Enam anak di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur (Kaltim) diduga ditelantarkan orang tuanya (ortu) karena himpitan ekonomi. Mereka bahkan mengalami gizi buruk hingga penyakit kulit.
"Benar, ada 6 anak (terlantar) nah yang usia 7 dan 8 tahun itu tinggi badannya tidak sesuai usianya, anak yang kedua itu terkena penyakit gatal di wajah akibat dia suka cuci mukanya dengan air liurnya sendiri hingga mengalami infeksi," ujar Ketua Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC-PPA) Kaltim Rina Zainun kepada detikcom, Selasa (17/10/2023).
Rina mengatakan pihaknya menerima informasi soal kondisi anak-anak tersebut pada Jumat (13/10) lalu. Saat itu pihaknya mendapat laporan dari warga jika ada anak yang tinggal di Jalan Pesut, Kelurahan Timbau, Kecamatan Tenggarong berhenti sekolah karena malu dibully akibat penyakit kulit yang dideritanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat dicek oleh Korlap TRC Kukar rupanya lebih parah dari itu. Ternyata di sana ada 6 anak dan semuanya tidak ada yang sekolah, anak pertama sekolah tetapi hanya sampai kelas 2 SD saja di Jawa," ungkapnya.
Rina menyebut selama ini mereka diberi makan oleh tetangga secara bergantian karena tidak pernah dimasakkan oleh ibunya. Mereka juga tinggal di rumah yang tidak layak huni dari segi kesehatan.
"Ibunya kerja sebagai pengupas bawang, jadi lokasi rumahnya itu, itu tempat makan, itu juga untuk ibunya mengupas bawang, itu juga anak-anak kadang kencing, di situ tempat makan. Jadi kotornya naudzubillah sudah rumah itu," kata dia.
"Jadi anak-anak di situ terabaikan masalah pendidikannya, kesehatannya, gizi baiknya, hak bermainnya, semua tidak terpenuhi oleh orang tuanya," tambahnya.
Rina mengungkap keluarga tersebut sudah sering mendapat bantuan dari banyak pihak. Namun kata warga sekitar bantuan ini malah dijual oleh ibu anak-anak tersebut.
"Mereka ini juga pernah mendapat bantuan dari Bupati, kemudian bantuan dari warga-warga. Cuma gosip dari sekitar ya itu tadi, 'beli kates-jual kates', jadi jelas di sini orang tua memang yang tidak bertanggungjawab terhadap anak-anaknya," tutur Rina.
Pihaknya kini telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan bantuan langsung, salah satunya berkoordinasi dengan Dinkes agar tiga anak yang mengalami gizi buruk dan penyakit kulit mendapat pengobatan. Selain itu, anak pertama juga kini telah disekolahkan ke pesantren.
"Kemarin anak yang pertama itu sudah kita masukkan ke pondok pesantren, jadi ada 5 anak lagi. Yang dua, 7 dan 8 tahun awalnya dimasukkan sekolah oleh sekretaris RT, karena mereka jarang turun saya minta tolong sama sekretaris RT agar ditindaklanjuti lagi masalah sekolahnya kembali. Sedangkan tiga anak yang sakit menjalani rawat jalan di puskesmas," terangnya.
Rina mengaku telah berbicara ke Dinsos agar bisa membantu memberikan pelatihan UMKM terhadap ibu anak-anak itu agar dapat berdaya mandiri. Ia juga meminta agar anak-anak itu bisa dirawat dulu oleh Dinsos jika ibunya tidak bisa merawatnya.
"Saya berharap kalau memang orang tuanya ini tidak punya kemampuan untuk mengasuh anak, itu diambil alih sama pihak Dinsos sementara waktu, sampai mereka punya kemampuan, dan kalau bisa juga dari pemerintah ada memberikan pelatihan kepada ibunya untuk mempunyai kemampuan dalam hal UMKM diberikan permodalan agar bisa dia membuka usaha sendiri, usaha kecil-kecilan," harapannya.
(hsr/hsr)