Pencemaran Sungai Sagea di Halteng Meluas, Destinasi Gua Bokimoruru Terdampak

Maluku Utara

Pencemaran Sungai Sagea di Halteng Meluas, Destinasi Gua Bokimoruru Terdampak

Nurkholis Lamaau - detikSulsel
Jumat, 18 Agu 2023 12:46 WIB
Pencemaran sungai di kawasan Gua Bokimoruru di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Foto: Pencemaran sungai di kawasan Gua Bokimoruru di Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara. (Dok. Istimewa)
Halmahera Tengah -

Pencemaran Sungai Sagea di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara (Malut) yang diduga karena aktivitas tambang semakin meluas. Objek wisata Gua Bokimoruru ikut terdampak yang menyebabkan tingkat kunjungan wisatawan menjadi sepi.

Gua Bokimoruru berada di wilayah Desa Sagea-Desa Kiya, Kecamatan Weda Utara, Halteng. Aliran sungai di gua karst tersebut berubah dari yang sebelumnya jernih menjadi kecokelatan.

"Ya kalau tercemar, kotor, pasti ada dampak lah. Orang berkunjung ke situ karena melihat keindahan Bokimoruru, tapi kalau so kotor begitu kan pasti terganggu," ujar Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Halteng, Salmun Saha kepada detikcom, Jumat (18/8/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salmun mengatakan, pihaknya belum turun ke lokasi lantaran disibukkan dengan agenda HUT ke-78 RI. Namun Salmun berjanji akan turun dan berkoordinasi dengan semua stakeholder.

"Karena bertepatan dengan momen 17 Agustus, jadi kami belum sempat turun langsung di lapangan, nanti setelah ini baru torang (kami) turun ke sana dan berkoordinasi dengan semua stakeholder dan kalau mau bilang kasih jernih air kan tara (tidak) bisa," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Sementara warga setempat, Taher Muhdin (23) mengatakan perubahan air sungai di Gua Bokimoruru mulai terjadi sejak (12/8). Air sungai tercemar karena lumpur yang terbawa dari Sungai Sagea yang jaraknya sekitar 4 kilometer.

"Iya (terdampak) karena sungai Sagea itu sumber mata airnya dari dalam Gua Bokimoruru, jadi mengalir sampai ke kampung," jelas Taher.

Taher menuturkan air sungai di gua itu biasanya keruh ketika hujan deras, namun kembali jernih dalam sehari. Namun kali ini perubahan pada warna air berlangsung berhari-hari, bahkan warnanya sedikit mencolok yaitu cokelat kekuning-kuningan.

"Bahkan kalau banjir pun itu cuma sehari, besok so normal lagi. Air memang keruh, tapi tara (tidak) keruh warna kuning seperti kemarin itu, airnya keruh biasa. Tapi kali ini sudah berapa hari ini sama saja, tarada (tidak ada) perubahan (warna air)," tuturnya.

Taher mengungkapkan, saat ini objek wisata Gua Bokimoruru sepi pengunjung. Sejumlah wisatawan di antaranya sempat datang namun memilih pulang lantaran air terlihat keruh karena daya tarik dari gua tersebut adalah airnya yang jernih.

"Sepih (pengunjung). Karena kan tujuan pengunjung datang yang diburu itu air, spotnya air. Karena yang dipakai (pengunjung) kan wahana-wahana air. Bahkan sudah beberapa hari kemarin itu pengunjung hanya datang lihat-lihat saja langsung pulang," ungkapnya.

Menurut Taher, sepinya pengunjung juga membuat para pedagang di objek wisata itu terdampak. Pemasukan pedagang juga ikut menurun karena pencemaran yang diduga imbas aktivitas tambang.

"Pendapatan di kedai itu Rp 2 juta lebih, itu kalau (kondisi sungai) normal. Kalau sekarang beberapa hari ini tarada (tidak ada) pemasukan karena tarada pengunjung. Kalau dari torang (kami curiga) itu dari perusahaan tambang," jelas Taher.

Sebelumnya diberitakan, sungai Sagea di Kabupaten Halmahera Tengah berubah warna menjadi keruh kecokelatan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Halteng menyebut pencemaran sungai tergolong fatal.

"Memang informasi yang kami peroleh dari masyarakat setempat itu, tingkat pencemarannya sangat fatal karena lumpurnya lebih kental," ungkap Kepala Bidang Penataan dan Penaatan Lingkungan Hidup DLH Halteng Abubakar Yasin saat dikonfirmasi, Rabu (16/8).

Abubakar, untuk melihat berapa tinggi tingkat pencemaran harus diuji di laboratorium. Kendati begitu Abubakar tak menampik material endapan lumpur yang terbawa ke aliran sungai terindikasi bersumber dari aktivitas pertambangan.

"Terkait apakah pencemarannya melampaui baku mutu atau tidak harus dicek di lab. Terus material berupa endapan lumpur yang terbawa itu terindikasi bersumber dari kegiatan pertambangan," jelasnya.




(sar/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads