Terpukulnya 2 Siswa di Indonesia Timur Kena PHP Kelulusan Paskibraka Nasional

Terpukulnya 2 Siswa di Indonesia Timur Kena PHP Kelulusan Paskibraka Nasional

Tim detikcom - detikSulsel
Rabu, 19 Jul 2023 06:20 WIB
Paskibraka adalah istilah pasukan pengibar bendera. Paskibraka bertugas untuk mengibarkan bendera Merah Putih, terutama saat peringatan HUT RI 17 Agustus.
Foto: Ilustrasi paskibraka. (Edi Wahyono/detikcom)
Makassar -

Dua siswa SMA di Indonesia Timur harus menanggung kekecewaan lantaran kelulusannya sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional dianulir. Keduanya gagal memenuhi harapan keluarga untuk bisa mewakili daerah masing-masing untuk tampil dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI Tingkat Nasional 17 Agustus 2023 mendatang.

Kedua siswa tersebut yakni Doni Amansa dari SMAN 1 Unaaha Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra) dan Nanda Maulidya yang merupakan siswi SMAN 8 Ternate, Maluku Utara (Malut). Padahal, keduanya sudah dinyatakan lolos dalam tahapan seleksi Paskibraka Nasional.

Belakangan, keduanya sama-sama diganti oleh siswa yang sebelumnya berstatus cadangan dalam seleksi Paskibraka Nasional. Kedua pelajar itu digantikan posisinya menjelang mengikuti pemusatan latihan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dirangkum dari detikcom, Rabu (19/7/2023) berikut kronologi kedua siswa tersebut sehingga diganti dari Paskibraka Nasional.

Doni Amansa Diganti Anak Perwira Polisi

Orang tua siswa SMAN 1 Unaaha Doni Amansa harus mengubur harapan melihat anaknya tampil sebagai Paskibraka Nasional. Doni tiba-tiba diganti oleh siswa yang disebut-sebut anak perwira polisi.

ADVERTISEMENT

Ibu Doni, Samsuani mengaku anaknya lolos dalam seleksi Paskibraka Nasional saat diumumkan pada Kamis malam (18/5). Doni lolos bersama Nadira Syalvallah, siswi utusan SMA Negeri 2 Baubau.

"Malam itu dinyatakan perwakilan Sultra ke Paskibraka Nasional yakni Doni dan Nadira," kata Samsuani kepada detikcom, Sabtu (15/7).

Sementara ada dua siswa lainnya asal SMAN 1 Baubau yang berstatus cadangan, yakni Wiradinata Setya Persada dan Aini Nur Fitriani. Samsuani mengatakan guru sekolah saat itu banyak yang mengucapkan selamat untuk Doni.

"Banyak yang kasih selamat, Bu Kabid Kesbangpol Konawe, guru-gurunya Doni," tuturnya.

Namun selang beberapa waktu, nama Doni tidak lagi masuk sebagai pasukan inti. Siswa yang sebelumnya diumumkan sebagai cadangan, yakni Wiradinata Setya Persada menggantikan posisinya mengikuti pemusatan latihan.

"Kita buka berita ternyata sudah Wira yang mau berangkat (ke Jakarta), ternyata Doni mereka simpan jadi cadangan," keluh Samsuani.

Samsuani mengaku heran lantaran Doni sempat diminta mengikuti pembekalan. Menurutnya, dalam pembekalan itu ada seleksi lagi yang dilalui Doni yang membuatnya statusnya diganti jadi Paskibraka Nasional.

"Waktu pembekalan saya lepas anakku dengan bismillah, tapi ternyata muncul lagi seleksi. Saya ndak tahu seleksi apa itu," tuturnya.

Belakangan diketahui, Wiradinata yang menggantikan posisi Doni merupakan anak perwira polisi. Keluarga mengaku legawa usai Doni ditawari menjadi Paskibra Provinsi Sultra.

"Iya dia sudah legawa (terima) masuk di provinsi," ucap Samsuani saat dikonfirmasi, Senin (17/7).

Namun Samsuani mengaku anaknya masih terpukul usai gagal menjadi Paskibraka Nasional. Doni disebut sering menyendiri di kamar.

"Kalau dia ingat lagi dia menyendiri lagi di kamar. Iya sabar (diberi penguatan)," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Kesbangpol Tegaskan Seleksi Sesuai Prosedur

Kepala Kesbangpol Sultra mengaku Wiradinata yang merupakan pengganti Doni disebut-sebut sebagai anak perwira polisi. Namun dia beralasan informasi itu diketahui dari media sosial.

"Sampai sekarang juga saya ndak tahu nama bapaknya itu anak, saya tidak pernah ketemu, nanti berkembang baru saya tahunya di medsos anak polisi (perwira)," ungkap Harmin kepada detikcom, Minggu (16/7).

Harmin beralasan keluarga Doni dan pendampingnya dari Kabupaten Konawe salah persepsi saat pengumuman 4 besar terbaik. Dia mengaku pengumuman nama waktu itu sesuai abjad, bukan nilai.

"Yang dipersepsikan pendamping Konawe Doni disebut pertama sudah dia nomor 1, itu tidak. Kita umumkan berdasarkan abjad. Itu sudah disampaikan bahwa di antara 4 ini akan diterima 2 terbaik," ungkapnya.

"Disampaikan waktu itu tidak ada rangking 1 dan 2, inti atau cadangan. Tidak ada (sampaikan inti dan cadangan), itu fitnah (dituduh sampaikan inti dan cadangan)," lanjut Harmin.

