Program Kapolrestabes Makassar Kombes Mokhamad Ngajib, Pajama Barakka menuai kritik karena membuka lapangan pekerjaan ke para mantan narapidana. Namun kritikan ini dinilai tidak berdasar.
Koordinator Tim Pajama Barakka Abdul Faisal menyayangkan kritikan tersebut. Dia juga prihatin karena ada tudingan yang menyebut pelaku teror busur di Makassar berasal dari anggota Pajama Barakka.
"(Kami) menyayangkan hal tersebut karena sama sekali tidak sesuai, mari kita membuktikan dengan data yang ada," ujar Abdul Faisal kepada detikSulsel, Kamis (21/12/2023) malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faisal memastikan pelaku teror pembusuran di Makassar bukan dari anggota Pajama Barakka. Hal tersebut dikuatkan karena mantan napi yang tergabung dalam Pajama Barakka sudah mampu mendapatkan penghasilan sendiri dari program Pajama Barakka.
"Kami yang bekerja di Pajama Barakka (cucian Motor) tersebar di 15 titik di Kota Makassar," tutur Faisal.
Faisal menegaskan anggota Pajama Barakka memang para mantan napi. Tapi dia menegaskan hal itu bukan berarti mereka tidak boleh memiliki masa depan yang lebih baik.
"Bukan berarti kami tidak berhak memiliki masa depan yang baik melalui program Polrestabes Makassar dalam hal ini Pajama Barakka (Cucian Motor)," terangnya.
Faisal juga merasa kecewa dengan kritikan terhadap Pajama Barakka. Oleh karena itu ia mengharap ada klarifikasi dari pihak yang menyampaikan kritik, dalam hal ini seorang kriminolog.
"Memang betul 1 pun tidak ada yang sesuai, persoalan dimanjakan, kami pun tidak merasa dimanjakan, kami bekerja dan kami berusaha untuk menjadi lebih baik," pungkasnya.
(hmw/hmw)