Puisi rakyat adalah karya sastra leluhur yang perlu dilestarikan. Berikut 30 contoh puisi rakyat, jenis dan ciri-cirinya.
Puisi rakyat terdiri dari berbagai jenis. Generasi muda masa kini mungkin lebih akrab dengan jenis pantun. Tetapi, ternyata ada beberapa jenis lainnya yang tak banyak diketahui publik.
Beberapa diantaranya adalah pantun, gurindam dan syair.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbagai jenis puisi rakyat ini juga memiliki pesan yang terkandung di dalamnya. Melansir dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), puisi rakyat ini memiliki nilai pesan moral, agama, dan budi pekerti.
Untuk lebih memahami beragam jenis puisi rakyat, detikSulsel telah merangkum 30 contoh puisi rakyat beserta penjelasan dari jenis dan ciri-cirinya. Simak ya!
Contoh Puisi Rakyat #1: Pantun
Pantun #1
Air surut memungut bayam
Sayur diisi ke dalam kantung
Jangan diikuti tabiat ayam
Bertelur sebiji riuh sekampung
Pantun #2
Baik bergalas baik tidak
Buli buli bertali tenang
Baik berbalas baik tidak
Asal budi sama dikenang
Pantun #3
Ikan nila dimakan berang-berang
Katak hijau melompat ke kiri
Jika berada di rantau orang
Baik-baik membawa diri
Pantun #4
Enak rasanya bubur yang hangat
Enak dimakan bersama kerupuk
Hidup memang harus semangat
Janganlah mudah kita terpuruk
Pantun #5
Fatamorgana ternyata semu
Namun indahnya tiada terkira
Patuhilah selalu nasihat ibumu
Agar hidupmu tidak sengsara
Pantun #6
Beli masi ke tempat Mbak Lulu
Beli pensil ke toko Cak Mamat
Sebaiknya kau pikir dahulu
Demi keputusan yang tepat
Pantun #7
Penghasil batik di Yogyakarta
Penghasil ulos Sumatera Utara
Kalau kamu memiliki cita-cita
Hendaklah mau sedikit sengsara
Pantun #8
Buanglah sampah pada tempatnya
Jangan membuang di tengah jalan
Kalau kita tidak mau bertanya
Tidak bisa mencapai semua harapan.
Pantun #9
Membeli buku di daerah pecinan
Membeli buku lebih dari satu
Janganlah menunda pekerjaan
Hindari menyia-nyiakan waktu
Pantun #10
Di Bengkulu tumbuh bunga raflesia
Bunga unik tanpa duri
Alangkah indahnya alam Indonesia
Marilah kita jaga agar lestari
Contoh Puisi Rakyat #2: Gurindam
Gurindam #1
Jika hendak mengenal orang mulia,
lihatlah kepada kelakuan dia.
Gurindam #2
Jika hendak mengenal orang yang berilmu,
bertanya dan belajar tiadalah jemu.
Gurindam #3
Jika hendak mengenal orang yang berakal,
di dalam dunia mengambil bekal.
Gurindam #4
Mengumpat dan memuji hendaklah pikir,
di situlah banyak orang yang tergelincir.
Gurindam #5
Apabila dengki sudah bertanah,
datanglah darinya beberapa anak panah.
Gurindam #6
Pekerjaan marah jangan dibela,
nanti hilang akal di kepala.
Gurindam #7
Jagalah hati jagalah lisan,
agar kau tidak hidup dalam penyesalan.
Gurindam #8
Sayangilah orang tua dengan sepenuh hati,
itulah cara menunjukan bakti.
Gurindam #9
Masa lalu biarlah berlalu,
masa depan teruslah kau pacu.
Gurindam #10
Apabila kelakuan baik berbudi,
hidup menjadi indah tak akan merugi.
