Passapu atau Patonro merupakan pakaian adat tutup kepala suku yang ada di Sulawesi Selatan (Sulsel) yakni Makassar, Bugis, Kajang, dan Toraja. Pakaian adat ini berupa lilitan kain yang melambangkan kejantanan.
Di zaman Raja Gowa yang ke-10 I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng, penggunaan Passapu penuh akan syarat dan aturan. Passapu hanya dapat digunakan para raja-raja, bangsawan, dan panglima.
Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Passapu berikut ini filosofi dan sejarah Passapu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Passapu
Passapu merupakan salah satu pakaian adat yang menutupi kepala menggunakan lilitan kain khas Makassar. Passapu mulai hadir di Sulsel sejak abad ke-7.
"Jadi katanya itu sudah ada jadi zaman sriwijaya itu abad ke-7," kata pemerhati budaya Burhan Kadir kepada detikSulsel, Kamis (13/7/2023).
Hadirnya jenis penutup kepala ini tidak terlepas dari budaya Melayu yakni Sumatera, Padang, dan Malaysia. Meski begitu masing-masing daerah memiliki ciri khas dan penamaan tersendiri.
"Jadi ada pengaruh makanya kalau kita lihat sekarang orang-orang Melayu, Sumatera, Padang, Malaysia, dan sebagainya ada yang menggunakan penutup kepala yang lancip," jelasnya.
Passapu mulai dikenakan pada masa Kerajaan Gowa yang ke-10. Saat itu Kerajaan Gowa dipimpin oleh Raja I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng.
"Lalu setelah masuk islam di makassar itu sekitar era Raja Gowa ke-10 itu I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipallangga Ulaweng, sekitar 1546. Tapi itu digunakan cuma pada raja-raja atau karaeng," ucapnya.
![]() |
Pada zaman raja Gowa yang ke-10, Passapu digunakan sebagai penanda sosial yang hanya dapat digunakan oleh raja-raja, anak karaeng (bangsawan) dan juga tubarania (ksatria). Di saat itu penggunaan Passapu memiliki syarat dan aturan tersendiri.
Jika panglima mengenakan Passapu tegak berdiri maka artinya mereka siap berperang. Namun jika Patonro digunakan agak terjatuh itu berarti raja tersebut ingin menghadiri acara adat.
"Jadi dulu itu kan raja-raja, bangsawan, dan panglima saja yang menggunakan itu. Memang itu filosofinya itu berbeda-beda yah, kalau tegak lurus ke atas dan panglima yang pakai maka hati-hati berarti lagi mau perang itu. Kalau misalnya itu agak turun ke bawah atau tidak tegak ke atas berarti itu lagi menjalankan acara, acara adat," jelasnya.
Pada masa itu Passapu digunakan bersama busana adat pria Makassar yang terdiri dari baju, celana atau paroci, dan kain sarung atau lipa garusuk. Baju yang dikenakan pada tubuh bagian atas berbentuk jas tutup atau jas tutu dan baju belah dada atau bella dada.
Saat ini penggunaan Passapu di Makassar hanya digunakan untuk keperluan ritual, acara penyambutan tamu pemerintahan, pesta pernikahan, dan acara-acara kesenian.
Filosofi Passapu
Dikutip dari jurnal Universitas Negeri Makassar (UNM) dengan judul 'Passapu/Padompe Makassar', Passapu terbuat dari kain tenun berbahan katun. Penggunaan istilah Passapu hanya diperuntukkan bagi kalangan raja, bangsawan, dan panglima.
Passapu sejatinya mengandung pesan moral, etika, dan estetika yang melambangkan sebuah keluhuran. Bagi masyarakat Sulsel, Passapu menunjukkan sebuah kejantanan.
Bentuk dan Ikatan Passapu
Passapu terdiri dari dua jenis yaitu Passapu Patinra dan Passapu Padompe. Untuk membedakan keduanya dapat dilihat dari segi lipatan dan ikatannya (poto').
Berikut ini penjelasan terkait dua jenis Passapu:
1. Passapu Patinra
Passapu jenis ini memiliki bentuk segitiga menjulang tegak ke atas dengan lipatan melintang pada bagian bawahnya. Passapu jenis ini biasanya digunakan oleh bangsawan dan para pemberani kerajaan.
