"Jadi, anak ini lahir di Sorong, sejak dia lahir tidak punya lubang anus dan sudah pernah dioperasi untuk membuat anus sementara di perut," ujar OM, Alfonsina (27) kepada detikcom, Kamis (26/10/2023).
Alfonsina mengaku tidak tahu jumlah biaya harus dikeluarkan untuk biaya operasi sang buah hati. Namun Alfonsina memperkirakan biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, apalagi anaknya harus menjalani operasi di luar Papua.
"Dokter jelaskan itu waktu usia 1 tahun itu dia (anak) dibawa keluar (operasi di luar Papua) untuk bikin (membuat) pembuangan aslinya, tapi karena kita tidak punya biaya sebanyak itu untuk anak operasi. Sampai sekarang, dia jalan dengan lubang anus sementara ini," terangnya.
Lebih lanjut, Alfonsina mengaku sudah membawa anaknya ke puskesmas namun tidak mendapatkan rujukan untuk pengobatan lanjutan. Alfonsina menuturkan dia belum pernah mencoba pergi ke Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat.
"Saya pernah bawa ke puskesmas di kampung saya, tapi tidak ada tanggapan untuk dibawa kemana-mana, tidak pernah. Di pemerintah setempat juga belum pernah. Saya belum pernah ketemu pemerintah setempat, karena pemikiran saya ini, saya bawa ke dokter di kampung saya dengan maksud mungkin dokter bisa bantu ke rumah sakit," ungkapnya.
Alfonsina mengungkap lubang anus sementara sang putra sepertinya tidak lagi berfungsi. Pasalnya, ketika sang anak ingin kencing, dia harus kejang dan merasa sakit sebab bukan hanya kencing yang keluar tetapi juga kotoran.
"Tapi, dia kalau sakit (buang air) dia akan mengejang setelah itu dia buang air kecil (kencing) berserta kotoran (tai) keluar melalui saluran kencing. Kotorannya itu sudah tidak keluar melalui pembuangan sementara, sehingga itu yang membuat dia sakit," bebernya.
Kendati mengalami keterbatasan, Alfonsina menyebut sang putra masih beraktivitas dengan normal seperti anak seusianya. Bahkan sang anak juga masih makan dengan baik.
"Dia bermain seperti biasanya, makan juga normal," tutur Alfonsina.
Belakangan, Alfonsina dipertemukan dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat Daya. Pihak pemerintah mengaku akan membantu biaya pengobatan balita tersebut.
"Puji Tuhan sekarang sudah ada bantuan dari Dinas Kesehatan Papua Barat daya untuk pengobatan anak ini. Nanti dibantu untuk membawa rujuk anak ke luar. Kami sangat keterbatasan, suami saya kerja hanya mencari ikan (nelayan) saja ," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Papua Barat Daya Netty Naomy Howay mengaku sudah menerima laporan terkait kondisi balita tersebut. Netty mengatakan, pihaknya akan berkoordinasi dengan dokter bedah untuk mencari waktu operasi.
"Kemarin kami sudah kumpul BPJS, pasiennya dan sudah kami koordinasi dengan dokter Ahli Bedah di rumah sakit Sele Be Solu supaya dilakukan pemeriksaan ulang, lalu dokter bisa berkoordinasi dengan dokter ahli beda yang sudah pernah menangani kasus ini di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta," jelasnya.
"Kami tinggal tunggu kesiapan di rumah sakit sana, dokter punya waktu, tempat yang ditempati keluarga, petugas kesehatan yang mendampingi keluarga lalu kami beli tiket untuk mereka berangkat," tambahnya.
(hsr/sar)