Tragis Nyawa Siswa SD di Bandung Barat Terenggut gegara Cimin

Jawa Barat

Tragis Nyawa Siswa SD di Bandung Barat Terenggut gegara Cimin

Tim detikJabar - detikSulsel
Rabu, 04 Okt 2023 09:01 WIB
Korban Keracunan Massal Dirawat di Puskesmas Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (28/9/2023).
Korban Keracunan Massal Dirawat di Puskesmas Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (28/9/2023). Foto: Whisnu Pradana/detikJabar
Bandung Barat -

Korban dilaporkan meninggal dalam perawatan di RS Dustira, Kota Cimahi pada Rabu, (27/9) sekitar pukul 23.30 WIB. Kepala Puskesmas Saguling, Burhan mengungkapkan bahwa penyebab tewasnya korban bukan hanya karena jajanan cimin, namun yang bersangkutan juga memiliki riwayat penyakit penyerta.

"Ada 1 yang meninggal, di RS Dustira. Tapi karena punya komorbid atau penyakit penyertanya itu thalasemia. Riwayat kontrol rutin di RSHS," ujar Burhan saat ditemui seperti dilansir detikJabar, Kamis (28/9/2023).

Peristiwa nahas itu bermula saat korban bersama siswa lainnya mengonsumsi jajanan tersebut di SDN Jati 3, Desa Saguling, Kecamatan Saguling, Selasa (26/9). Namun, korban keracunan diketahui tidak langsung tumbang usai mengonsumsi makanan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala keracunan baru muncul usai 1-2 hari setelah korban mengonsumsi makanan berbaku aci tersebut. Burhan juga mengungkapkan beberapa siswa lainnya yang mengalami keracunan mengalami gejala seperti mual, diare hingga demam.

"Untuk kasus keracunan massal ini, yang dirawat di puskesmas 15 orang, rawat jalan 13 orang, di RSCK 1 orang, RS Kartini 3 orang, klinik Assyida 1 orang, dan di RS Dustira itu 1 orang. Jadi sampai hari ini ada 34 orang," ujar Burhan.

ADVERTISEMENT

"Semuanya sudah ditangani, kita lakukan rehidrasi karena mereka banyak muntah dan diare. Tapi sebagian sudah membaik kondisinya," tambahnya.

Burhan menduga penyebab keracunan massal ini akibat memakan makanan aci tersebut. Hal ini lantaran semua korban yang merasakan gejala tersebut sudah mengonsumsi makanan itu.

"Dugaan penyebab itu jajanan cimin yang berasal dari olahan aci (tepung kanji). Rata-rata yang merasakan gejala itu memang mengonsumsi jajanan itu," ungkapnya.

Burhan juga mengaku telah memperingati orangtua masing-masing anak agar memberikan makanan yang bergizi dan lembut selama pemulihan. Menurutnya, orang tua lebih baik membawakan makanan olahan rumah saja.

"Sebetulnya tidak ada pantangan makanan, yang penting selama pemulihan banyak minum dan makanannya harus yang lembut. Ke depannya kita sarankan membawa makanan dari rumah agar lebih higienis," jelas Burhan.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya

Pedagang Cimin Dikenai Wajib Lapor

Diketahui pria berinisial TA (74) merupakan sosok pedagang cimin yang diduga menyebabkan 34 siswa SD keracunan . TA kemudian dikenai wajib lapor oleh Polres Cimahi.

"Kita sudah periksa yang bersangkutan, kemudian dia hanya dikenai wajib lapor dan sudah dipulangkan ke keluarganya. Kita juga sudah periksa sejumlah saksi lainnya," kata Kapolres Cimahi, AKBP Aldi Subartono kepada wartawan, Jumat (29/9).

Aldi melanjutkan selain memeriksa TA, pihaknya juga sudah mengambil sampel bahan baku pembuatan cimin itu. Menurutnya, sampel makanan tersebut akan diuji laboratorium di Labkesda Jabar.

"Sampel makanan yang dijual oleh pedagang sudah diambil kemudian akan diuji di Labkesda Jabar, memastikan kandungan penyebab keracunan massal ini," kata Aldi.

Dinkes Jabar Turun Tangan

Sementara itu, buntut kasus keracunan massal ini, pihak Dinas Kesehatan Jawa Barat segera turun tangan dan akan mengevaluasi para pelaku UMKM terutama penyedia jajanan olahan makanan. Hal ini dilakukan agar makanan yang dijual dipastikan aman untuk dikonsumsi.

"Jadi dengan adanya hal ini kita akan kembali mengadakan semacam sosialisasi terutama dan evaluasi kepada para pelaku UMKM dengan cara memberikan pelatihan tentang pengolahan makanan itu seperti apa," kata Kepala Dinkes Jabar Vini Adiani Dewi, Sabtu (30/9/2023).

Vini juga mengungkapkan akan menambahkan evaluasi kepada para petugas surveilan, khususnya yang berada di Kabupaten Bandung Barat. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi kejadian seperti ini.

"Karena pada prinsipnya, kami sebagai fasilitasi dan pembina akan selalu memantau, sehingga kami akan mengimbau kembali surveilans untuk menguatkan kembali, sehingga jika nanti ada kasus seperti ini lagi itu harus segera dilaporkan dengan cara sistem laporan yang sifatnya cepat," tegasnya.

"Itu akan menjadi salah satu tindak lanjut kami dalam mengantisipasi terjadinya KLB seperti ini. Jadi ini akan kita rekomendasikan kepada teman-teman di KBB," sambung Vini.


Hide Ads