Bencana kekeringan melanda Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Sebanyak enam warga dilaporkan meninggal imbas cuaca ekstrem yang melanda wilayah tersebut.
Bupati Puncak Willem Wandik menjelaskan bencana kekeringan di dua distrik itu terjadi sejak Mei 2023. Willem mengatakan fenomena tahunan ini membuat situasi di wilayah turut diterjang cuaca dingin ekstrem.
"Iya ada dua distrik yang terdampak cuaca ekstrem dan ini menjadi cuaca tahunan," kata Willem Wandik dalam keterangannya yang diterima detikcom, Jumat (21/7/2023).
Willem mengatakan bencana kekeringan membuat warga terancam kelaparan. Pertanian dan perkebunan warga terdampak karena tanaman menjadi rusak.
"Karena semua makanan, sayur-sayuran semua kena oleh embun es salju itu," jelasnya.
Dihimpun detikcom, Minggu (4/8/2023), berikut fakta-fakta bencana kekeringan yang melanda dua distrik di Puncak, Papua Tengah:
1. 7.000 Warga Terancam Kelaparan
Willem menuturkan jumlah penduduk yang terdampak bencana kekeringan sebanyak 7.000 orang. Ribuan warga tersebut berasal dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi.
"Jumlah penduduk di Distrik Agandugume 3.000 sedangkan di Distrik Lambewi 4.000 lebih jiwa," tutur Willem.
Menurutnya sejumlah warga di dua distrik tersebut ada yang memilih mengungsi karena stok pangan habis usai tanaman rusak dan busuk. Mereka khawatir hidupnya terancam jika terus bertahan.
"Mereka langsung keluar ke Sinak, Ilaga, Timika, Nabire. Jadi dampak manusianya tidak terlalu. Kalau mereka semua tinggal di sana, wah selesai lah kita," jelasnya.
2. Enam Warga Meninggal Dunia
Willem mengatakan bencana kekeringan mengakibatkan 6 warganya meninggal dunia. Dia merincikan 5 orang meninggal merupakan orang dewasa dan satu lainnya seorang bayi.
"Bencana kekeringan telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 6 orang dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Willem dalam keterangannya, Jumat (27/7).
Dia menjelaskan cuaca di dua distrik tersebut sangat dingin. Warga termasuk anak-anak bahkan rentan terkena penyakit.
"Selama dilanda cuaca ekstrim, tidak ada hujan, tanaman rusak dan busuk, bahkan wabah diare akan menyerang anak serta balita," imbuhnya.
3. Bupati Puncak Singgung Gangguan Keamanan
Bupati Puncak Willem Wandi mengaku penanganan bencana sulit dilakukan karena terhambat akses untuk penyaluran logistik. Maskapai juga khawatir melakukan penerbangan karena gangguan keamanan di wilayah tersebut.
"Diakibatkan tidak adanya layanan penerbangan dengan alasan keamanan yang kurang kondusif atau adanya gangguan keamanan," ujarnya.
Namun Willem menjamin keamanan maskapai penerbangan menyalurkan logistik ke wilayah terdampak. Dia menegaskan Bandara Agandugume di Kabupaten Puncak, Papua Tengah dalam penjagaan.
"Jaminan dan keselamatan kepada pilot maupun pesawat yang melakukan pelayanan angkutan bantuan bencana kekeringan langsung ke Bandara Agandugume dengan segala konsekuensi menjadi tanggung jawab Bupati Puncak," tutur Willem.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(sar/hsr)