Sebanyak 5 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) asal Papua Barat dan Papua Barat Daya (PBD) menciptakan alat pendeteksi gula darah tanpa injeksi dan obat diabetes. Penemuannya itu membuatnya meraih medali emas dan satu grand prize dalam kompetisi World Invention Creativity Olympic (WICO) 2023.
"Puji Tuhan, dari kedua penemuan itu kami mendapatkan medali emas dan mendapatkan grand prized," kata Ketua Tim Papua Bisa Sarah G Simanjuntak kepada detikcom, Sabtu (5/8/2023).
Kegiatan WICO tersebut digelar di Seoul, Korea Selatan (Korsel) sejak 27 hingga 29 Juli 2023. WICO 2023 diikuti oleh 27 negara di dunia. Indonesia mengirim 10 tim, salah satunya dari Papua yakni Tim Papua Bisa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarah mengatakan timnya berhasil mendapatkan medali emas dan menjadi perwakilan Indonesia yang mendapatkan grand prize dari 6 grand prize. Kesuksesan itu diraih berkat hasil presentasi penemuan obat diabetes dan alat deteksi gula darah.
"Kita buat dua produk untuk penyakit diabetes. Pertama, ada obat dari sarang semut yakni Codians. Penelitian sarang semut itu sejak April 2023. Sarang semut kami buat seperti sirup melalui proses ekstraksi," katanya.
"Kedua, alat seperti jam tangan (smartwatch) yang bisa mendeteksi oksigen, gula darah dan juga detak jantung," lanjut Sarah.
Dia menjelaskan dipilihnya sarang semut sebagai objek penelitian karena sebagai tanaman endemik Papua. Selain itu, sarang semut juga kaya akan manfaat menyembuhkan penyakit, salah satunya diabetes.
"Awalnya kami mendapatkan data presentasi penyakit terbesar (terbanyak) dari Dinas Kesehatan adalah diabetes. Dan kami wawancara beberapa penderitanya, terkait penyakit diabetes itu biasanya kalian konsumsi apa untuk menyembuhkan. Banyak yang menyebutkan sarang semut, akhirnya kami lakukan penelitian," tuturnya.
Selanjutnya untuk mengontrol gula darah (penyebab diabetes) tim Papua Bisa juga membuat alat yang disebut Andian atau sejenis smartwatch yang ditempelkan ke pergelangan tangan.
"Kami membuat pendeteksi gula darah, akurasi oksigen dan juga detak jantung tanpa melukai tubuh. Karena biasanya orang mendeteksi gula darah itu mereka melakukan injeksi, suntik dan melukai tubuh. Namun, alat ini dimana orang hanya menempelkan pada pergelangan tangan," jelasnya.
Berkat dia penemuan itu, Tim Papua Bisa membawa pulang medali emas dan satu grand prized. Grand prized sendiri merupakan pemberian juri terhadap partisipan terbaik dari yang terbaik.
"Jadi dari 27 negara itu hanya mendapatkan 6 grand prize yang menurut juri yang terbaik dari yang terbaik lagi. Nah puji Tuhan pada saat itu yang mendapatkan grand prized dari Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia dan dua negara lainnya. Khusus Indonesia, dari Tim Papua Bisa yang dapat grand prizenya," tuturnya.
Sarah mengaku sebelum berlomba ke Korea Selatan, ia bersama timnya juga memenangkan sejumlah medali emas di Indonesia maupun Malaysia.
Adapun nama dan asal sekolah kelima siswa tersebut adalah tiga siswa asal SMA Negeri 1 Manokwari yakni Sarah GA Simanjuntak, Uliezra C Krey dan Kezia Bustan. Kemudian satu siswa asal SMA Katolik Vilanova Manokwari bernama Giovanni TS Bajari serta Melani Bame asal SMA Negeri 1 Kota Sorong.
(ata/sar)