Kain yang digunakan adalah kain berwarna merah, hitam, kuning, dan bermotif kotak-kotak berwarna putih.
2. Passapu Padompe
Passapu Padompe terbagi menjadi tiga, yaitu putara padompe, putara bereng-bereng, dan putara paerang.
Putara padompe digunakan oleh panglima kerajaan, kalau putara bereng-bereng pada umumnya digunakan oleh para pemberani dan juga anak-anak bangsawan. Sementara putara paerang digunakan oleh para Anrong Guru Pakarena.
Ikatan Passapu
Variasi ikatan saat menggunakan Passapu juga terbagi menjadi tiga jenis yaitu poto bate atau poto karaeng, poto nabbi, dan poto putara.
- Poto bate: jenis ikatan yang menyerupai teknik simpul.
- Poto nabbi: jenis ikatannya menyerupai tangan bersedekap atau lipat. Dalam bahasa Makassar disebut sikalu'.
- Poto putara: sesuai namanya, ikatan ini langsung dililitkan saja di kepala sesuai keinginan.
![]() |
Simbol Passapu
1. Passapu Patonro Putara Bereng-Bereng Poto Karaeng
Passapu model ini hanya diperuntukkan untuk para raja dan bangsawan. Simpul diletakkan di sebelah kiri dengan ujung Passapu tegak berdiri. Sementara untuk anak bangsawan menggunakan Passapu simbol di sebelah kiri dengan satu ujung passapu arah keatas dan satunya ke arah belakang.
2. Passapu Patinra Bereng-bereng Poto Nabbi
Passapu jenis ini digunakan untuk panglima perang. Ikatan kepala ini tidak jauh berbeda dengan Passapu yang dikenakan para raja, yang menjadi pembeda hanya pada letak dan model simpulnya.
Panglima perang akan menggunakan Passapu yang tegak berdiri yang letak simpulnya berada di sebelah kanan dengan simpul menyerupai tangan bersedekap.
3. Passapu Patinra Putara Paerang Poto Nabbi
Untuk Passapu jenis ini biasanya digunakan untuk para Imam Ritual dengan menempatkan bagian tegakan segitiga di sebelah kiri dan ikatannya di sebelah kanan.
4. Passapu Patinra Putara Bereng-bereng Poto Paerang
Umum Passapu ini digunakan untuk untuk para panglima perang dengan menempatkan bagian tegakan segitiga di sebelah kiri atau agak ke depan. Semenetara untuk kalangan pengurus ritual dan perangkatnya termasuk pemusik ditandai dengan menempatkan tegakan atau bagian segitiga pada bagian belakang dengan melipatnya ke arah dalam simpul.
5. Passapu Padompe atau Passapu Rolle
Jenis Passapu ini termasuk yang paling luas penggunaannya di kalangan umum secara merata, mulai dari golongan bangsawan hingga kalangan orang biasa. Untuk golongan hamba sahaya penggunaan Passapu tidak diijinkan.
Hamba sahaya hanya diizinkan menggunakan Passapu dengan cara hanya meletakkan kain Passapu yang terlipat di atas kepalanya tanpa dililitkan. Umumnya golongan hamba sahaya ditandai dengan lilitan sarung di melingkar di kepala.
Passapu Padompe terbagi lagi menjadi beberapa jenis, berikut ini penjelasannya.
- Padompeng Putara Bereng-Bereng Poto Karaeng
Passapu Padompeng Putara Bereng-Bereng Poto Bate/Karaeng dapat digunkan pada kegiatan sehari-hari di wilayahnya serta untuk menghadap kepada pimpinannya.
- 2. Padompe Putara Paerang Poto Nabbi
Padompe ini umum digunakan oleh para bangsawan umum, pemuka agama, dan masyarakat umum. Untuk membedakan Passapu jenis ini dapat dilihat dari tinggi patahan lipatannya.
Demikianlah penjelasan terkait sejarah dan filosofi Passapu, semoga dapat menambah wawasan detikers terkait pakaian khas Sulawesi Selatan.
(asm/asm)