Contoh Puisi Rakyat #3: Syair
#1 Syair Perahu karya Hamzah Fansuri
Inilah gerangan suatu madah
Mengarangkan syair terlalu indah
Membetuli jalan tempat berpindah
Di sanalah iktikat diperbetuli sudah
Wahai muda kenali dirimu
Ialah perahu tamsil hidupmu
Tiadalah berapa lama hidupmu
Ke akhirat jua kekal hidupmu
Hai muda arif budiman
Hasilkan kemudi dengan pedoman
Alat perahumu jua kerjakan
Itulah jalan membetuli insan
Perteguh jua alat perahumu
Hasilkan bekal air dan kayu
Dayung pengayuh taruh di situ
Supaya laju perahumu itu
Sudahlah hasil kayu dan ayar
Angkatlah pula sauh dan layar
Pada beras bekal jantanlah taksir
Niscaya sempurna jalan yang kabir
#2 Syair Burung Nuri karya Sultan Badaroedin
Paksi Simbangan konon namanya
Cantik dan manis sekalian lakunya
Matanya intan cemerlang cahayanya
Paruhnya gemala tiada taranya
Terbangnya Simbangan berperi-peri
Lintas di Kampung Bayan Johari
Terlihatlah kepada putrinya Nuri
Mukanya cemerlang manis berseri
Simbangan mengerling ke atas geta
Samalah sama berjumpa mata
Berkobaran arwah leburlah cinta
Letih dan lesu rasa anggauta
#3 Syair Bidadari Lahir
Dengarlah kisah suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Dibuatkan syair serta berniat
Adalah raja sebuah negeri
Sultan Agus bijak bestari
Asalnya baginda raja yang bahari
Melimpahkan pada dagang biaperi
Kabarnya orang empunya termasa
Baginda itulah raja perkasa
Tiadalah ia merasa susah
Entahlah kepada esok dan lusa.
#4 Syair Negaradipa
Bermula kisah kita mulai
Zaman dahulu zaman bahari
Asal mulanya sebuah negeri
Timbulnya kerajaan Raja di Candi
Kerajaan bernama Negara Dipa
Raja pertama Empu Jatmika
Putra tunggal Mangkubumi dengan Sitira
Asal Negeri Keling di Tanah Jawa
Mangkubumi saudagar kaya
Kerabat raja yang bijaksana
Berputera seorang elok rupanya
Empu Jatmika konon namanya
#5 Syair Burung Pungguk
Pertama mula pungguk merindu,
Berbunyilah guruh mendayu-dayu
Hatinya rawan bercampur pilu
Seperti dihiris dengan sembilu.
Pungguk bermadah seraya merawan
'wahai bulan terbitlah tuan,
Gundahkun tidak berketahuan,
Keluarlah bulan tercelah awan,
Sebuah tilam kita berdadu,
Mendengarkan pungguk merindu,
Suaranya halus tersedu-sedu,
Laksana orang berahikan jodoh.
#6 Syair Perang Mengkasar karya Encik Amin
Demikian asal mula pertama
Welanda dan Bugis bersama-sama
Kornilis Sipalman ternama
Raja Palakka menjadi panglima
Berkampunglah Welanda sekalian jenis
Berkatalah Jendral Kapitan yang bengis
Jikalau alah Mengkasar nin habis
Tunderu' kelak raja di Bugis
Setelah didengar oleh si Tunderu'
Kata jenderal Welanda yang mabuk
Berbangkitlah ia yang duduk
Betalah kelak di medan mengamuk
Akan cakap Bugis yang dusta
Sehari kubedil robohlah kota
Habis kuambil segala harta
Perempuan yang baik bahagian beta
Jika sudah kita alahkan
Segala hasil beta persembahkan
Perintah negeri kita serahkan
Kerajaan di bone'Tunderu' pohonkan
Setelah didengar oleh jenderal
Cakap Tunderu' orang yang bebel
Disuruhnya berlengkap segala kapal
Seorang kapitan dijadikan amiral
Putuslah sudah segala musyawarat
Welanda dan bugis membawa alat
Beberapa senapang dengan bangat
Sekalian soldadu di dalam surat.
Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda
Memakai kamsol cara Welanda
Rupanya sikap seperti Garuda
Bermuatlah ke kapal barang yang ada
Delapan belas kapal yang besar
Semuanya habis menarik layer
Turunlah angin barat yang besar
Sampailah ia ke negeri Mengkasar
Di laut Barombong kapal berlabuh
Kata si Bugis nati dibunuh
Jikalau raja yang datang menyuruh
Semuanya tangkap kita perteguh
Pada sangkanya Bugis dan Welanda
Dikatanya takut gerangan baginda
Tambahan Bugis orang yang bida'ah
Barang katanya mengada-ngada
Segala ra'yat yang melihat
Ada yang suka ada yang dahsat
Sekalian rakyat berkampung musyawarat
Masuk mengadap duli hadrat
Daeng dank are masuk ke dalam
Mengadap duli mahkota 'alam
Berkampunglah segala kaum Islam
Menantikan titah Syahi 'alam
#7 Syair Si Burung Pingai karya Hamzah Fansuri
Hamzah sesat di dalam hutan
pergi uzlat berbulan-bulan
akan kiblatnya picek dan jawadan
inilah lambat mendapat Tuhan
Unggas pingai bukannya balam
berbunyi siang dan malam
katanya akal ahl al-alam
Hamzah Fansuri sudahlah kalam
Tuhan hamba yang punya alam
timbulkan Hamzah yang kalam
ishkinya jangankan padam
supaya warit di laut dalam
#8 Syair Ken Tambuhan
Jika tuan menjadi air
Kakang menjadi ikan di pasir
Kata nin tiada kakanda mungkir
Kasih kakang batin dan lahir
Jika tuan menjadi bulan
Kakang menjadi pungguk merawan
Aria ningsun emas tempawan
Janganlah bercerai apalah tuan
Tuang laksana bunga kembang
Kakanda menjadi seekor kumbang
Tuanlah memberi kakanda bimbang
Tiadalah kasihan tuan akan abang
Jika tuan menjadi kayu rampak
Kakanda menjadi seekor merak
Tiadalah mau kakanda berjarak
Seketika pun tiada dapat bergerak
#9 Syair Bidasari
Tersebutlah perkataan Bidasari
Setelah malam sudahlah hari
Bangunlah ia seorang diri
Makan dan minum barang yang digemari
Pergilah mandi Siti Bangsawan
Serta memakai bau-bauan
Lalu masuk ke dalam peraduan
Santap sirih di dalam puan
Bertemu sepah bekas dimakan
Diambil Siti dicampakkan
Dengan takutnya ia berfikirkan
Siapakah ini yang membuatkan
Jikalau manusia yang empunya
Nescaya aku dicabulinya
Jika ayahku datang adalah tandanya
Bertambahlah makanan yang dibawanya
Dilihatnya Siti tempat tidurnya
Tilam sedikit tersingkir alasnya
Sirih di puan salah aturannya
Bidasari masygul dengan takutnya
Ia pun duduk di atas geta
Sangatlah gundah rasanya cita
Seraya bertaburan air mata
Manakah tempat ia hendak dikata
#10 Syair Bertaubat
Janganlah engkau berbuat maksiat
Janganlah engkau berbuat jahat
Segeralah engkau bertaubat
Agar selamat dunia akhirat
Apabila engkau kesulitan
Dan menerima segala cobaan
Memohonlah kepada Tuhan
Pasti Tuhan mengabulkan
Jangan lupa kepadanya
Patuhilah perintahnya
Bertaubatlah kepadanya
Pasti Tuhan menerimanya
Jenis dan Ciri-ciri Puisi Rakyat
Melansir buku Modul Pembelajaran SMP Terbuka Bahasa Indonesia, Modul 7-Puisi Rakyat Kemendikbud, puisi rakyat ini berkaitan dengan budaya dan warisan bangsa. Karena itu perlu diketahui dan selanjutnya dilestarikan oleh generasi muda.
