Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) menargetkan hasil budi daya pisang cavendish sebanyak 1 miliar pohon bisa diekspor ke empat negara. Kebijakan ekspor komoditas hortikultura itu ditargetkan bisa dilakukan tahun 2025 mendatang.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Sulsel Ahmadi Akil mengatakan target 1 miliar pisang bisa dicapai dalam satu tahun. Pemprov sudah melakukan penanaman di lahan yang tersebar di tiap kabupaten/kota.
"Target Pak Gubernur untuk tahun 2023-2024 adalah 1 miliar pohon dari 500 ribu hektare rencananya akan kita tanam pisang di Sulsel. Jadi target 1 miliar pohon itu yang akan diekspor pada tahun 2025," ucap Ahmadi Akil kepada detikSulsel, Kamis (30/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ahmadi menuturkan saat ini Pemprov tengah fokus memasifkan penanaman bibit pisang. Dia berharap tahun depan sudah ada hasil yang bisa dipanen.
"Ini kan baru proses penanaman mulai sekarang. Jangka waktu panennya pisang itu kan 8 sampai 9 bulan, berarti baru bisa mulai ekspor di triwulan ketiga dan keempat di 2025," katanya.
Ahmadi menegaskan pisang yang ditanam dipilih dari bibit berkualitas tinggi. Hasil panen pisang akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri dan ekspor.
"Sebagian juga akan diolah menjadi industri. Kemarin kan, hasil budi daya pisang itu pasti grade-nya tidak menjadi satu," ucap Ahmadi.
Dia mengatakan budi daya pisang akan diperhatikan grade atau mutunya. Pisang yang dipanen akan dibagi ke berbagai sektor dengan mempertimbangkan kualitasnya.
"Kalau dia grade 1, berarti kualitas ekspor. Grade 2 mungkin untuk regional. Grade 3 dan 4 itu akan diolah menjadi industri. Seperti itu modelnya, jadi tidak semua hasil pisang dari 500 ribu hektare akan diekspor secara keseluruhan," lanjut Ahmadi.
Pemprov Sulsel telah menggandeng PT Cipta Agri Pratama sebagai off taker yang akan menadah dan menjamin harga dari produksi pisang tersebut selama 5 tahun. Petani pisang diimbau tidak risau jika harga menurun sementara produksi melonjak.
"Ini kan belum, baru berproses (untuk kesepakatan harga per tandan pisang). Untuk off taker-nya dengan Pemprov sementara berproses, tetapi harganya flat selama 5 tahun. Jadi jangan khawatir ketika produksi pisang banyak, harganya turun, tidak, jangan khawatir," tegasnya.
Ahmadi mengatakan Pemprov Sulsel juga telah menjalin kerja sama dengan PT Yas Exports International pada Senin (27/11) lalu. PT Yas Exports International ini mengawali rencana ekspor lebih dulu ke wilayah Timur Tengah.
"Jadi yang dikerjasamakan (dengan PT Yas Exports International) kemarin itu adalah antara eksportir buyer yang ada di dunia. (Kerja sama itu) Memperlihatkan bahwa jangan khawatir masyarakat Sulsel, ini sudah ada yang mau beli barangmu," beber Ahmadi.
Namun penjajakan kerja sama ekspor tidak sampai di situ saja, Pemprov Sulsel akan menyasar empat negara sebagai tujuan ekspor pisang. Keempat negara itu, yakni Thailand, Jepang, Malaysia, dan Australia.
"Kita akan buka nanti lagi ke depan lagi direct place (untuk produk hasil budi daya pisang). Itu pesawat argo yang sekarang ini baru terbuka Thailand, Bangkok, sekarang menyusul Jepang, Malaysia, Australia," tutur Ahmadi.
Ahmadi meyakini rencana ini bisa berjalan lancar. Dia sesumbar semua orang di dunia membutuhkan pisang.
"Tidak ada orang di dunia ini yang tidak butuh pisang. Semua butuh pisang. Tidak ada manusia yang tidak butuh pisang. Jadi besar peluangnya," ujarnya.
Ahmadi menambahkan pisang merupakan komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi. Dia optimis bisa mendapatkan profit yang tinggi dari budi daya pisang apalagi kebutuhan masyarakat akan pisang dinilai tinggi.
"Pak Gubernur sudah jelaskan kemarin, dari jumlah kebutuhan yang ada, baru 1% yang terpenuhi. Anggaplah misalnya 1.000 ton secara dunia, itu baru 1% persen yang dipenuhi. Jadi masih ada peluang 99%," pungkasnya.
(hsr/hsr)