Berita Nasional

5 Fakta Paskibra di Klaten Meninggal Usai Latihan

Tim detikcom - detikSulsel
Sabtu, 12 Agu 2023 08:40 WIB
Foto: dok. Istimewa
Jakarta -

Anggota pasukan pengibar bendera (paskibra) berinisial TA (16), warga Desa Bogem, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah (Jateng) meninggal usai latihan. TA merupakan siswi SMK di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

TA awalnya mengalami kesakitan atau kejang usai pulang dari latihan paskibra, kemudian dibawa ke Puskesmas Bayat pada Rabu (9/8/2023) sore. Namun TA tidak sempat mendapatkan pertolongan hingga akhirnya tewas di Puskesmas Bayat.

"Dibawa ke Puskesmas tapi dokternya tidak ada, yang ada perawat dan dinyatakan meninggal. Mau dibawa RS ambulans juga ada tapi sopirnya yang tidak ada," kata warga Desa Bogem, Sumarwan dilansir detikJateng, di Puskesmas Bayat, Kamis (10/8).


Dirangkum detikSulsel dari detikJateng dan detikNews, Jumat (11/8/2023), berikut 5 fakta paskibra di Klaten meninggal usai latihan:

1. Kronologi Paskibra Meninggal

Paman TA, Giyanto menceritakan awal mula ponakannya meninggal usai pulang dari latihan paskibra. Ia mengatakan, TA ke sekolah sejak pagi hari.

Giyanto menuturkan bahwa di sekolah tidak ada kegiatan belajar. TA hanya hanya ikut latihan Paskibra sampai sore.

"Ikut kegiatan Paskibra sampai sore. Pulang dari sekolah sekitar jam 16.00 WIB," kata Giyanto kepada detikJateng, Jumat (11/8).

Setelah pulang sekolah, lanjut Giyanto, TA sempat bercanda dengan orang tuanya. Tidak lama setelah itu, TA mengeluh kesakitan di bagian kakinya.

"Sehabis pulang, jam 17.00 WIB beraktivitas biasa di rumah, bercanda dengan ayah ibunya. Habis magrib bercanda dengan keluarga di depan televisi tapi kaki merasa pegal minta dipijat," jelas Giyanto.

Oleh sang ayah, kata Giyanto, TA langsung dipijat sambil nonton televisi tetapi setelah itu pingsan. Setelah itu dibawa ke Puskesmas pada pukul 18.30 WIB. Perjalanan sekitar lima menit.

"Sekitar lima menit, saya duluan pakai motor dan mobil yang membawa di belakang. Sampai sana dicek tapi dinyatakan meninggal," tutur Giyanto.

2. Puskesmas Bayat Digeruduk Warga

Puskesmas Bayat digeruduk oleh warga usai TA meninggal di puskesmas. Sebanyak 10 perwakilan warga yang mendatangi Puskesmas Bayat untuk mempertanyakan pelayanannya terhadap TA.

"Kita banyak sekali menerima keluhan dari masyarakat Bayat, Puskesmas Bayat itu sering gampangke (meremehkan). Ketika kita kirim pasien sering tidak ada dokter, ketika ada pasien perlu dirujuk bilang tidak ada sopir," kata Ripto, warga Desa Paseban saat audiensi.

Ripto menyoroti realisasi pelayanan yang tertulis 24 jam. Namun faktanya, gadis malang itu meninggal tidak tertangani.

"Banyak sekali keluhan masyarakat, bahkan ratusan kali. Yang kami tanyakan Puskesmas sudah pasang plakat 24 jam mestinya petugas harus stand by, jangan cuma tulisan," tuturnya.

3. Puskesmas Ngaku Sudah Tangani

Kepala Puskesmas dokter Wahyu Ciptadi menyebut pihaknya sudah memberikan penanganan terhadap TA. Namun kondisi anggota Paskibra tersebut sudah terlanjur kritis hingga tidak tertolong lagi.

"Kasus kemarin, tidak ada lima menit datang itu sudah ditangani anak-anak, sudah dipasang (alat) dan sudah positif (meninggal), riwayatnya dari rumah sudah biru, sudah berbusa. Biasanya itu jantung tapi perlu pemeriksaan lebih lanjut," jelasnya.

Dia juga menjelaskan kondisi staf Puskesmas Bayat yang kekurangan sopir ambulans. Dia menyebut pihaknya memiliki tiga ambulans yang siaga, namun minim sopir karena sedang opname.

"Kita punya perawat sebenarnya juga kita fungsikan driver, ndilalah kemarin opname. Perawat yang jaga kemarin ndilalah juga tidak ada yang bisa nyetir," lanjutnya.

"Kalau mobil cukup, cuma driver yang belum. Tidak (dokter tidak 24 jam), biasanya kami call jika ada yang mendesak," sambung Wahyu.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.




(asm/asm)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork