Merujuk makna bahasa, ada beberapa pengertian khutbah, yakni:
- Kata khutbah jika berasal dari kata mukhathabah berarti "pembicaraan"
- Jika berasal dari kata "al-khatbu" (berarti "perkara besar yang diperbincangkan")
- Khutbah dapat juga bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan ibadah
Sementara, jika ditinjau dari pengertian istilah, khutbah adalah:
- Menyampaikan pesan tentang taqwa sesuai dengan perintah Allah SWT dengan syarat dan rukun tertentu;
- Kegiatan nasihat yang disampaikan kepada kaum muslim dengan syarat dan rukun tertentu yang erat kaitannya dengan sah atau sunnahnya ibadah, sedangkan orang yang melakukan khutbah dikenal dengan istilah khatib.
Umumnya, pelaksanaan khutbah, jika dikaitkan dengan shalat, dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
- Khutbah yang dilakukan sebelum shalat, misalnya Khutbah Jum'at.
- Khutbah yang dilakukan sesudah shalat, misalnya Khutbah Shalat 'Idain (Idul Fitri dan Idul Adha), Shalat Khusuf (Gerhana Bulan) dan Shalat Kusuf (Gerhana Matahari), Shalat Istisqa' (shalat minta hujan), dan khutbah saat Wukuf di Padang Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah).
- Khutbah yang tidak berkaitan dengan shalat, misalnya Khutbah Nikah.
Di antara beragam jenis khutbah, ada hal yang terpenting untuk diketahui, yakni Khutbah Jum'at. Sebab, Khutbah Jumat memerlukan rukun yang harus dipenuhi agar ibadahnya menjadi sah, dan sesuai dengan aturan.
Jika, salah satu rukun tidak terpenuhi, maka khutbahnya tidak sah. Sejalan dengan itu, Khutbah Jumat itu terdiri dari 2 bagian: Khutbah Pertama, dan Khutbah Kedua, yang di antara keduanya dipisahkan dengan duduk di antara dua khutbah.
Rukun Khutbah
- Membaca Hamdalah pada kedua Khutbah.
- Membaca Shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Berwasiat tentang taqwa kepada diri dan jamaah.
- Membaca satu atau beberapa ayat suci Al-Qur'an pada kedua khutbah. Ayat yang dibaca biasanya disesuaikan dengan topik yang akan disampaikan.
- Berdoa pada khutbah kedua untuk memohon ampunan, kesejahteraan, dan keselamatan bagi kaum muslimin dan muslimat baik di dunia maupun akhirat.
Sunnah Khutbah
- Khatib memberi salam pada awal khutbah, dan menghadap ke arah jamaah.
- Khutbah disampaikan di tempat yang lebih tinggi (di atas mimbar).
- Khutbah disampaikan dengan kalimat yang jelas, sistematis dan temanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi aktual yang saat itu terjadi.
- Khatib hendaklah memperpendek khutbahnya, jangan terlalu panjang, sebaliknya Shalat Jum'atnya saja yang diperpanjang.
- Khatib disunnahkan membaca Q.S. al-Ikhlas saat duduk di antara dua khutbah.
- Khatib menertibkan rukun-rukun khutbah, yaitu dimulai membaca hamdalah sampai rukun yang terakhir, yakni berdoa untuk kaum muslimin.
Tabligh
Menurut tinjauan bahasa, kata tabligh berasal dari kata ballagha yang artinya menyampaikan atau memberitahukan pesan atau ceramah secara lisan atau perkataan. Makna lainnya adalah ceramah yang tidak disertai dengan rukun seperti khutbah.
Bukan sekadar ceramah atau pesan biasa, tetapi sebuah ceramah yang sumbernya dari ajaran Islam yang disampaikan kepada satu orang atau banyak orang, agar mengamalkan isi pesan tersebut. Disebabkan fokusnya kepada pengamalan isi pesan, maka tabligh harus dikemas agar menarik, tidak membosankan, tidak menggurui, tidak menyimpang dari substansi dan disampaikan secara sopan. Adapun pelaku penyampai
ceramah atau pesan disebut mubalig (laki-laki) atau mubaligah (perempuan).
Namun, jika ditinjau dari pengertian istilah, tabligh memiliki beberapa makna, antara lain:
- Menyampaikan aturan Islam baik dari yang termaktub dalam Al-Qur'an maupun Hadis yang ditujukan kepada umat manusia.
- Menyampaikan ajaran Islam kepada umat manusia untuk dijadikan pedoman agar memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
- Bagian dari dakwah islamiyah dalam bentuk khusus (lisan dan tulisan) untuk disampaikan kepada pihak lain.
- Menyampaikan 'pesan' Allah SWT secara lisan kepada satu orang atau lebih untuk diketahui dan dipahami, lalu diamalkan isinya.
- Sebuah profesi yang dilakukan untuk menyampaikan atau menyiarkan agama Islam kepada umat.
Berdasarkan pengertian tersebut, tersimpul bahwa tabligh merupakan bagian dari dakwah. tabligh lebih banyak berisi pesan atau ceramah lisan dan perkataan, sementara dakwah lebih luas, tidak hanya lisan tetapi juga perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Khusus di Indonesia, konsep tabligh tidak hanya berisi ceramah lisan, tetapi juga berisi kegiatan keagamaan lainnya. Misalnya, masyarakat telah mengenal istilah tabligh akbar yang biasanya dilaksanakan di tempat yang luas dan dihadiri lebih banyak peserta. Serta juga biasanya diisi dengan dzikir bersama, sehingga terjadi perbedaan konsep atau persinggungan makna dan istilah yang dipakai yang tertanam pada benak masyarakat umum.
Dalil Adanya tabligh
"(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah (para rasul yang menyampaikan syariat-syariat Allah kepada manusia), mereka takut kepada-Nya dan tidak merasa takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan." (Q.S. al-Ahzāb/33: 39)
Perhatikan juga isi kandungan dari beberapa ayat Al-Qur'an berikut ini, misalnya Q.S. al-Māidah/5: 99, Q.S. ar-Ra'd/13: 40, dan Q.S. al-Nahl/16: 35 yang isinya tentang tabligh.
Ketentuan tabligh
Ada beberapa ketentuan dan tara cata yang harus diperhatikan, terkait dengan pelaksanaan tabligh, yaitu:
- Dilakukan dengan cara yang sopan, lemah lembut, tidak kasar, dan tidak merusak.
- Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh jamaah.
- Mengedepankan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
- Materi tabligh yang disampaikan harus mempunyai rujukan yang kuat dan jelas sumbernya.
- Disampaikan dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, sejalan dengan situasi dan kondisi masyarakat, termasuk aspek psikologis dan sosiologis para jamaah.
- Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, berselisih, merusak, dan mencari-cari kesalahan orang lain.
Tata Cara tabligh
Tata cara/strategi tabligh harus merujuk teladan Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dalam melaksanakan dakwah atau tabligh. Jika tidak, tabligh yang bertujuan baik, malah berubah menjadikan citra Islam tidak baik, bahkan merusak citra, tentu semua itu harus menjadi kesadaran bersama.
Sejarah Islam pun telah memberi teladan dalam bertabligh, yaitu:
- Mengajak orang terdekat terlebih dahulu, menuju profil muslim yang menyatu antara kata dan perbuatan, lalu mengajak kepada masyarakat luas. Sebab, keluarga merupakan kunci sukses, karena pihak lain akan melihat dulu pribadi dan keluarganya. Perhatikan isi kandungan Q.S. ash-Shaf/61: 2-3, dan Q.S. Luqmān/31: 12-19)
- Dekati pihak lain sesuai dengan kapasitas ilmu dan martabatnya. Karena itu, perlu pendekatan dan strategi yang beragam, apalagi kondisi saat ini yang serba cepat, praktis, dan canggih. Semua itu mengharuskan adanya perubahan dalam tabligh (Q.S. al-Muddatstsir/74}: 1-7).
- Mengajak diri dan pihak lain untuk saling membantu agar tabligh dapat terlaksana dengan baik, bertahap, berkesinambungan, menjangkau semua lapisan masyarakat, serta adanya segmen tabligh yang jelas antara mubalig satu dengan yang lain, sehingga semua lapisan masyarakat terkena sasaran tabligh (Q.S. al-Māidah/5}: 2).
Di samping itu, ada beberapa hal yang patut dijadikan pedoman dalam tabligh, yaitu kekuatan keimanan dan kesabaran. Artinya, kesuksesan tabligh sangat dilandasi kuatnya iman, sekaligus dibarengi adanya pola manajemen yang handal.
Hal ini dapat dicontoh dari cara dan strategi yang dilakukan para Walisongo dan tokoh lainnya dalam menyebarluaskan Islam di Indonesia. Khususnya di pulau Jawa.
Sebagai bagian dari peragaan atau praktik bertabligh, maka ada tahapan langkah-langkah yang harus diikuti, yaitu:
Tahap persiapan
Rujuklah dan pelajari materi tabligh, agar sesuai dengan kebutuhan jamaah atau audiens
Tahap pelaksanaan
Saat tabligh, maka informasi yang disampaikan harus yang praktis, singkat dan serba cepat, dengan tetap mengedepankan bahasa yang sederhana, mengajak jamaah berdiskusi dan mengandalkan logika dan akal sehat, melibatkan juga mata hati, serta menghindari gaya yang menggurui, menekan, apalagi memaksa. Islam itu kebenaran, maka materi tabligh juga harus disampaikan secara terbuka, utuh, dan komprehensif, sehingga jamaah dengan kesadaran sendiri dapat menerima ajaran Islam dan menemukan sendiri kebenaran itu.
Memang cara itu terasa sulit, tetapi sangat elegan dan pantas dikedepankan, karena Islam sendiri hadir bukan di ruang hampa, tetapi sejak awal sudah berhadapan dengan beragam realitas yang umumnya berbeda, dan berdasarkan Sirah Rasulllah Saw., ternyata realitas yang berbeda tersebut mampu diadaptasi, diubah, dan dicegah sehingga sejalan dengan ajaran Islam.
Tercapainya keberhasilan memang perlu waktu, kesabaran yang tinggi, dan menggunakan beragam metode dan strategi, serta mendayagunakan sarana penunjang yang memadai/mendukung.
Jangan lupa hindari upaya memaksa, apalagi menggunakan kekerasan, tidak terkesan menggurui, dan mempertimbangkan juga waktu yang tersedia. Gunakan pula metode yang menyenangkan dengan prinsip 3 F (Fun, Fresh, dan Focus), serta tidak berlebihan dalam menggunakan humor dan jenaka.
Tahap Konsolidasi
Sebagai tahap akhir, upayakan adanya pemantapan pemahaman materi tabligh dalam bentuk kesimpulan atau resume, dan hal-hal apa saja yang harus ditindaklanjuti, biasanya dikenal dengan RTL (Rencana Tindak Lanjut). Hal ini perlu dilakukan agar setiap jamaah ada kesadaran diri untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas amal, dan tidak kalah pentingnya tidak terjadi bias pemahaman bagi jamaah atau audiens, sebelum mengakhiri kegiatan tabligh.
Demikianlah penjelasan tentang perbedaan dan pengertian masing-masing dakwah, khutbah serta tabligh. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/urw)