Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel) akan membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di tingkat sekolah usai maraknya kasus kekerasan dan bully antara pelajar. Tim ini nantinya akan beranggotakan guru dan polisi.
"Kemarin kami sudah melakukan pertemuan dengan para kepsek membahas soal upaya pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah," ungkap Plt Kadikbud Parepare Makmur kepada detikSulsel, Kamis (5/10/2023).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan, serta surat edaran Kemendikbudristek tentang Pembentukan Satuan Tugas dan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di Lingkungan Satuan Pendidikan. Dengan regulasi tersebut maka di tingkat kabupaten dan kota membentuk adanya Satgas dan di sekolah dibentuk tim TPPK.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keinginan Permendikbud ini adalah membentuk Satuan Tugas di tingkat Kota, dan di sekolah membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan," imbuhnya.
Keanggotaan TPPK, lanjutnya, berjumlah ganjil dan minimal tiga orang. Ketentuan anggotanya adalah pendidik guru yang bukan kepala sekolah dan komite sekolah. Serta sebaiknya orang tua atau wali ini adalah polisi untuk memudahkan pencegahan dan penanganan.
"Ketentuan anggotanya adalah pendidik guru yang bukan kepala sekolah atau komite sekolah. Sebaiknya orang tua wali, dan itu sebaiknya jika ada yang polisi untuk memudahkan pencegahan dan penangannya," imbuhnya.
Makmur mengatakan peran orang tua akan dioptimalkan dengan bekerjasama dengan stakeholder terkait. Hal tersebut berdasarkan tiga pembentuk karakter anak yakni keluarga, lingkungan dan sekolah, terbesar porsinya ada pada keluarga atau orang tua.
"75 persen itu dari keluarga. Makanya kita minta sekolah melakukan kegiatan parenting. Kalau di Parepare, ada Kanit P3A, Dinas P3A, dan Majelis Anak Saleh. Melalui kegiatan parenting ini ulas bagaimana peran besar orang tua sebagai orang yang membuat anaknya sukses," imbuhnya.
Selanjutnya juga bakal dilakukan patroli kasih sayang kepada siswa dengan bekerjasama dengan Satpol PP. Para siswa yang kedapatan bolos atau berada di luar sekolah saat masih jam pelajaran tanpa alasan yang jelas, maka akan dilakukan pembinaan.
"Kami akan bekerjasama dengan Satpol PP. Kita mau kembali itu terapkan operasi kasih sayang, semua siswa yang berkeliaran di luar jam sekolah kita minta diamankan dengan nanti kalau datang orang tua menjemput," jelasnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Lebih lanjut Makmur juga mengingatkan sekolah untuk menelusuri dan mendekati geng-geng (circle) siswa yang ada di sekolah. Alasannya kelompok siswa itu cenderung ke hal negatif seperti bersaing dalam gaya hidup, bukan pelajaran.
"Saran saya, sekolah lakukan terus pendekatan, telusuri kelompok-kelompok di sekolah. Arahkan mereka untuk sharing masalah pelajaran, bukan persaingan gaya dan mode atau justru berkelahi," imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, dua orang siswi SMP di Kota Parepare terlibat perkelahian di lingkungan sekolah hingga salah satunya pingsan dan dibawa ke rumah sakit (RS). Duel yang viral di media sosial itu diduga dipicu aksi saling ejek.
"Iya, itu kejadian di SMP 10 (video siswi berkelahi)," kata Makmur kepada detikSulsel, Rabu (4/10).
Makmur menjelaskan perkelahian tersebut terjadi di lingkungan sekolah SMPN 10 Parepare, Selasa (3/10). Saat kejadian, hanya ada dua siswi yang terlibat perkelahian dan direkam oleh temannya.
"Siswi yang berkelahi. Satu lawan satu," jelasnya.
Kasus perkelahian pelajar sebelumnya juga terjadi antara dua siswi SMP di Kota Parepare. Kedua pelajar berkelahi hingga saling jambak.
Kasat Reskrim Polres Parepare Iptu Setiawan membenarkan peristiwa tersebut. Dia mengatakan perkelahian kedua siswi itu terjadi pada Sabtu (23/9) lalu.
"Mereka pelajar SMP satu sekolah, berkelahi kejadiannya seminggu yang lalu," ujar Iptu Setiawan kepada detikSulsel,Senin(2/10).