Rosdiana (70), warga di Jalan Barukang III, Kelurahan Pattingalloang Lama, Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) meraup cuan hingga Rp 10 juta berkat jualan air jeriken. Rosdiana menjual air saat warga lain terdampak kekeringan.
"Saya sudah lama menjual, hanya saja ini baru yang banyak ini ramai sebulanan ini. Jadi sekitar 2 bulan menjual," kata Rosdiana kepada detikSulsel, Sabtu (23/9/2023).
Wanita yang akrab disapa Ruse ini menuturkan air yang dijual bersumber dari air PDAM di rumahnya. Dia memanfaatkan situasi ketika warga di kelurahan lain mengeluhkan suplai air PDAM terganggu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya ini pakai air PDAM. Biar sepi saya tetap menjual, kalau misalnya ada yang datang minta air," tambahnya.
Ruse mengungkapkan air PDAM miliknya dijual seharga Rp 1.000 tiap jeriken berukuran 20 liter. Dalam sehari, dia bisa meraup pendapatan senilai Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu.
"Rp 1.000 setiap jeriken, 1 jeriken itu sekitar 20 liter air. (Pendapatan) Sekitar Rp 200-500 ribu per hari," sebutnya.
Jika dirata-ratakan, Ruse bisa meraup cuan mencapai Rp 300 ribu per hari. Dengan demikian, pendapatannya bisa mencapai Rp 9 hingga 10 juta per bulan.
"Jadi sekitar itu mi Rp 300 ribu per hari jadi bisa sampai Rp 9-10 jutaan per bulan," papar Ruse.
Ruse menambahkan warga yang membeli air datang dari wilayah kelurahan Capoa, Cambaya, hingga Sabutung. Wilayah tersebut terdampak kekeringan gegara suplai air PDAM Makassar terhambat.
"Tidak (dari Barukang), karena jalan ji air di Barukang. Ini semua (yang beli air jeriken) dari Cambaya, Sabutung, Capoa. Daerah dari luar," tuturnya.
Sementara warga Pattingalloang Baru, Kecamatan Ujung Tanah, Indiri Anti (14) mengatakan suplai air PDAM di wilayahnya terganggu. Dia juga mengeluh bantuan distribusi air dari Pemkot Makassar kadang tidak bisa dipakai untuk minum karena keruh.
"Sering (pembagian air) ji dapat, cuman ya yang didapat itu. Banyak orang tidak bisa pakai untuk minum. Keruh ki ada juga yang berbau airnya," ucap Indiri.
Indiri pun terpaksa membeli air pakai jeriken untuk memenuhi kebutuhannya. Dia sampai harus membeli 18 jeriken air untuk pasokan air selama 3 hari.
"Kalau setiap 3 hari kah biasa beli air, biasa Rp 18 ribu," paparnya.
Warga lainnya, Abdul Hamid (49) juga membeli air setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini dikarenakan krisis air di daerahnya imbas kekeringan.
"Iya setiap pagi ji saya ambil air, setiap hari. Setiap pagi 15 jeriken ini," kata warga di Jalan Sabutung Baru saat ditemui wartawan.
Dia juga mengungkapkan tidak mendapatkan distribusi air dari pemerintah. Padahal dia juga terdampak kekeringan.
"Tidak dapat ki, dari pemerintah. Daerah Sabutung (Utara) bagian sana, saya daerah di sana (Sabutung Baru) dekat alfamart tidak dapat," ungkapnya.
(sar/hsr)











































