Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin mengaku percaya diri alias pede wilayah Sulsel masih bisa panen padi meski musim kemarau. Bahtiar pun tengah mendorong pemanfaatan pompa air berbahan bakar gas demi mendukung pertanian ke depan.
Hal itu diungkapkan Bahtiar saat panen raya di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, pada Sabtu (21/10). Sehari sebelumnya, Bahtiar juga melakukan panen di Desa Alatengae, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros.
"Di Sulsel, terbukti di 2 tempat nih (berhasil panen meski sedang kemarau). Kemarin kita di Maros. Hari ini kita di Desa Bontosunggu, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa," ujar Bahtiar kepada wartawan di Gowa, Sabtu (21/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahtiar mengatakan panen raya di Sulsel dalam kondisi kemarau seperti ini merupakan pertanda baik. Dia menyebut Sulsel berhasil melakukan upaya untuk menjaga stabilitas pangan.
"Ini memberi pesan kepada publik, bahwa kita di Sulsel memang sukses melakukan upaya-upaya ekstra. Bagaimana menanam di musim kering," paparnya.
Dia lantas menyinggung soal penggunaan mesin pompa air untuk mengairi sawah petani. Bahtiar mengatakan pompa air berbasis listrik digunakan di Kabupaten Maros, sedangkan di Kabupaten Gowa berbahan bakar gas.
"Karena pompa ini kan ada 2 macam. Kalau kemarin di Maros tidak ada kendala. Karena mesin pompanya terjangkau listrik PLN pada umumnya. Kalau di sini, dia menggunakan gas," ucapnya.
Namun, Bahtiar tak menampik adanya kendala ketersediaan gas buat masyarakat yang menggunakannya untuk pertanian. Sehingga dia mengaku akan mendiskusikan hal ini dengan pihak Pertamina.
"Ini mungkin juga nanti saya sowan dengan Pertamina. Khususnya yang memiliki wewenang di bidang gas," kata Bahtiar.
"Selama ini kan kuota gas di daerah, termasuk di Gowa, biasanya hanya memperhitungkan kuota gas rumah tangga. Ternyata gas kita sekarang kita pakai, ada tambahannya lagi. Gas kita pakai untuk pertanian," tambahnya.
Bahtiar menambahkan, lahan pertanian yang siap panen di Gowa mencapai 250 hektare, sementara di Maros 8,8 ton. Dia pun memuji kontribusi para petani dalam menjaga ketahanan pangan di Sulsel.
"Di sini (Gowa) 250 hektare (lahan siap panen). Potensinya 7 ton per hektare, dan itu di atas rata-rata. Kalau rata-rata kan cuma 5,2 toh per hektare. Kalau di Maros kemarin 8,8 ton. Jadi dua daerah ini membuktikan bahwa Sulsel ini petani hebat. Petani penghasil padi yang hebat. Di saat daerah lain kesulitan malah kita panen," jelasnya.
(sar/ata)