Tradisi Bulan Muharram, Masyarakat Bugis-Makassar Belanja Ember-Gayung

Tradisi Bulan Muharram, Masyarakat Bugis-Makassar Belanja Ember-Gayung

Urwatul Wutsqaa - detikSulsel
Kamis, 20 Jul 2023 13:05 WIB
Tradisi Bugis-Makassar pada 1 Muharram
Ilustrasi (Foto: dok. istimewa)
Makassar -

Masyarakat Bugis-Makassar memiliki tradisi unik dalam menyambut tahun baru Islam. Memasuki bulan Muharram, biasanya mereka akan berbondong-bondong berbelanja peralatan rumah tangga seperti ember dan gayung.

Budayawan Universitas Hasanuddin Dr Firman Saleh menjelaskan, tradisi berbelanja ember dan gayung ini sudah dilakukan sejak dulu dan secara turun temurun di masyarakat suku Bugis-Makassar. Hal ini diyakini dapat memberi dampak yang baik bagi kehidupan hingga setahun ke depan.

"Muharram kan tahun baru Islam, dan di situ menjadi kepercayaan, dan sudah diyakini oleh masyarakat bahwa apa yang dilakukan, apa yang diawali, kemudian apa yang kita beli, kemudian apa yang kita perbarui, itu akan memberikan dampak yang baik, atau berimplikasi positif di kehidupannya sampai tahun depannya lagi," jelas Firman kepada detikSulsel, Selasa (11/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tradisi berbelanja wadah penyimpanan air di masyarakat Bugis-Makassar biasanya dilakukan tanggal 1 Muharram yang merupakan penanda masuknya tahun baru Islam.

"Yang dilakukan oleh masyarakat (Bugis-Makassar) dari dulu sampai hari ini itu dilaksanakan di tanggal 1 Muharram," ungkap Firman.

ADVERTISEMENT

Dalam kepercayaan masyarakat Bugis-Makassar, wadah-wadah penyimpanan air seperti ember dan gayung dianggap memiliki banyak makna. Karena itulah, membeli wadah penyimpanan ketika memasuki bulan Muharram dianggap sebagai hal yang penting.

"Jadi masyarakat Bugis itu menganut paham bahwa wadah-wadah air itu seperti gumbang, ember, pokoknya tempat-tempat air itu merupakan tempat mereka menyimpan banyak makna di dalam benda tersebut," jelas Firman.

"Salah satunya adalah masyarakat di Sulawesi Selatan itu, tempat air tidak boleh kosong. Seperti rezeki, jangan dikosongkan baru diisi lagi. Senantiasa diberikan isi. Jadi di dalam situ sudah sampai ke dalam bagian ideologinya mereka bahwa jangan pernah membuat kering," imbuhnya.

Firman menjelaskan, tradisi berbelanja ember dan gayung ketika memasuki bulan Muharram ini merupakan bentuk asimilasi budaya masyarakat Bugis-Makassar dengan Islam. Masyarakat Bugis-Makassar yang sejak dulu meyakini makna wadah penyimpanan air kemudian menjadikan 1 Muharram sebagai momentum berbelanja peralatan tersebut.

"Setelah Islam masuk, berasimilasi lah. Karena kan ada ayat, ada riwayat yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang dilakukan di awal Muharram itu akan menjadi baik sampai ke tahun berikutnya," jelasnya.

"Jadi diperbaiki lah tempat ember tadi menjadi tempat wadahnya air. Supaya rezeki yang dulu diperbarui lagi supaya menjadi lebih baik, banyak yang ditampung," ungkapnya.




(urw/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads