Ambisi Amerika Serikat Lampui Uni Soviet dengan Cara Bom Bulan

Ambisi Amerika Serikat Lampui Uni Soviet dengan Cara Bom Bulan

Tim detikEdu - detikSulsel
Minggu, 28 Mei 2023 20:00 WIB
Ilustrasi Gerhana Bulan
Ilustrasi Foto: AP/Eugene Hoshiko
Makassar -

Amerika Serikat (AS) diketahui pernah ingin meledakkan Bulan dengan menggunakan bom. Hal itu hampir terjadi lantaran AS berambisi untuk mengalahkan Uni Soviet.

Dilansir dari detikEdu, rencana pengeboman tersebut dipicu oleh peluncuran satelit bola pantai Sputnik ke luar angkasa oleh Uni Soviet pada tahun 1957. Perang dingin yang terjadi inilah yang menjadikan AS ingin melampaui Uni Soviet.

Mengutip History, pada saat itu AS ingin mendominasi kekuasaan internasional dengan cara meledakkan Bulan. Rencana pengeboman Bulan ini dinamakan Project A119.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun tujuan dari Project A119 ialah meledakkan bom termonuklir di terminator yang merupakan garis antara sisi terang dan gelap Bulan. Target dari pengeboman Bulan ini untuk membuat awan jamur yang tampak di langit bumi mirip dengan peledakan bom atom Nagasaki di Jepang pada tahun 1945 lalu.

Ilmuwan asal Institute for Nuclear Studies University of Chicago, Leonard Reiffel mengatakan bahwa ledakan di sisi gelap Bulan akan terlihat paling baik. Saat bom meledak di bagian pinggir Bulan tersebut, maka awan jamur akan teriluminasi oleh Matahari.

ADVERTISEMENT

Reiffel menyebut peledakan bom di Bulan untuk memperlihatkan kekuatan AS. Dengan begitu, Angkatan Udara AS ingin membuat awan jamur yang besar.

"Jelas bahwa tujuan utama peledakan ini adalah agenda humas dan memperlihatkan kekuatan AS. Angkatan Udara AS ingin ada awan jamur super besar yang bisa terlihat dari Bumi," terang Reiffel, dikutip dari Guardian.

Diketahui, Reiffel mengelola Armour Research Foundation (ARF) Chicago pada tahun 1949. Kemudian pada tahun 1962, Reiffel bertugas mempelajari efek ledakan nuklir terhadap lingkungan secara global.

Pada tahun 1958, Angkatan Udara AS meminta ARF agar menginvestigasi bagaimana penampakan dari ledakan nuklir di Bulan dari Bumi serta bagaimana dampak yang akan terjadi.

Ilmuwan yang Dilibatkan

Tim ARF yang melakukan investigasi saat itu dinilai belum cukup. Reiffel akhirnya mengajak Gerald Kuiper, seorang ahli fisika planet dan Carl Sagan, ilmuwan televisi populer.

Dalam investigasi tersebut, Sagan bertugas di bidang Matematika untuk membuat model perluasan awan debu yang akan muncul di ledakan nuklir beserta perhitungannya.

Namun menurut Kurator International Spy Museum Vince Houghton, beberapa ilmuwan yang terlibat saat itu sebenarnya memiliki rasa takut. Akan tetapi, mereka juga memiliki rasa patriotisme yang melampaui batas lantaran beberapa dari ilmuwan tersebut adalah pengungsi Perang Dunia II.

Dampak Pengeboman Bulan

Houghton berpendapat bahwa ada kemungkinan pengeboman ini tidak menghasilkan awan berbentuk nuklir. Pasalnya, Bulan tidak memiliki atmosfer seperti bumi.

Maka dari itu, debu beserta puing bisa jadi membentuk semburan besar lalu kembali ke bawah membentuk awan jamur.

Penampakan yang akan terlihat dari Bumi adalah berupa kilatan. Oleh karena itu, menurutnya rencana ini tidak cocok untuk dijadikan agenda humas AS kepada dunia.

Adapun dampak dari pengeboman Bulan jika terjadi adalah akan adanya pencemaran bahan radioaktif di Bulan sehingga menyebabkan misi pendaratan di Bulan akan terganggu nantinya.

Selain itu, menurut Houghton agenda ini bisa dianggap publik sebagai bentuk perusakkan Bulan, bukan pertunjukkan keahlian sains AS




(alk/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads