"Tadi kan saya jabat tangan dengan dorang (mereka), dorang pe tangan (tangan mereka) ada lumpur, ada yang seka (menggosok) baju. Jadi baju muka belakang faja (kotor) dengan lumpur," ujar Fachruddin Tukuboya kepada detikcom, Senin (11/9/2023) malam.
Insiden itu berawal saat mahasiswa HMI Cabang Kota Ternate berunjuk rasa di kediaman Gubernur Maluku Utara di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Tanah Raja, Kecamatan Ternate Tengah, Senin (11/9) sekitar pukul 16.30 WIT. Mahasiswa menuntut pemerintah menyelesaikan masalah air Sungai Sagea yang tercemar diduga akibat aktivitas tambang.
Fachruddin selaku Kepala DLH Malut lantas turun tangan menemui para demonstran di luar pintu gerbang Rujab Gubernur Maluku Utara. Mahasiswa kemudian berjabat tangan dengan kondisi tangan sudah dilumuri lumpur.
"Jadi tadinya kan hanya untuk berjabat tangan kan, jadi oke, tangan faja-faja (kotor-kotor) torang (kami) siap. Itu mungkin simbol terkait masalah lumpur di Sagea, cuma tadi pas balik badan lihat baju faja (kotor) semua, wah ini dorang (mereka) seka (gosok) saya pe baju ini," ujarnya.
Fachruddin mengaku tidak menyadari ada yang menggosok pakaiannya dengan lumpur. Saat itu dirinya dikerumuni massa sehingga memilih fokus untuk berdiskusi dan mendengar tuntutan. Tapi Fachruddin menilai hal-hal seperti itu tidak perlu dilakukan.
"Orang banyak saya tara (tidak) tahu. Memang karena massa kan, jadi saya fokus bagaimana merespons mereka punya permintaan, diskusi menanggapi mereka punya tuntutan. Tapi ya sebagai mahasiswa kan hal-hal begitu harus dihindari, jangan lakukan tindakan-tindakan seperti itu," ujarnya.
Fachruddin menegaskan bahwa dirinya tidak mempermasalahkan aksi mahasiswa tersebut, karena pada prinsipnya ia tetap menerima aspirasi. Namun dia menilai aksi mahasiswa menggosok bajunya dengan lumpur tidak baik.
"Saya sih sebenarnya tara (tidak) permasalahkan, cuman kan tara (tidak) bagus begitu. Apalagi himpunan mahasiswa (HMI) kan, itu kan torang (kami) punya adat-adat ketimuran kan perlu jaga toh," tuturnya.
"Pada prinsipnya torang (kami) siap terima mereka dengan baik-baik. Jadi tadi saya berpikir kenapa mahasiswa harus begitu ya. Maksudnya kan tara (tidak) bagus begitu toh. Mungkin kalau kita mau diskusi terkait dengan (pencemaran sungai) Sagea, boleh," tambah Fachruddin.
Sementara itu, Ketua HMI Cabang Kota Ternate Muhdi Abd Rahman mengatakan insiden pakaian dinas Kepala DLH Maluku Utara Fachruddin digosok lumpur sulit dihindari. Ia mengaku dalam aksi tidak ada skema mengotori pakaian, tapi massa di lapangan sulit dikendalikan.
"Saya mau arahkan teman-teman juga tara (tidak) mungkin langsung mendengar kan. Tetap saja 1-2 orang yang emosi, massa ini kan, yang penting tidak pukul. Tapi itu kan simbolis saja, pejabat negara kalau begitu saja sudah mengeluh itu bagaimana," tuturnya.
Muhdi menyebut kemungkinan ada massa yang emosinya tidak bisa dikendalikan. Karena beberapa waktu lalu Fachruddin sempat mengeluarkan statement bahwa kekeruhan pada Sungai Sagea bukan dari faktor tambang tapi longsor di gua Bokimoruru.
"Cuman karena ada yang mungkin emosinya tidak terkendali, dia melihat wah ini pak kadis di depan kita ini kemarin kasih statement, klaim-klaim yang tidak mencirikan dia sebagai seorang kepala dinas yang profesional dalam menangani persoalan berbasis ilmu pengetahuan, riset, dan sebagainya," tuturnya.
"Pejabat harus jaga etika juga. Kita mahasiswa ini kan ya seringkali diskusi, kita juga sampaikan pernyataan lewat media, tapi kalau pejabatnya diam ya sudah. Kalau ada pelampiasan di lapangan, itu biasa,"imbuh Muhdi.
(hmw/ata)