Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengungkap 5 nama kandidat bakal calon wakil presiden (Cawapres) Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 mendatang. Salah satu nama yang mengemuka yakni Ketum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
"Sekarang sudah mengerucut 5 salah satunya Cak Imin," kata Puan usai acara Harlah ke-25 PKB, Stadion Manahan, Solo, dilansir dari detikNews, Minggu (23/7/2023).
Puan kemudian menyebut 4 kandidat lainnya. Mereka di antaranya Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), hingga mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Andika Perkasa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pak Sandiaga, Pak Erick Thohir, Pak Andika, Mas AHY, Cak Imin," paparnya.
Puan merespons dengan positif daftar 5 kandidat itu. "10 nama (yang dulu), tapi sekarang sudah mengerucut ke 5 nama," jelas Puan.
Sebelumnya Ganjar Pranowo mengungkap kriteria bakal cawapresnya menjelang Pilpres 2024. Ganjar mengatakan sosok cawapresnya mesti satu visi, energik hingga tak memiliki agenda tersendiri.
"Kriteria harus satu nilai, satu visi, tidak boleh ada agenda sendiri sehingga presiden dan cawapres itu satu paket, dwi tunggal. Kalau itu sudah, maka harus punya semangat sama-sama untuk menjalankan perintah konstitusi dan undang-undang," kata Ganjar dalam sambutan secara virtual di Acara IDE Conference, Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Kamis (20/7).
Ganjar mengatakan sudah melakukan komunikasi dengan banyak pihak terkait cawapres. Meski demikian, ia mengingatkan cawapres mestilah satu visi menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
"Soal siapa kemudian, ada banyak sekali sekarang dilakukan komunikasi, tapi visi atau nilai itu harus dipunyai bersama. Kalau itu sudah, maka PR bersama melakukan percepatan pembangunan yang ada karena kita akan mengejar waktu 13 tahun ke depan untuk mencapai cita-cita yang diinginkan," imbuhnya.
Gubernur Jawa Tengah ini menegaskan jika capres dan cawapres tidak punya visi yang sama, maka berpotensi menimbulkan masalah dan sulit untuk menjalankan program dalam membangun Indonesia.
"Maka kemudian pasangan capres harus punya visi yang sama untuk menuju ke sana. Jika itu tidak, maka yang terjadi adalah tusuk-tusukan dari belakang dan itu tidak bagus untuk Indonesia," jelasnya.
(sar/sar)