Siswa SMAN 1 Unaaha Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra), Doni Amansa yang batal menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional karena diganti anak perwira polisi terus bergulir. Kuasa hukum keluarga Doni kini mengadu ke Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) terkait hasil seleksi yang dianggap tidak sesuai prosedur.
"Tadi sudah kita kirimkan surat email ke BPIP soal keberatan Doni Amansa terkait SK Gubernur yang tidak sesuai dengan hasil pengumuman seleksi," ungkap kuasa hukum keluarga Doni, Andre Darmawan kepada detikcom, Senin (17/7/2023) malam.
Andre berdalih tahapan seleksi Paskibraka Nasional berakhir 31 Mei yang jadwalnya serentak se-Indonesia. Sementara panpel seleksi paskibraka sudah menetapkan 2 nama siswa yang lolos pada 18 Mei yakni Doni Amansa utusan SMA Negeri 1 Unaaha Konawe dan Nadira Syalvallah utusan SMA Negeri 2 Baubau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Juknis BPIP itu seleksi paskibraka harus dilaksanakan selambat-lambatnya 31 Mei 2023, itu berlaku serentak se-Idonesia, ya setelah itu tidak ada lagi seleksi," ungkapnya.
Namun belakangan, nama Doni diganti dengan dalih bagian dari seleksi pembekalan yang digelar 6-9 Juli 2023 yang pernah disampaikan Kesbangpol Sultra. Hal inilah yang dianggap Andre melanggar ketentuan karena tidak sesuai juknis.
"Menurut kita bohong dan melanggar aturan. Karena seleksi pembekalan itu tidak dikenal dalam juknis paskibraka dan peraturan BPIP," sebut Andre.
Andre menegaskan pihaknya punya saksi yang memperkuat terpilih Doni mewakili Sultra dalam Paskibraka Nasional. Pendamping Doni dari Konawe juga mendengar langsung putusan pengumuman hasil seleksi pada 18 Mei lalu.
"Doni mendengar, kemudian ada pendampingnya juga dari Konawe, (panitia) Kesbangpol dan banyak peserta yang hadir di situ (mendengar) dan dikonfirmasi juga kepada panitia yang umumkan urutannya itu nomor 1 Nadira, nomor 2 Doni, nomor 3 Wira dan Aini. Urutan 1 dan 2 akan wakili Sultra, 3 dan 4 cadangan," jelasnya.
Namun belakangan, Doni digantikan oleh Wiradinata Setya Persada yang merupakan anak perwira polisi di Sultra. Doni digantikan oleh Wiradanita Setya Persada utusan SMA Negeri 1 Baubau yang sebelumnya berstatus cadangan.
Andre melanjutkan keluarga Doni legawa atas putusan tersebut dan mengambil posisi di Paskibraka Provinsi Sultra. Namun pihaknya tetap berharap ke BPIP untuk turun mengevaluasi tahapan seleksi yang berlangsung.
"Iya mereka (keluarga Doni) pasrah tapi mereka mengharap keadilan. Dan tetap kita menyurat ke BPIP dengan harapan bisa ditinjau kembali karena ada kecurangan," imbuhnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Kepala Kesbangpol Sultra Dipolisikan
Untuk diketahui, Kepala Kesbangpol Sultra Harmin Ramba juga dipolisikan buntut siswa SMA Negeri 1 Unaaha Konawe, Doni Amansa mendadak diganti sebagai Paskibraka Nasional. Harmin dilaporkan terkait penyebaran berita bohong dalam tahapan seleksi Paskibraka Nasional.
Laporan polisi terhadap Harmin tertuang dalam Nomor: STTLP/250/VII/2023/SPKT/POLDA SULAWESI TENGGARA tanggal 17 Juli 2023 sekitar pukul 16.02 Wita.
"Menurut kami adalah berita bohong bahwa (Harmin Ramba) mengatakan belum ada hasil seleksi di tanggal 8 Juli itu dan mengatakan pembekalan itu adalah bagian dari seleksi dan dinilai juga," kata Andre.
Menurut Andre, hasil pemeriksaan pihaknya terkait petunjuk dan teknis seleksi Paskibraka Nasional tahap pembekalan bukan kategori seleksi. Andre mengatakan hal tersebut merupakan pelanggaran.
"Padahal tidak ada di juknis (pembekalan merupakan seleksi) dan itu melanggar," ujarnya.
Selain itu, Andre juga menyoroti keterangan Harmin soal pengumuman nama-nama peserta Paskibraka Nasional yang hanya berdasarkan abjad bukan perangkingan. Menurut Andre keterangan Harmin tersebut juga keliru.
"Ada juga katanya keluarga Doni salah persepsi karena yang diumumkan bukan berdasarkan nilai tapi abjad nama dan itu bohong juga," terangnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Penjelasan Kesbangpol Sultra soal Seleksi Paskibraka
Sebelumnya, Kepala Kesbangpol Sultra Harmin Ramba membantah mengganti secara tiba-tiba tim inti paskibraka nasional. Panitia seleksi memastikan proses seleksi dilakukan secara transparan.
"Tidak ada (mengganti). Proses seleksi ini dilakukan panitia seleksi (pansel) sudah sesuai mekanisme dan transparan," ungkap Harmin, Sabtu (15/7).
Harmin mengungkapkan proses seleksi paskibraka nasional berbasis online dan ditangani langsung oleh pusat. Sehingga potensi kecurangan diminimalisir.
Menurut Harmin keluarga Doni dan pendampingnya dari Kabupaten Konawe salah persepsi saat pengumuman 4 besar terbaik. Ia mengaku mengumumkan nama waktu itu sesuai abjad, bukan nilai.
Empat nama terbaik tersebut secara resmi diumumkan pada Rabu (17/5) sekitar pukul 22.00 Wita. Mereka yakni Doni Amansa utusan SMA Negeri 1 Unaaha Konawe, Nadira Syalvallah utusan SMA Negeri 2 Baubau, Wiradinata Setya Persada dan Aini Nur Fitriani utusan SMA Negeri 1 Baubau.
"Yang dipersepsikan pendamping Konawe Doni disebut pertama sudah dia nomor 1, itu tidak. Kita umumkan berdasarkan abjad. Itu sudah disampaikan bahwa di antara 4 ini akan diterima 2 terbaik," ungkapnya.
"Disampaikan waktu itu tidak ada rangking 1 dan 2, inti atau cadangan. Tidak ada (sampaikan inti dan cadangan), itu fitnah (dituduh sampaikan inti dan cadangan)," lanjutnya.
Ia memastikan hasil keputusan pimpinan yang mengacu pada nilai akhir dari keempat terbaik itu memutuskan Nadira Syalvallah dan Wiradinata Setya Persada yang lolos mewakili Sultra pada Paskibraka Nasional.
"Saya minta maaf, sampai depan presiden pun saya akan tanggung jawab, karena tidak ada permainan. Demi Allah, demi Rasulullah, tidak ada permainan. Saya jamin tidak ada permainan," jelasnya.
Simak Video "Video: Mengenal Konsep Desa Bahagia yang Jadi Tempat Pelatihan Paskibraka"
[Gambas:Video 20detik]
(sar/nvl)