Dia memastikan hasil keputusan pimpinan yang mengacu pada nilai akhir dari keempat terbaik itu memutuskan Nadira Syalvallah dan Wiradinata Setya Persada yang lolos mewakili Sultra pada Paskibraka Nasional.

"Saya minta maaf, sampai depan presiden pun saya akan tanggungjawab, karena tidak ada permainan. Demi Allah, demi Rasulullah, tidak ada permainan. Saya jamin tidak ada permainan," tegasnya.

Harmin menegaskan panitia seleksi yang merupakan anggota Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sudah bekerja maksimal dan independen. Dia juga mengaku siap jika ada pihak yang ingin menggugat.

"Saya sampaikan di mana pun jalur hukum saya tidak gentar, karena saya juga penerima hasil itu," jelas Harmin.

Doni Jadi Paskibra Tingkat Sultra

Setelah tim inti menuju pusat pelatihan ke Jakarta, dua cadangan otomatis masuk anggota Paskibraka Provinsi. Keduanya yakni Doni Amansa dan Aini Nur Fitriani.

"Dua orang ini mereka otomatis masuk anggota paskibraka di provinsi," kata Harmin.

Harmin menuturkan keduanya belum dipanggil karena pemusatan latihan tingkat provinsi belum dimulai. Pemusatan latihan tingkat provinsi akan dimulai pada akhir bulan ini.

"Kita akan lakukan pemanggilan tanggal 30 Juli secara resmi," imbuhnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Hasil Tes Kesehatan Bikin Nanda Diganti

Siswa SMA Negeri 8 Kota Ternate, Nanda Maulidya diganti setelah dinyatakan lolos seleksi Paskibraka Nasional. Nanda dicoret dari daftar perwakilan Provinsi Maluku Utara lantaran tes kesehatan atau medical check up (MCU) yang menyatakan dirinya mengalami gangguan penglihatan.

Ibu Nanda bernama Hasnah menjelaskan, anaknya diumumkan lolos seleksi Pasibraka Nasional pada 16 Mei lalu. Bahkan Nanda masuk ranking 1 dengan nilai terbaik saat proses seleksi.

"Pas di hari terakhir di tanggal 16 Mei itu, diumumkanlah yang terbaik yang mewakili Maluku Utara ke pusat," tutur Hasnah kepada detikcom, Selasa (19/7).

Sebulan kemudian, Nanda diminta oleh Dispora Ternate ikut medical check up (MCU) di RSUD dr Chasan Boesoerie Ternate pada 15 Juni. Pihak keluarga sempat mempertanyakan dasar pemeriksaan itu padahal anaknya sudah mengikuti seleksi.

"Karena yang kita tahu kemarin kan sudah pembacaan SK. Sudah dipublikasikan. Sudah selesai. Bapaknya (Nanda) tanya, ini untuk apa? Katanya ini untuk kelengkapan data masuk diklat di pusat," jelas Hasnah.

Tiga hari kemudian, hasil pemeriksaan MCU menyatakan Nanda dalam kondisi sehat. Saat itu, Nanda masih sering mengikuti latihan namun belum mendapat informasi kapan mengikuti pemusatan latihan tingkat pusat.

"Ringkas cerita, pas tanggal 13 bulan 7 (Juli), ada surat masuk perwakilan dari Maluku Utara tapi bukan namanya Nanda (masuk Paskibraka Nasional). Saya heran. Saya langsung Kepala Dispora Kota," tuturnya.

Orang tua Nanda yang mendatangi Dispora Ternate dikejutkan karena anaknya ternyata digantikan oleh siswa yang sebelumnya berstatus cadangan. Hal itu merujuk pada surat keputusan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

"Jadi pada surat yang dikeluarkan BPIP ini tertulis diputuskannya Nanda, bahwa Nanda mengalami kekurangan di mata. Mata minus dengan ukuran 20/80," imbuh Hasnah.

Keputusan itu membuatnya heran lantaran pada hasil tes kesehatan sebelumnya, Nanda dinyatakan dalam kondisi baik. Nanda saat itu butuh vitamin saja tanpa ada gangguan mata yang siginifikan.

"Menurut dokter, (Nanda) hanya dikasih vitamin saja. Ini (mata) ndak masalah ini. Kok langsung dipermasalahkan di mata. Itu yang saya tidak bisa terima," tuturnya.

Hasnah mengatakan keputusan itu membuat Nanda terpukul. Menurutnya Nanda jadi lebih sering menyendiri di kamar.

"Nanda di kamar, saya gugup dan tidak terima. Gemetaran dan tidak bisa terima kenyataan. Saya bilang, 'Nak, sabar. Mungkin bukan rezekimu kamu digantikan orang'. Langsung dia bilang, 'Mama jangan bilang begitu'. (Lalu) Dia (Nanda) menangis," sebut Hasnah.

Pikir-pikir Gabung Paskibra Malut

Hasnah mengaku Nanda ditawari untuk ikut bergabung menjadi Paskibra Tingkat Provinsi Malut usai diganti. Namun Nanda belum memberikan keputusannya.

"Datang pembinanya di rumah hibur dia sampai jam 3 subuh bilang, 'Nanda, terserah Nanda mau di provinsi atau kota terserah, nanti kita atur," ucap Hasnah.

Namun Hasnah tidak mau memaksakan anaknya. Nanda diberikan kesempatan untuk berpikir sebelum mengambil keputusan sendiri.

"Tapi Nandanya belum fokus. Dia cuma bilang mama saya mau pergi latihan supaya saya tidak stres di rumah. Dia latihan rutin setiap hari pagi dan sore," jelasnya.

Halaman 2 dari 3
(sar/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads