Jenazah seorang pendeta bernama Darma di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel) terpaksa ditandu menuju rumah duka. Jenazah ditandu warga sekitar 20 kilometer (Km) karena akses jalan rusak parah hingga tidak bisa dilalui ambulans.
"Pak pendeta ini meninggal di Makassar, mau dimakamkan di kampungnya. Tapi karena kondisi jalan rusak jadi ditandu," kata aparat Desa Kampung Baru Bonar kepada detikSulsel, Senin (17/6/2023).
Bonar mengungkapkan, warga secara bergantian menandu jenazah Darma dengan jarak kurang lebih 20 km, jenazah ditandu menggunakan keranda yang terbuat dari bambu menuju rumah duka di Kampung Baru, Kecamatan Seko, Luwu Utara, Minggu (16/7) kemarin. Hal tersebut warga lakukan karena kondisi jalan yang rusak parah sehingga tidak bisa dilalui ambulans.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Motor saja tidak bisa, apalagi mobil ambulans. Kurang lebih jaraknya 20 km lewati lumpur ditandu sampai ke rumah duka," ungkapnya.
Dia pun menceritakan saat proses menandu jenazah ke rumah duka, warga sempat terjatuh ke dalam kubangan lumpur dikarenakan jalan yang licin. Beruntung kata dia, jenazah terikat dengan tandu sehingga tidak ikut terjatuh.
"Iya kami sempat masuk lubang lumpur, tidak kami lihat karena kan genangan air baru licin. Tidak ada yang luka, jenazah juga tidak jatuh karena sudah diikat," ucapnya.
Bonar menambahkan, aktivitas tersebut sudah sering dilakukan warga Seko saat ada warga yang meninggal dunia atau sakit. Kesulitan ini juga menurutnya sudah sering diadukan ke Pemda namun belum ada tindakan penanganan infrastruktur.
"Sudah hal biasa itu pak. Kalau ada orang meninggal atau ada orang sakit yang harus dirujuk pasti ditandu karena jalan rusak ini. Sudah sering kami sampaikan ke Pemda tapi tetap seperti ini," ujarnya.
(ata/nvl)