Derita Warga Usaha Bangkrut gegara Rusuh Pengantar Jenazah Lukas Enembe

Derita Warga Usaha Bangkrut gegara Rusuh Pengantar Jenazah Lukas Enembe

Raymond Latumahina - detikSulsel
Senin, 01 Jan 2024 08:30 WIB
Dewiyani pemilik rumah makan Beringin Utama yang hangus dibakar massa pengantar jenazah Lukas Enembe.
Foto: Dewiyani pemilik rumah makan Beringin Utama yang hangus dibakar massa pengantar jenazah Lukas Enembe. (Raymond Latumahina/detikcom)
Jayapura -

Kerusuhan massa pengantar jenazah mantan Gubernur Papua Lukas Enembe di Kota Jayapura, Papua ditaksir menimbulkan kerugian hingga Rp 2 miliar. Seorang warga bernama Dewiyani bahkan harus memulai dari nol lagi sebab rumah makan miliknya hangus terbakar.

"Kami sudah hitung-hitung ya kalau saya sendiri khususnya Rp 212 juta, ini rumah makan. Maksudnya alat-alat yang saya punya itu," ujar Dewiyani kepada detikcom, Sabtu (30/12/2023).

Dewiyani mengaku dirinya mau tak mau harus memulai usahanya dari nol lagi. Dia juga bingung sebab butuh modal untuk memulai usaha kembali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari nol itu artinya kami harus membeli peralatan baru, mulai dari kompor, sendok, etalase, meja, dan kursi itu," ungkapnya.

Bangunan hangus dibakar massa pengantar jenazah Lukas Enembe di Jayapura.Bangunan hangus dibakar massa pengantar jenazah Lukas Enembe di Jayapura. Foto: (Raymond Latimahuna/detikcom)

Tak sampai di situ, Dewiyani juga masih memiliki kewajiban membayar kredit bank. Kerusuhan saat massa membawa jenazah Lukas Enembe itu jelas membuat bebannya menjadi bertambah.

ADVERTISEMENT

"Apalagi saya maaf ya punya kredit di bank. Jadi punya kredit begini saya jadi mikir, bagaimana ya nanti untuk bayar kredit. Pikiran saya itu aja," keluhnya.

"Ya harapan kami kalau bisa lah ada bantuan walau pun tidak sepenuhnya gitu ya. Ada bantuan dari pemerintah untuk meringankan untuk kami punya beban lah," pintanya.

Kerusuhan Pecah di Kota Jayapura

Massa pengantar jenazah Lukas Enembe diketahui terlibat kerusuhan di Sentani, Kabupaten Jayapura. Insiden serupa terulang dengan eskalasi yang lebih besar saat massa memasuki kawasan Expo Waena, Kota Jayapura, Kamis (28/12) sekitar pukul 17.10 WIT.

Massa yang bertolak dari Sentani tersebut kemudian bertemu dengan massa yang sejak awal menunggu di kawasan Expo Waena. Selanjutnya kedua kelompok massa yang telah bergabung tersebut sama-sama menuju Koya Tengah, Distrik Muara Tami.

Namun sesampainya di Pertigaan Perumnas Waena, massa tiba-tiba terlibat kericuhan. Belum diketahui duduk perkara kericuhan tersebut, namun tampak ada massa yang melempar ke ruko dan bangunan lainnya di sekitar pertigaan.

Kericuhan tersebut terus berlanjut dengan eskalasi yang jauh lebih besar sebab massa melakukan perusakan dan pembakaran terhadap sejumlah ruko di lokasi. Massa juga tak henti melakukan pelemparan.

Detik-detik Rumah Makan Dewiyani Dibakar Massa, simak di halaman berikutnya...

Detik-detik Rumah Makan Dewiyani Dibakar Massa

Dewiyani sendiri awalnya tidak menyangka massa pengantar jenazah Lukas Enembe bertindak anarkis. Hal ini karena Dewiyani menganggap penjagaan aparat juga kurang.

"Itu sebenarnya kalau dilihat tidak menyangka bahwa akan jadi kerusuhan seperti ini. Lagian pada saat itu penjagaan kurang. Kaya tentara persiapan buat mengantisipasi itu kurang," kata Dewiyani.

"Karena prinsip tentara begini untuk apa kita terlalu ketat-ketat menjaga, toh mereka pasti aman. Kita menghargai dan menghormati mereka membawa jenazah," ungkapnya.

Menurut dia, ada dua gelombang massa pengantar jenazah Lukas Enembe yang melintas. Dia menyebut aksi anarkis dilakukan oleh massa gelombang kedua.

"Sebenarnya iring-iringan jenazah dari awal itu aman sampai ke sana. Nah, massa gelombang kedua itu yang datang yang mereka langsung melempar batu, gitu," kata Dewiyani.

Massa simpatisan almarhum Lukas Enembe itu kemudian mulai melempari batu di bangunan yang dilewati. Situasi yang mulai tidak kondusif itu pun membuat Dewiyani lari menyelamatkan diri.

"Karena itu kami semua berlarian ke belakang kan. Sudah pada lemparan batu, bunyi-bunyi semua nih, seng-seng apa semua pada bunyi. Batu-batu gede itu ya, batu-batu besar," imbuhnya.

Dewiyani mengaku sedang berada di lantai 2 rumah makan miliknya. Akibat serangan massa itu, dirinya memutuskan untuk turun ke lantai 1 dan pergi keluar.

"Di situ karena pas mereka melempar, saya kan berada di atas tuh, di lantai 2, saya langsung turun ke bawah," kenangnya.

Dewiyani sempat terjebak sebab area depan rukonya sudah terbakar. Beruntung dia masih mempunyai opsi yakni lewat belakang ruko.

"Nah, ketika turun ke bawah api sudah menjalar, sudah kebakar. Ya sudah kami menyelamatkan diri semua ke belakang," bebernya.

"Semua ini yang tidak disangka. Jadi, karyawan saya itu keluarnya tinggal baju di badan saja," katanya lagi.

Dia mengaku massa pengantar jenazah Lukas juga melempari bangunan menggunakan batu besar. Bahkan, saking besarnya batu itu dilempar menggunakan kedua tangan.

"Enggak, kami semua sudah di luar. Pada saat lemparan batu saya ini kan orangnya pengin tahu. Lemparan mereka caranya bagaimana, rupanya batu-batu besar digotong dua tangan itu dilempar itu," ucapnya.

Halaman 2 dari 2
(hmw/alk)

Hide Ads