Dengan mengenal dan memahami kandungan suatu puisi rakyat akan membuat kita menjadi generasi penerus dengan nilai dan karakter yang baik. Karena, banyak pesan moral yang dapat diambil dari tiap puisi rakyat.
Adapun, jenis-jenis puisi rakyat yang wajib dipahami adalah sebagai berikut:
1. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu yang mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun dikenal dengan banyak nama di berbagai bahasa di Nusantara, tonton (bahasa Tagalog), tuntun (bahasa Jawa), pantun (bahasa Toba) yang memiliki arti kurang lebih sama, yaitu sesuatu ucapan yang teratur, arahan yang mendidik, bentuk kesantunan.
Pantun tersebar hampir diseluruh Indonesia. Fungsi pantun di semua daerah (Melayu, Sunda, Jawa, atau daerah lainnya) sama, yaitu untuk mendidik sambil menghibur.
Melalui pantun, kita menghibur orang dengan permainan bunyi bahasa, menyindir (menegur bahwa sesuatu itu kurang baik) secara tidak langsung, atau memberi nasihat. Ini bukan berarti kita tidak tegas kalau hendak mengatakan sesuatu, tetapi dapat dikatakan bahwa kita memiliki gaya tersendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Melalui pantun leluhur, kita terkesan lebih santun untuk menegur atau menasihati orang secara tidak langsung agar orang yang kita tuju tidak merasa malu atau dipojokkan.
Ciri-ciri Pantun:
Ciri-ciri pantun dapat dilihat berdasarkan bentuknya. Ciri-ciri ini tidak boleh diubah. Jika diubah, pantun tersebut akan menjadi seloka, gurindam, atau bentuk puisi lama lainnya.
Pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Tiap bait terdiri atas empat baris (larik).
- Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
- Rima akhir setiap baris adalah a-b-a-b.
- Baris pertama dan kedua merupakan sampiran.
- Baris ketiga dan keempat merupakan isi.
2. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari negeri India. Istilah gurindam berasal dari bahasa India, yaitu kirindam berarti "mulamula" atau "perumpamaan". Gurindam sarat nilai agama dan moral.
Tak dipungkiri bahwa gurindam bagi orang dulu sangat penting dan dijadikan norma dalam kehidupan. Seperti apakah gurindam sebenarnya? Gurindam adalah puisi lama (Melayu) yang sangat penting sebagai warisan budaya.
Ciri-ciri Gurindam:
- terdiri atas dua baris dalam sebait
- tiap baris memiliki jumlah kata sekitar 10-14 kata
- tiap baris memiliki rima sama atau bersajak A-A, B-B, C-C, dan seterusnya
- merupakan satu kesatuan yang utuh.
- baris pertama berisi soal, masalah, atau perjanjian
- baris kedua berisi jawaban, akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama. (isi atau maksud gurindam terdapat pada baris kedua)
- isi gurindam biasanya berupa nasihat, filosofi hidup atau kata-kata mutiara
3. Syair
Syair adalah salah satu puisi lama. Syair berasal dari Persia dan dibawa masuk ke Nusantara bersama dengan masuknya Islam ke Indonesia. Kata atau istilah syair berasal dari bahasa arab yaitu syi'ir atau syu'ur yang berarti "perasaan yang menyadari", kemudian kata syu'ur berkembang menjadi syi'ru yang berarti puisi dalam pengetahuan umum.
Dalam perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair negeri Arab. Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah Fansuri dengan karyanya, antara lain: Syair Perahu, Syair Burung Pingai, Syair Dagang, dan Syair Sidang Fakir.
Ciri-ciri Syair:
- Setiap bait terdiri dari empat baris.
- Setiap baris terdiri atas 8-14 suku kata.
- Bersajak a-a-a-a.
- Semua baris adalah isi.
- Bahasa yang digunakan biasanya berupa kiasan.
Nah, itulah 30 contoh puisi rakyat dari berbagai jenis dan sekilas penjelasan berkaitan dengan ciri-cirinya. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/edr)